Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian Rancangan Penelitian

III. BAHAN DAN METODE

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Kelurahan Limo, Kecamatan Limo, Kota Depok, untuk analisis contoh tanah dan mikroba tanah dilakukan di Laboratorium Bioteknologi Tanah, Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penelitian dilakukan pada bulan April sampai dengan Agustus 2009.

3.2. Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah, benih padi varietas Ciherang, pupuk Urea, SP-18, KCl, kompos, bio-organic fertilizer Fertismart, contoh tanah serta media tumbuh mikrob yaitu, Nutrient Agar, Martin Agar, Nitrogen Free Manitol NFM, dan Pikovskaya. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah laminar flow, shaker, autoklaf, inkubator, oven, neraca dan peralatan gelas kimia. Hasil analisis pupuk anorganik, kompos dan bio-organic fertilizer disajikan pada tabel lampiran 1 dan 2.

3.3. Metode Penelitian Rancangan Penelitian

Penelitian lapang meliputi penanaman padi dengan metode konvensional dan S.R.I. Penelitian dirancang berdasarkan Rancangan Acak Kelompok RAK dengan empat perlakuan dan empat ulangan, sehingga terdapat 16 petak percobaan masing-masing berukuran 4 m x 5 m. Perlakuan penanaman sebagai berikut: 1. Konvensional T0. Bibit padi yang ditanam berumur 26 hari setelah semai, sebanyak 8 bibit dalam satu lubang dengan jarak tanam 20 cm x 20 cm. Penggenangan dilakukan secara kontinu dengan ketinggian sekitar 5 cm. Pemupukan dengan dosis 250 kg Ureaha, 200 kg SP-18 ha dan 100 kg KClha. 2. S.R.I. Anorganik T1. Bibit padi yang ditanam berumur 6 hari setelah semai, sebanyak satu bibit per lubang dengan jarak tanam 30 cm x 30 cm. Transplantasi bibit dari persemaian ke lahan yang telah disiapkan dilakukan dengan hati-hati dan cepat kurang dari 30 menit. Bibit ditanam pada kedalaman 2 cm dengan posisi akar horizontal. Irigasi diatur sampai tanah mencapai kondisi jenuh tetapi tidak tergenang. Pupuk yang digunakan sama dengan perlakuan T0. 3. S.R.I. Organik T2. Bibit padi yang ditanam berumur 6 hari setelah semai, sebanyak satu bibit per lubang dengan jarak tanam 30 cm x 30 cm. Transplantasi bibit dari persemaian ke lahan yang telah disiapkan dilakukan dengan hati-hati dan cepat kurang dari 30 menit. Bibit ditanam pada kedalaman 2 cm dengan posisi akar horizontal. Irigasi diatur sampai tanah mencapai kondisi jenuh tetapi tidak tergenang. Pemupukan menggunakan pupuk organik yaitu kompos dengan dosis 5 tonha. 4. S.R.I. Semi Organik T3. Bibit padi yang ditanam berumur 6 hari setelah semai, sebanyak satu bibit per lubang dengan jarak tanam 30 cm x 30 cm. Transplantasi bibit dari persemaian ke lahan yang telah disiapkan dilakukan dengan hati-hati dan cepat kurang dari 30 menit. Bibit ditanam pada kedalaman 2 cm dengan posisi akar horizontal. Irigasi diatur sampai tanah mencapai kondisi jenuh tetapi tidak tergenang. Pemupukan menggunakan pupuk organik hayati bio-organic fertilizer yaitu pupuk Fertismart dengan dosis 300 kgha dan pupuk anorganik seperti T0 dengan dosis setengahnya. Penanaman, Pemupukan dan Pengairan Penanaman dilakukan dengan menarik garis menggunakan caplak pada setiap petakan. Caplak berukuraan 20 cm x 20 cm untuk budidaya