UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2.4 Asam Amino
Asam amino merupakan unit dasar struktur protein. Suatu asam amino α terdiri dari gugus amino, gugus karboksil, atom H dan gugus R tertentu,
yang semuanya terikat pada atom karbon α. Atom karbon ini disebut α
karena bersebelahan dengan gugus karboksil asam. Gugus R menyatakan rantai samping Stryer, 2000.
Rumus umum asam amino:
Gambar 2.3 Struktur Asam Amino Sumardjo, 2009 Berdasarkan polaritas gugus R, asam amino dibedakan menjadi 4
golongan yaitu 1 asam amino dengan gugus-R yang bersifat non polar, seperti alanin, leusin, isoleusin, valin, prolin, fenilalanin, triftopan, dan
metionin, 2 asam amino dengan gugus –R polar tidak bermuatan, seperti
serin, treonin, tirosin, aspargin, glutamin, sistein dan glisin, 3 asam amino dengan gugus
–R bermuatan positif, seperti lisin, arginin, histidin, dan 4 asam amino dengan gugus
–R bermuatan negatif, seperti asam aspartat dan asam glutamat Bodanszky, 1993 ; Sumarno et al., 2002.
2.4.1 Kromatografi Cair Kinerja Tinggi KCKT
KCKT secara mendasar merupakan perkembangan tingkat tinggi dari kromatografi kolom. Kromatografi Cair Kinerja Tinggi KCKT adalah
kromatografi yang dikembangkan menggunakan cairan sebagai fase gerak baik cairan polar maupun cairan non polar, dan bekerja pada tekanan tinggi
Adnan 1997. Kromatografi Cair Kinerja Tinggi KCKT merupakan suatu cara pemisahan komponen dari suatu campuran berdasarkan perbedaan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
distribusiabsorbsiadsorbsi komponen di antara dua fase yang berbeda, yaitu fase diam stasioner dan fase gerak mobil Salamah, 1997.
Pelarut yang biasanya digunakan pada KCKT adalah air, metanol, asetonitril, kloroform, dan pelarut lainnya yang berada dalam keadaan murni
HPLC grade. Pelarut-pelarut tersebut sebelum digunakan harus disaring terlebih dahulu dengan kertas saring milipore 0,45 mm dan harus
dihilangkan gasnya degassing Salamah, 1997. Komponen utama alat yang dipakai dalam KCKT antara lain 1 reservoir zat pelarut untuk fase
mobil; 2 pompa; 3 injektor; 4 kolom; 5 detektor dan 6 rekorder Adnan, 1997. Jantung dari peralatan KCKT adalah kolom dimana terdapat
fase diam dan terjadi pemisahan komponen antara fase diam dan fase bergerak yang dialirkan dengan bantuan pompa Salamah, 1997. Alur
proses penggunaan KCKT dapat dilihat pada Gambar :
Gambar 2.4 Alur proses penggunaan HPLC Husgen dan Schuster, 2001
Analisis asam amino merupakan metode penentuan komposisi asam amino atau kandungan protein dan peptida. Sebelum dilakukan analisis
asam amino dengan kromatografi terlebih dahulu dilakukan hidrolisis yang bertujuan untuk memutuskan ikatan peptidanya dengan hidrolisis asam dan
basa yang kuat atau dengan menggunakan enzim spesifik untuk mendapatkan asam amino. Pada hidrolisis asam unsur yang dasar yang
diperlukan adalah HCl 6 M, suhu 110 C dan waktu 24 jam. Reaksinya
biasanya dilakukan di tabung kaca yang ditutup rapat, yang sebelumnya telah dikeluarkan gasnya. Sementara itu, pada hidrolisis basa, ikatan amida
dapat diputus dengan perlakuan terhadap peptida menggunakan NaOH 2M
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
pada suhu 100 C. Hidrolisis basa menghasilkan destruksi arginin, sistein,
serin, dan treonin Bailey, 1990. Dengan hidrolisis asam, triptofan tidak stabil dalam lingkungan asam, sehingga rusak dalam hidrolisis asam dan
sedikit kerusakan juga terjadi pada serin dan treonin, sedangkan asparagin dan glutamin akan terhidrolisa sempurna menjadi asam aspartat dan asam
glutamat dengan membebaskan ion amonium Linder, 1992 ; Sumarno et al., 2002. Selain itu, ada pula hidrolisis enzim. Peristiwa ini terjadi didalam
tubuh. Untuk menghancurkan makanan, perut memiliki enzim dengan kadar tertentu yang dapat dikatalisi untuk memotong ikatan peptida yang dikenal
