15
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Tinjauan Umum Lokasi Penggilingan Padi
Kelurahan Situ Gede adalah suatu kelurahan yang berada di Kecamatan Bogor Barat. Berdasarkan data monografi Kelurahan Situ Gede pada tahun 2010, Kelurahan Situ
Gede mempunyai luas wilayah sebesar 232.47 Ha. Kelurahan ini dibatasi oleh kali Cisadane disebelah utara, kali Sindang Barang disebelah selatan, Desa Cikarawang disebelah barat, dan
Kelurahan Bubulak disebelah timur. Ketinggian tanah di Kelurahan Situ Gede adalah 250 m dari permukaan laut. Suhu udara rata-
rata sebesar 24.9˚C – 25.8˚C. Jarak Kelurahan Situ Gede dari pusat pemerintahan Kecamatan sejauh lima km. Jarak dari Kelurahan ke ibukota provinsi
sejauh 160 km dan jarak dari kelurahan ke ibukota Negara sejauh 100 km. Sebagian besar tanah di Kelurahan Situ Gede digunakan untuk lahan sawah. Lahan
sawah yang terdapat di Kelurahan Situ Gede sebesar 65 Ha. Hal ini yang mendorong sebagian besar besar penduduk kelurahan Situ Gede bekerja sebagai petani atau pun buruh tani. Jumlah
penduduk di Kelurahan Situ Gede sebesar 7,941 orang, yang terdiri dari 4,048 orang laki-laki dan 2893 orang perempuan. Jumlah kelompok tani yang berada di Kelurahan Situ Gede
sebanyak tiga kelompok. Akan tetapi kelompok tani tani tersebut kurang berjalan, sehingga para petani cenderung mengolah lahan sawahnya sendiri. Salah satu penyebab kurang
berjalannya kelompok tani yang terdapat di Kelurahan Situ gede adalah kebanyakan lahan sawah yang terdapat di Kelurahan Situ Gede bukan merupakan lahan milik petani. Petani yang
merupakan penduduk Kelurahan Situ Gede hanya sebagai buruh tani yang menyewa lahan sawah. Pemilik lahan sawah hanya datang setiap musim panen atau sesuai perjanjian dengan
petani yang menyewa lahan tersebut. Di Kelurahan Situ Gede terdapat dua unit pelayanan jasa penggilingan padi.
Penggilingan padi milik bapak Kardi adalah penggilingan padi terbesar dan tertua di Kelurahan Situ Gede, sehingga penulis memilih penggilingan tersebut sebagai lokasi
pengamatan. Hal ini dilakukan dengan harapan pengamatan yang dilakukan dapat mewakili unit pelayanan jasa penggilingan padi lain di Kelurahan Situ Gede. Penggilingan padi milik
bapak Kardi berdiri tahun 1980 dan lokasi penggilingan termasuk strategis karena dikelilingi oleh sawah.
Gambar 2. Penggilingan padi milik Bapak Kardi
16
Fasilitas terdapat di penggilingan padi tersebut antara lain bangunan berukuran 4m x 6m, lantai jemur, mesin penggilingan yang berupa huller dan polisher,serta timbangan. Lantai
jemur yang terdapat di penggilingan berukuran 6m x 9m yang dapat menampung 500-600 kg GKP. Untuk menjemur biasanya tidak dikenai biaya karena petani yang menjemur padinya di
penjemuran milik penggilingan tersebut akan menggiling padinya di penggilingan ini. Namun ada juga petani yang membawa gabah yang sudah siap digiling menjadi beras.
