3
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1.  Terminologi Pasca Panen Padi
Kegiatan  pascapanen  padi  perontokan,  pengangkutan,  pengeringan,  penggilingan, penyimpanan  dan  pengemasan  Patiwiri,  2006.  Padi  biasanya  dipanen  pada  kadar  air  sekitar
20-27  Patiwiri, 2006. Alat panen yang digunakan umumnya adalah sabit. Perontokan gabah sebagian  besar  dilakukan  langsung  di  sawah  setelah  panen  dengan  cara  menggebot
membanting  ke  atas  kayu  atau  bambu,  dan  menggunakan  power  thresher,  kemudian dilanjutkan dengan pengeringan.
Proses pengeringan gabah bertujuan untuk menurunkan kadar air gabah agar dicapai tingkat  kadar  air  yang  aman  untuk  disimpan  atau  untuk  penggilingan.  Kadar  air  yang  baik
untuk  penyimpanan  adalah  14.  Pengeringan  gabah  biasanya  masih  dilakukan  dengan  cara penjemuran.  Setelah  dikeringkan  gabah  dapat  langsung  digiling  atau  disimpan.  Penggilingan
gabah yang telah dikeringkan adalah usaha untuk memisahkan kulit gabah sekam dan dedak dari  butir  gabah  untuk  diolah  menjadi  beras  sosoh  polish  rice.  Selama  penanganan  proses
pascapanen  berlangsung  terjadi  penyusutan  hasil  padi.  Besarnya  penyusutan  tergantung penanganan  petani  dari  mulai  panen  sampai  pengangkutanpenjualan.  Badan  Pusat  Statistik
BPS  tahun  1996,  menyimpulkan  bahwa  tingkat  kehilangan  hasil  panen  padi  di  Indonesia masih cukup tinggi  yaitu sebesar 20.42. Kehilangan tersebut secara terinci terjadi pada saat
panen  9.5,  perontokan  4.8,  penggilingan  2.2,  pengeringan  2.1,  penyimpanan 1.6, dan pengangkutan 0.2 Rachmat, 2007.
Kualitas fisik gabah ditentukan oleh kadar air dan kemurnian gabah Patiwiri, 2006. Yang dimaksud dengan kadar air gabah adalah jumlah kandungan air dalam butiran gabah yang
biasanya dinyatakan dalam satuan persen  dari berat basah wet basis. Sedangkan tingkat kemurnian  gabah  merupakan  persentase  barat  gabah  bernas  terhadap  berat  keseluruhan
campuran gabah. Makin banyak benda asing atau gabah hampa atau rusak di dalam campuran gabah  maka  tingkat  kemurnian  gabah  makin  rendah.  Kualitas  gabah  yang  baik  akan
berpengaruh  pada  tingginya  rendemen  giling.  Rendemen  giling  adalah  persentase  berat  beras sosoh terhadap berat gabah yang digiling seperti ditunjukan pada persamaan 1.
Rendemen giling = x 100 ............................................................1
Berat  sosoh  yang  dimaksud  adalah  gabungan  beras  kepala,  dan  beras  patah  besar. Selain  dipengaruhi  oleh  kualitas  gabah,  rendemen  giling  juga  dipengaruhi  oleh  varietas  padi
dan  kinerja  mesin-mesin  yang  dipakai  dalam  proses  penggilingan.  Kadar  air  gabah  yang optimal untuk melakukan penggilingan adalah 13-15 Patiwiri, 2006. Gabah pada kadar air
optimum ini disebut gabah kering giling GKG. Pada kadar air yang lebih tinggi, gabah akan sulit dikupas, sedangkan pada kadar air yang lebih rendah, butiran gabah menjadi mudah patah.
Kemurnian  gabah  dipengaruhi  oleh  adanya  butir  yang  tidak  bernas  seperti  butir hampa,  muda,  berkapur,  gabah  yang  telah  terkelupas  beras  pecah  kulit,  gabah  patah,  dan
benda asing atau kotoran yang tidak tergolong gabah, seperti debu, butir-butir tanah, batu-batu, kerikil,  potongan  kayu,  potongan  logam,  tangkai  padi,  biji-biji  lain,  bangkai  serangga  hama,
serat  karung,  dan  sebagainya.  Beberapa  faktor  penting  yang  mempengaruhi  ketidakmurnian butiran gabah adalah sebagai berikut :
A. Kualitas Fisik Gabah
Kualitas  fisik  gabah  sangat mempengaruhi  ketidakmurnian gabah.  Kondisi  gabah yang  umumnya  terjadi antara lain  butir hampa,  butir  kuningrusak,  butir hijaumengapur,
butir  merah  Patiwiri,  2006.  Butir  hampa  adalah  butir  gabah  yang  tidak  berkembang sempurna atau akibat serangan hama, penyakit atau sebab lain sehingga tidak berisi butir
beras  walaupun  kedua tangkup  sekamnya  tertutup maupun terbuka.  Butir  gabah  setengah
4
hampa  tergolong  butir  hampa.  Patiwiri,  2006.  Butir  kuning  adalah  butir  gabah  yang ditumbuhi jamur pada kulitnya. Butir hijau adalah butir gabah yang berisi cairan berwarna
putih  seperti  kapur  disebabkan  karena  proses  pemasakan  yang  belum  sempurna.  Butir merah adalah butir gabah yang masih basah. Kasno, 2009.
B. Kematangan Butiran Beras
Padi yang dipanen terlalu awal sebelum matang akan memberikan jumlah gabah muda  yang  tinggi.  Gabah  muda  cenderung  mudah  patah  pada  saat  digiling  dan
menghasilkan banyak butiran berkapur, sebaliknya gabah yang dipanen lewat matang akan mudah  rontok  di  lahan  dan  mudah  pecah  pada  saat  digiling.  Gabah  muda  mengandung
lebih  banyak  sekam  daripada  gabah  matang.  Porsi  sekam  pada  gabah muda  sekitar 35, sedangkan  porsi  sekam  pada  gabah  matang  sekitar  20.  Dengan  demikian,  rendemen
giling  yang  dihasilkan  pada  penggilingan  gabah  muda  akan  lebih rendah  daripada  gabah matang.
Adanya  butiran  gabah  muda  tidak  dapat  dihindari  namun  dapat  diperkecil,  yaitu dengan  melakukan  pemanenan  tepat  waktu  dan  melakukan  pembersihan  sebelum
penggilingan. Dengan usaha ini rendemen giling dapat ditingkatkan.
C. Keseragaman Varietas Gabah
Di  dalam  campuran  gabah  bisa  terdapat  butiran-butiran  varietas  lain.  Apabila jumlahnya  cukup  besar  maka  proses  penggilingan  akan  terganggu  terutama  apabila
varietas-varietas  yang  tercampur  tersebut  memerlukan  penyetelan  mesin  yang  berbeda. Disamping  mengganggu  proses  penggilingan,  beras  sosoh  yang  berisikan  campuran
beberapa  varietas  dapat  mengurangi  selera  konsumen  serta  membuka  peluang  persentase beras patah lebih banyak.
D. Kerusakan Gabah