Populasi Mikroba Tanah Saat akhir Tanam

cenderung menurun dibandingkan saat awal tanam. Hal ini dikarenakan pada saat pertengahan tanam telah berkurang suplai bahan organik di dalam tanah yang berfungsi sebagi sumber energi bagi mikroba, sedangkan pada awal tanam sumber bahan organik masih cukup banyak yang berasal dari sisa tunggul dan akar tanaman musim tanam sebelumnya. Saat pertengahan tanam populasi mikroba tanah baik total mikroba, total fungi, Azotobacter maupun mikroba pelarut fosfat mulai menunjukkan perbedaan pada setiap perlakuan. Populasi mikroba pada perlakuan konvensional paling rendah diantara perlakuan yang lain, sedangkan populasi mikroba tertinggi terdapat pada perlakuan S.R.I. Organik. Namun berdasarkan hasil uji statistik, populasi mikroba tanah pada pertengahan tanam tidak menunjukkan perbedaan yang nyata. Tabel 3. Populasi Mikroba Tanah Saat Pertengahan Tanam pada Budidaya Konvensional, S.R.I. Anorganik, S.R.I. Organik dan S.R.I. Semi- Organik. angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama dalam satu kolom tidak menunjukkan perbedaan yang nyata menurut DMRT 5. Perlakuan Populasi Mikroba Tanah Saat Pertengahan Tanam SPKg BKM Total Mikroba x10 6 Total Fungi x10 4 Azotobacter x10 4 MPF x10 5 Konvensional T0 0.76a 0.38a 0.71a 0.35a S.R.I. Anorganik T1 0.91a 0.46a 1.06a 0.53a S.R.I. Organik T2 1.55a 0.76a 1.14a 0.70a S.R.I. Semi-Organik T3 1.22a 0.73a 0.98a 0.64a

4.3. Populasi Mikroba Tanah Saat akhir Tanam

Populasi mikroba tanah saat akhir tanam dianalisis saat tanaman panen, yaitu 88 HST untuk konvensional dan 100 HST untuk S.R.I. Saat akhir tanam populasi mikroba tanah pada budidaya S.R.I. lebih tinggi dibandingkan budidaya konvensional. Tabel 4 menunjukkan bahwa populasi mikroba tanah berbeda nyata antara budidaya padi konvensional dengan budidaya S.R.I. saat akhir tanam, yaitu populasi total fungi dan Azotobacter nyata lebih tinggi pada budidaya S.R.I. dibandingkan dengan budidaya padi konvensional, selain itu budidaya S.R.I. anorganik memiliki total mikroba dan mikroba pelarut fosfat lebih tinggi dibandingkan dengan budidaya konvensional walaupun tidak menunjukkan perbedaan yang nyata. Tabel 4. Populasi Mikroba Tanah Saat Akhir Tanam pada Budidaya Konvensional, S.R.I. Anorganik, S.R.I. Organik dan S.R.I. Semi- Organik. angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama dalam satu kolom tidak menunjukkan perbedaan yang nyata menurut DMRT 5. Perlakuan Populasi Mikroba Tanah Saat Akhir Tanam SPKg BKM Total Mikroba x10 6 Total Fungi x10 4 Azotobacter x10 4 MPF x10 5 Konvensional T0 0.56a 0.18a 0.19a 0.29a S.R.I. Anorganik T1 1.09ab 0.72b 1.09b 0.47ab S.R.I. Organik T2 2.07b 1.27b 1.78b 0.86b S.R.I. Semi-Organik T3 2.32b 0.80b 1.85b 0.61b Tingginya populasi mikroba tanah saat akhir tanam pada perlakuan S.R.I. tidak sebanding dengan hasil produksi padinya dikarenakan pada lokasi penelitian terjadi kekeringan saat tanaman berumur 56 HST, dimana pada saat tersebut tanaman konvensional telah mulai mengeluarkan malai, sedangkan tanaman S.R.I. baru akan memasuki fase pembentukan malai sehingga dampak dari kekeringan tersebut lebih berpengaruh terhadap hasil tanaman S.R.I. Dampak dari kekeringan yang terjadi tidak terlalu berpengaruh terhadap populasi mikroba tanah karena dengan kondisi tanah yang kering menyebabkan suplai oksigen ke dalam tanah semakin banyak dan kelembaban tanah pun tetap terjaga dengan dilakukannya penyiraman. Menurut Sutedjo 1991, komposisi kuantitatif dan kualitatif dari suatu kompleks populasi mikroba tanah dikendalikan oleh sifat ketersediaan bahan makanannutrisi, kondisi fisik, kimiawi dan biologi serta kondisi-kondisi lingkungan terutama aerasi, temperatur dan keadaan kelembaban. 4.4. Dinamika Populasi Mikroba Tanah 4.4.1. Total Mikroba