Gambar 3. Lantai Jemur
Mesin huller yang terdapat di penggilingan adalah huller model LM 24 buatan china diproduksi tahun 1977 bertenaga 5.5 kw, berat 115 kg, mempunyai putaran 1,050 rpm, dan
mempunyai kapasitas giling sebesar 1000 kg GKGjam. Mesin polisher yang terdapat di penggilingan adalah polisher model N-70F buatan china, bertenaga 10-11 kw, berat 185 kg,
mempunyai putaran 750-850 rpm, dan berkapasitas 1,100-1,200 kgjam. Untuk menggerakan huller dan polisher diperlukan dua buah mesin penggerak, yaitu mesin diesel Kubota 8.5 PK
untuk menggerakan huller merk LM 24 sebesar 7.4 PK dan mesin diesel Kubota 16 PK untuk menggerakan polisher merk N-70 F sebesar 14 PK. Fasilitas lain yang terdapat di
penggilingan adalah timbangan beras yang mempunyai kapasitas menimbang sampai 500 kg. Petani yang menggiling padinya ke penggilingan ini sebagian besar adalah petani
yang terdapat disekitar penggilingan. Hanya sedikit petani dari luar kelurahan Situ Gede yang menggiling padinya ke penggilingan ini, biasanya petani yang berasal dari Cikarawang dan
Bubulak. Jenis padi yang digiling di penggilingan adalah pandan wangi. Hasil samping penggiliingan yang berupa sekam dan bekatul biasanya diambil secara gratis oleh petani yang
bersangkutan atau dibiarkan begitu saja di penggilingan. Jika sekam tertumpuk terus, sekam akan dibuang atau dibakar di sebelah penggilingan.
Umumnya petani yang terdapat di Kelurahan Situ Gede menanam padi 2-3 musim dalam setahun. Jadwal tanam petani di Kelurahan Situ Gede biasanya bergilir. Jarak waktu
tanam tiap petak sawah antara petani yang satu dengan yang lainnya biasanya berbeda 1-2 minggu. Hal ini dilakukan agar pada saat panen tidak bersamaan dan diharapkan sepanjang
tahun ada petak sawah yang panen. Biasanya pada saat panen, petani tidak langsung menggiling padi seluruhnya, tetapi juga ada yang disimpan untuk persediaan makan selama
17
musim tanam. Jumlah panen yang tinggi biasanya pada bulan Mei, Juni, Juli, dan pada saat mendekati hari raya Idul Fitri. Perkiraan hari kerja adalah 26 hari dalam satu bulan.
Proses penggilingan dimulai dari pemecahan kulit dengan memakai mesin pemecah kulit huller. Pemecahan kulit biasanya dilakukan sebanyak dua kali. Setelah proses
pemecahan kulit dilanjutkan dengan proses pemutihan beras dengan memakai mesin pemutih polisher. Proses pemecahan kulit dilakukan hanya satu kali dan beras yang diperoleh tidak
dipisahkan berdasarkan ukuran beras. Beras kepala, beras patah dan menir yang dihasilkan oleh proses penggilingan seluruhnya ditimbang untuk mengukur besarnya biaya yang
dikenakan ke pemilik beras. Rendemen giling rata-rata yang dihasilkan pada unit penggilingan padi adalah
63.76. Nilai rendemen tersebut terdiri dari beras kepala, beras patah, dan menir yang ikut tercampur. Jika menir tidak dimasukan dalam perhitungan rendemen tersebut, maka nilai
rendemen giling yang diperoleh akan lebih rendah lagi. Rendahnya rendemen giling tersebut dipengaruhi karena faktor keadaan mesin-mesin penggilingan yang ada pada penggilingan
tersebut sudah melewati nilai ekonomisnya sehingga tidak dapat bekerja secara maksimal. Selain itu varietas padi yang digiling dan kondisi gabah yang akan digiling kadar air,
kemurnian gabah, dan sebagainya juga mempengaruhi rendemen giling. Kondisi gabah yang baik biasanya terjadi pada musim kemarau, sedangkan pada musim hujan banyak terjadi gabah
kosong sehingga rendemen gabah menurun.
4.2. Analisis Biaya dan Kelayakan Finansial 4.2.1. Analisis Biaya