Salinitas Perubahan bobot basah rumput laut

Hari ke-.. Morfologi talus yang dipapar salinitas gL dan bakteri 28 30 35 Hari ke-0 Hari ke-1 Hari ke-2 Hari ke-3 Hari Ke- 4 Gambar 11. Perubahan kondisi morfologi talus rumput laut pascainfeksi bakteri pada salinitas 28 gL A, 30 gL B, dan 35 gL C. 0 talus masih nampak segar sebelum infeksi; 1 hanya muncul titik bleaching di pemukaan dan ujung talus; 2 bleaching sudah mulai nampak di permukaan talus; 3 talus dengan kondisi bleaching yang mulai menjalar ke talus; 4 Bleaching yang parah terlihat di sepanjang talus dan sebagian talus patah akibat bleaching. Angka di setiap gambar menunjukkan hari pengamatan talus; tanda panah dan lingkaran menunjukkan area talus yang terinfeksi bakteri. Salinitas dan suhu merupakan faktor lingkungan yang dapat menyebabkan penyakit ice-ice pada rumput laut K.alvarezii Largo et al. 1995b. Salinitas menggunakan efek kompleks pada suatu tanaman sebagai suatu hasil ionic, daninteraksi nutrisi meskipun mekanisme fisiologi dari stress salinitas belum diketahui. Toleransi salinitas sering tergantung pada kompleksitas anatomi dan fisiologi tanaman terorganisir. Sensitivitas garam pada beberapa tanaman dikaitkan dengan kesalahan tanaman untuk menjaga ion Na + dan Cl - hasil transpirasisi, sehingga merusak jaringan sitoplasma. Stres garam pada tanaman harus mengabsorbsi nutrien dan menjaga untuk tidak mengambil ion-ion toksik. Stres garam dibagi menjadi dua yakni efek jangka pendek dan jangka panjang. Efek jangka pendek terjadi pada skala waktu hari dan terlibat dalam penurunan pertumbuhan. Efek jangka panjang adalah terjadi dalam waktu minggu dan menghasilkan kelebihan garam yang tinggi dalam perkembangan daun dan mereduksi aktivitas fotosintesis. Kejadian penyakit ice-ice yang dipapar dibawah dan di atas salinitas optimal sebagai efek jangka pendek pada rumput laut K. alvarezii. Salinitas merupakan faktor penting untuk fotosintesis, respirasi, dan pertumbuhan rumput laut Gracilaria spp. Salinitas yang lebih rendah dari batas toleransi seringkali menghambat pertumbuhan rumput laut, mempengaruhi pola percabangan, dan mengawali perubahan komposisi kimia rumput laut Choi et al. 2006. Salinitas yang lebih tinggi dari batas optimal juga dapat menyebabkan penurunan pertumbuhan pada alga merah seperti Gracilaria. Dan hal ini mengarah pada perubahan struktur kimia seperti fotosistem, laju dari sintesis protein dan penyimpan produk. Penurunan kandungan agar disebabkan oleh penghambatan fotosintesis, fiksasi karbon, dan penggunaan energi untuk keseimbangan pertukaran ion pada salinitas yang lebih rendah Macler 1988; Kirst 1989; Li-hong et al.2002.