sebagai peptidase. Amino peptidase bekerja cepat dan efisien dalam hidrolisis ikatan peptida sekaligus memotong suatu residu asam amino
mulai dari ujung N Bailey, 1990. Pemisahan yang umum dilakukan adalah dengan cara kromatografi. Di antara teknik kromatografi yang dapat
dilakukan dengan pemisahan, yaitu kromatografi penukar ion, kromatografi kertas, dan kromatografi cair kinerja tinggi. Selain itu, pemisahan asam
amino dapat pula dilakukan dengan elektroforesis kertas Bailey, 1990. Kromatografi penukar ion sangat efisien dalam memisahkan
campuran asam amino dengan menggunakan kolom penukar ion secara paralel dengan metode deteksi ninhidrin yang hasilnya reprodusibel
sehingga teknik ini sangat banyak digunakan dalam pemisahan dan analisis campuran asam amino. Kromatografi kertas digunakan dalam pemisahan
asam amino berdasarkan fakta bahwa gugus selulosa kertas memiliki afinitas kuat terhadap molekul air, yang terbentuk oleh ikatan hidrogen
dengan gugus OH pada rantai polisakarida. Jika asam amino tidak dapat dipisahkan dengan sempurna dengan kromatografi kertas sederhana, maka
kromatogram dua dimensi dapat dicoba Bailey, 1990. KCKT tidak umum digunakan pada pemisahan asam amino Bailey, 1990. Banyak senyawa
yang sukar dideteksi oleh detektor KCKT. Salah satu upaya yang dilakukan untuk mengatasi hal tersebut adalah dengan melakukan proses derivatisasi.
Derivatisasi dalam KCKT bertujuan untuk mengubah analit menjadi bentuk yang dapat terdeteksi oleh sistem detektor yang digunakan. Proses
derivatisasi dapat dilakukan sebelum sampel diinjeksikan pre colomn
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
derivatization, atau sesudah pemisahan dari kolom post colomn derivatization Adnan, 1997.
Metode analisis asam amino dengan KCKT memiliki beberapa keuntungan diantaranya dapat bekerja lebih cepat sehingga waktu yang
dibutuhkan singkat serta KCKT mampu memisahkan senyawa yang sangat serupa dengan resolusi yang baik Adnan, 1997. Kelemahan dari metode
ini adalah sulitya mendeteksi yang kita inginkan jika sampel yang digunakan memiliki banyak pengotor. Selain itu, kebersihan kolom KCKT
harus dijaga, karena kolom yang kotor tidak akan mampu mendeteksi senyawa yang akan dianalisa Husgen dan Schueter, 2001.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
3. 1 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan dilaboratorium Jurusan Farmasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Laboratorium Mikrobiologi Pusat Laboratorium
Terpadu Kampus UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Laboratorium PT. Saraswanti Indo Genetech, waktu penelitian ini berlangsung dari bulan
Januari sampai Agustus 2013.
3.2 Alat dan Bahan 3.2.1. Alat
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah spektrofotometer UV-VIS ParkinElmer Lambda 25, pH meter, 1 set alat elektroforesis Bio-
Rad, mikropipet beserta tipnya, erlenmeyer, labu ukur, sentrifuge beserta tabungnya, peralatan gelas, pinset, spatula, syringe, tabung reaksi, tabung
ulir, batang pengaduk, vial, oven, timbangan analitik Wiggen Hauser, pipet volumetrik, vortex, pipet tetes, gelas piala, gelas ukur, tabung reaksi,
Laminar Air Flow LAF, 1 set perangkat KCKT Waters tipe Breeze.
3.2.2 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah ampas biji jinten hitam diperoleh dari PT. Lantabura Internasional, Depok, berasal dari
negara Ethiopia, aquabidest, dinatrium hidrogen fosfat, natrium klorida, natriumm dihidrogen posfat, Bovin Serum Albumin BSA, natrium
karbonat, natrium hidroksida, CuSO
4
.H
2
O, Na.K-tartrat, pereaksi folin ciocalteu, standar berat molekul protein Bio-Rad Prestained SDS-PAGE
Standars, Broad Range 10 kDa-250 kDa, commasie brilliant blue, larutan