padi konvensional dan berukuran 30 cmx 30 cm untuk budidaya S.R.I. Penggunaan caplak bertujuan agar jarak tanam antar tanaman sama. Pemberian pupuk dilakukan pada saat tanam dengan cara ditebar sebagai pupuk dasar. Pupuk diberikan pada setiap petakan sesuai dengan perlakuan yang akan dilakukan. Pupuk yang diberikan yaitu pupuk Urea dengan dosis setengahnya, pupuk SP-18 dengan dosis penuh, pupuk KCl dengan dosis penuh dan Fertismart dengan dosis penuh. Pupuk Urea diberikan kembali dengan dosis setengahnya pada saat tanaman berumur 5 MST. Pengairan pada sistem konvensional diatur agar selalu tergenang secara kontinu dengan ketinggian sekitar 5 cm. Sedangkan pada sistem budidaya S.R.I. pengairan diatur sampai tanah mencapai kondisi jenuh tetapi tidak tergenang. Akan tetapi saat tanaman berumur 8 MST, air irigasi tidak berjalan karena di lokasi penelitian terjadi kekeringan sehingga pengairan dilakukan dengan melakukan penyiraman setiap 2 hari sekali sampai kondisi tanah lembab. Gambar 1. Tata Letak Petakan Percobaan di Lapang Pengambilan Contoh Tanah Pengambilan contoh tanah dilakukan pada saat awal tanam 0 HST, pertengahan tanam 55 HST dan akhir tanam 88 HST untuk Konvensional dan 100 HST untuk S.R.I. April-Agustus 2009. Pengambilan contoh tanah dilakukan secara komposit pada 5 titik pada kedalaman 0-10 cm. Pada setiap petak diambil lima titik tanah yang dapat mewakili kondisi petakan tersebut, dari lima titik tanah tersebut dicampurkan dan diaduk hingga rata kemudian tanah diambil secukupnya, sehingga dari satu petakan didapatkan satu sampel tanah. 5 m 4 m Gambar 2. Denah Pengambilan Contoh Tanah pada Petakan Analisis Kimia Tanah Analisis kimia tanah dilakukan sebagai analisis pendahuluan untuk mengetahui kesuburan tanah. Analisis kimia tanah bertujuan untuk menetapkan pH, C-organik, N-total, Ca, Mg, K dapat dipertukarkan, KTK dan KB. Hasil analisis sifat kimia tanah disajikan pada tabel lampiran 3. Analisis Mikroba Tanah Analisis mikroba tanah dilakukan untuk mengetahui populasi total mikroba, total fungi, Azotobacter, dan mikroba pelarut fosfat dengan menggunakan metode cawan hitung. Sebanyak 10 g tanah dimasukkan ke dalam 90 ml larutan fisiologis 8.5 g NaCl1 liter aquades dan dibuat seri pengenceran sampai 10 -6 . Untuk menghitung total mikroba digunakan seri pengenceran 10 -5 -10 -6 , seri pengenceran 10 -3 dan 10 -4 digunakan untuk total fungi dan Azotobacter, sedangkan untuk mikroba pelarut fosfat MPF digunakan seri pengenceran 10 -4 -10 -5 . Sebanyak 1 ml larutan dari masing-masing seri pengenceran dipindahkan ke cawan petri yang kemudian dituang media biak sesuai dengan mikrob yang akan ditumbuhkan. Inkubasi dilakukan selama 3-5 hari untuk menghitung populasi total mikroba dan total fungi, Azotobacter dan mikroba pelarut fosfat. Keseluruhan proses dilakukan secara steril untuk menghindari kontaminasi yang dapat mengganggu parameter yang ditetapkan. Pengamatan Agronomis Pengamatan agronomis tanaman dilakukan setiap 2 minggu, dengan parameter tinggi tanaman dan jumlah batang per rumpun. Serta pengamatan agronomis pasca panen meliputi bobot Gabah Kering Panen GKP, bobot Gabah Kering Giling GKG, jumlah batang produktif, dan bobot 1000 butir.

3.4. Analisis Data