4.4 Simpulan

Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa infeksi bakteri Stenotrophomonas maltophilia pada suhu 28 C menghasilkan penurunan bobot, jumlah talus yang terserang bleaching dan tingkat keparahan bleaching lebih tinggi dibandingkan suhu 25 C. Infeksi bakteri S.maltophilia pada salinitas 28, 30, dan 35 gL menghasilkan penurunan bobot rumput laut yang sama. Bakteri lebih banyak menyerang talus sekunder dan tersier baik pada suhu 28 C maupun pada salinitas 28 gL dan 35 gL. Infeksi ice-ice secara signifikan mengakibatkan bleaching bila menggunakan konsentrasi bakteri ≥10 4 . Pada hari keempat menunjukkan kondisi morfologi talus yang parah baik pada penginduksian suhu maupun salinitas. Kondisi jaringan yang terinfeksi tidak parah hingga sangat parah dapat dibedakan secara histologis dengan jumlah kandungan protolasma yang lebih sedikit dan jarak antar sel yang semakin renggan pada jaringan yang sangat parah. 5 PEMBAHASAN UMUM Tujuan dari penelitian adalah untuk menguji pengaruh faktor biotik bakteri dan faktor abiotik faktor lingkungan: suhu dan salinitas terhadap penyakit ice-ice pada rumput laut K. alvarezii dengan pendekatan secara morfologi dan histologi. Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa penyakit pada alga dapat diinduksi oleh faktor lingkungan yang tidak stabil dan virulensi bakteri Largo et al. 1995a; Largo et al. 1995b; Vairappan et al. 2001. Sebagai tahap awal dilakukan isolasi dan identifikasi kandidat bakteri penyebab penyakit ice-ice. Delapan jenis bakteri berhasil diisolasi dari talus yang terkena ice-ice, dan dapat dikelompokkan menjadi Gammaproteobacteria, Alphaproteobacteria, Firmicutes dan Actinobacteria. Melalui uji patogenisitas riset tahap kedua, di antara delapan isolat bakteri yang diperoleh dari hasil riset pertama, Stenotrophomonas maltophilia strain IAM 12323 merupakan kandidat utama penyebab penyakit ice-ice. Hingga saat ini, bakteri S. maltophilia baru pertama kali dilaporkan terkait dengan penyakti ice-ice pada K. alvarezii. Penentuan kandidat utama didasarkan pada parameter waktu awal muncul gejala bleaching, jumlah titik dan luas bleaching. S. maltophilia menyebabkan bleaching paling cepat lima jam pascainfeksi, jumlah titik bleaching 17 titik, dan luas area bleaching 1.87 mm 2 . Dari total skoring tertinggi dengan deskripsi infeksi tinggi menunjukkan bahwa bakteri S.maltophilia adalah bakteri yang sangat patogen dalam menyebabkan penyakit ice-ice pada rumput laut K.alvarezii. Skoring yang diaplikasikan pada penelitian ini mungkin berguna bagi riset sejenis di masa datang. Bakteri yang diperoleh pada penelitian disertasi ini berbeda jenisnya dengan bakteri hasil penelitian-penelitian lain sebelumnya. Largo 1995b melaporkan bakteri yang diisolasi dari rumput laut K. alvarezii adalah Flavobacterium dan Cytophaga. Selanjutnya, Aris 2011 menemukan beberapa bakteri pada rumput laut yakni Pseudomonas sp., Flavobacterium sp., Vibrio sp., Plesiomonas sp. Perbedaan tersebut diduga karena perbedaan daerah dan waktu pengambilan sampel. Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Armstrong et al. 2000 dan Bengtsson et al. 2010 bahwa kelimpahan jenis bakteri yang diperoleh pada rumput laut K.alvarezii sangat bergantung jenis makroalga, bagian talus, dan musim Armstrong et al. 2000; Bengtsson et al. 2010. Secara visual, terdapat dua strain K. alvarezii, yaitu yang berwarna hijau, dan coklat. Pada penelitian disertasi ini digunakan strain coklat. Penelitian spesifikasi strain rumput laut kaitannya dengan jenis bakteri patogen dan tingkat patogenisitasnya perlu dilakukan. Selanjutnya, pada penelitian disertasi ini, semua bagian talus digunakan sebagai sumber isolat sehingga jenis dan komposisi bakteri tidak dapat dikaitkan dengan bagian talus. Selain itu, sampel rumput laut pada penelitian disertasi ini diambil dari Sulawesi Selatan. Indonesia sangat luas, sehingga perlu eksplorasi lebih lanjut untuk memastikan jenis bakteri apa saja yang virulen penyebab ice-ice pada K. alvarezii. Patogenisitas adalah kemampuan untuk menghasilkan penyakit pada organisme inang. Sampai saat ini mekanisme patogenisitas bakteri terhadap penyakit ice-ice pada rumput laut K. alvarezii belum banyak dilaporkan. Beberapa diantaranya patogenisitas bakteri yang dikaitkan dengan luka dan gejala bleaching