Tinjauan Terhadap Kejahatan Korporasi

Terkait atas apa yang diterjemahkan oleh I.G. Ray Wijaya, Sutan Remy Sjahdeini mengatakan bahwa “asas hukum korporasi menentukan bahwa pengurus adalah organ organisasi, kalbu pengurus adalah kalbu korporasi, dan jasmani pengurus adalah jasmani korporasi”. 9 Analisa dari pendapat 2 pakar ini adalah bahwa korporasi adalah manusia buatan yang memiliki organ, kalbu serta jasmani. Jadi sudah seharusnya korporasi mempunyai hak dan kewajiban dalam hukum. Menurut Sahetapy, perumusan tindak pidana korporasi sampai saat ini masih merupakan suatu dilema, sama dilemanya dengan konsep white collar crime yang diperkenalkan pertama kali oleh Sutherland yang memunculkan setumpuk istilah dengan makna dalam konteks yang berbeda namun dalam ruang lingkup yang sama pula. 10 Corporate crime didefinisikan sebagai suatu tindak kejahatan yang dilakukan dan dapat dituntutkan kepada suatu korporasi sebagai akibat dari aktivitas pejabat atau karyawannya. 11 Marshall B. Clinhard mengatakan bahwa kejahatan korporasi adalah kejahatan terorganisasi yang terjadi dalam konteks yang sangat kompleks dan bervariasi yang merupakan hubungan struktural dan hubungan antara dewan direksi, eksekutif, dan manajer di satu sisi dan induk korporasi, divisi korporasi dan subsidiary-subsidiarinya di sisi lain. 12 9 Sutan Remy Sjahdeini, Pertanggungjawaban Pidana Korporas, Jakarta: Grafiti Pers, , 2006, h. 22. 10 J.E. Sahetapy, Kejahatan Korporasi, Bandung: Eresco, 1994, h. 25. 11 Henry Campbel, . Black’s Law Dictionary, New York: Barron‟s Educational Series Inc, 1990, h. 339 12 Henry Campbel, . Black’s Law Dictionary, New York: Barron‟s Educational Series Inc, 1990,h. 28. Pengertian lain mengenai kejahatan korporasi adalah suatu bentuk kejahatan crime dalam bentuk white collar crime, yang merupakan perbuatan melawan hukum, yang dilakukan oleh suatu perusahaan atau badan hukum, baik melalui pengurus atau yang mendapatkan otorisasi olehnya, meskipun badan hukum tersebut tidak pernah mempunyai niat jahat mens rea. 13 Menurut Indriyanto Seno Adji korporasi corporate crime, Sebagai pelanggaran-pelanggaran dimana pelaku-pelakunya mengalami perubahan dari “orang” meluas pada “badan hukum” korporasi yang sering mempunyai kedudukan sosial ekonomi tinggi dan terhormat, serta perbuatannya dilakukan tanpa adanya kekerasan fisik, Bahkan sering kali didasari suatu alasan ke giatan perekonomian yang sah “legitimate economic activities ”, sehingga kejahatan ini sering dikatakan bagian dari “Kejahatan Ekonomi” “economic crime”. Orientasi kejahatan korporasi diarahkan pada skala “bisnis besar” dan bukan “Bisnis Sekala Kecil”. 14

2. Bentuk-bentuk Kejahatan Korporasi

Menurut Hatrik yang mengutip pendapat Steven Box, bentuk-bentuk kejahatan korporasi adalah bentuk-bentuk pelanggaran hukum yang dilakukan oleh korporasi dalam usaha mencapai tujuan korporasi untuk memperoleh profit. 15 Pada dasarnya tidak terdapat pembagian-pembagian 13 Munir Fuady, Bisnis Kotor Anatomi Kejahatan Kerah Putih, Bandung: Citra Aditya Bakti, 2004, h. 27. 14 Indriyanto Seno Adji, Arah Sistem Peradilan Pidana, Jakarta: Kantor Pengacara dan KonsultanHukum Prof. Oemar Seno Adji, SH Rekan, 2001, h. 73. 15 Hamzah Hatrik, Asas Pertanggungjawaban Korporasi Dalam Hukum Pidana Indonesia, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1998, h. 8. secara khusus yang dihasilkan oleh para pakar hukum dalam menghasilkan bentuk-bentuk kejahatan korporasi, namun yang paling sering terjadi dan korporasi dituntut dalam hal melakukannya adalah : a. Kejahatan terhadap konsumen, dengan cara memberikan informasi yang menyesatkan yang hampir sama dengan tindak pidana penipuan dimana korporasi sebagai pelakunya memberikan informasi yang menyesatkan kepada publik agar publik melakukan suatu tindakan atau tidak melakukan tindakan sehingga memberikan keuntungan bagi si pelaku. b. Kejahatan terhadap lingkungan hidup adalah dengan cara masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan atau komponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga kualitasnya turun sampai tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan hidup tidak c. dapat berfungsi sesuai dengan peruntukannya. d. Kejahatan pasar modal, yaitu dengan cara memperdagangkan orang dalam insider trading yaitu pihak yang memanfaatkan informasi yang bersifat material yang belum tersedia bagi publik yang memperoleh keuntungan dari perdagangan efek yang didasarkan adanya suatu informasi orang dalam yang belum terbuka untuk umum.

3. Unsur-unsur Kejahatan Korporasi

Menurut Sutan Remy Sjahdeini, 16 korporasi dapat dibebankan pertanggungjawaban pidana apabila terdapat unsur-unsur sebagai berikut : 16 Sutan Remy Sjahdeini, Pertanggungjawaban Pidana Korporasi, Jakarta: Grafiti Pers, , 2006 h. 118. a. Tindak pidana tersebut dilakukan atau diperintahkan oleh personel korporasi yang memiliki posisi sebagai direksi dari korporasi. b. Tindak pidana tersebut dilakukan dalam rangka maksud dan tujuan korporasi. c. Tindak pidana dilakukan oleh pelaku atau atas perintah pemberi perintah dalam rangka tugasnya dalam korporasi. d. Tindak pidana tersebut dilakukan dengan maksud memberikan manfaat bagi korporasi. e. Pelaku atau pemberi perintah tidak memiliki alasan pembenar atau pemaaf untuk dibebaskan dari pertanggungjawaban. Maka dari itu unsur-unsur tersebut harus terpenuhi agar pertanggungjawaban tindak pidana korporasi dapat dibebankan kepada direksi yang memiliki wewenang dalam nenentukan atau memutuskan kebijakan korporasi. Dalam UUPLH, faktor utama terjadinya sengketa lingkungan adalah apabila terjadi pencemaranperusakan seperti yang tercantum dalam Pasal 1 angka 12 dan Pasal 1 angka 14 UUPLH. Menurut pengertian Pasal 1 angka 12 dalam UU tersebut, terdapat hal-hal yang dapat ditemukan sebagai unsur-unsur perbuatan pencemaran lingkungan hidup, unsur-unsur itu adalah : a. Masuk atau dimasukkannya. Hal ini adalah komponen asing dari luar yang masuk kedalam lingkungan yang berakibat kepada perusakan dan pencemaran. b. Kegiatan manusia. Pencemaran lingkungan lebih besar terjadi karena adanya kegiatan manusia yang mengekploitasi dan mengeksplorasi lingkungan dengan tidak mengindahkan peraturan-peraturan pengelolaan lingkungan hidup. c. Turunnya kualitas lingkungan. Pencemaran yang terjadi telah menyebabkan turunnya kualitas atau mutu lingkungan tersebut. 17 Sedangkan mengenai perbuatan perusakan lingkungan dirumuskan secara tegas dalam Pasal 1 angka 14, bahwa : “Segala perusakan lingkungan hidup adalah tindakan yang menimbulkan perubahan langsung atau tidak langsung terhadap sifat baik fisik danatau hayatinya yang mengakibatkan lingkungan hidup tidak berfungsi lagi dalam menunjang pembangunan berkelanjutan”.

4. Pelaku Kejahatan Korporasi

Dalam sistem pidana Indonesia, suatu perbuatan merupakan tindak pidana atau perilaku melanggar hukum pidana hanyalah apabila suatu ketentuan pidana yang telah menentukan bahwa perbuatan itu merupakan tindak pidana. Hal ini berkenaan dengan berlakunya asas legalitas sebagaimana ditentukan dalam Pasal 1 ayat 1 KUHP, yang berbunyi “Tiada suatu perbuatan dapat dipidana kecuali berdasarkan aturan pidana dalam perundang- undangan sebelum perbuatan itu dilakukan telah ada.” 17 Hyronimus Rihti, Hukum Penyelesaian Sengketa Lingkungan Hidup, Yogyakarta: Universitas AtmaJaya, 2006, h. 8.