S.R.I. semi-organik dan terendah pada budidaya konvensional. Hasil penelitian Simarmata 2005 menyatakan bahwa penambahan bahan organik sangat efektif
untuk meningkatkan aktivitas mikroba tanah heterotrof, yaitu bakteri yang menggunakan senyawa organik sebagai sumber karbonnya atau sumber energi.
Selain itu penambahan bahan organik juga meningkatkan aktivitas aktinomisetes dan jamur yang berperan penting dalam proses agregasi partikel tanah struktur
tanah. Populasi mikroorganisme tanah yang tinggi menggambarkan adanya suplai
makanan atau energi yang cukup ditambah lagi dengan temperatur yang sesuai, ketersediaan air yang cukup, dan kondisi ekologi lain yang menyokong
perkembangan mikroorganisme pada tanah tersebut. Jumlah total mikroorganisme sangat berguna dalam menentukan tempat mikroorganisme dalam hubungannya
dengan sistem perakaran, sisa bahan organik dan kedalaman profil tanah. Data ini juga berguna dalam membandingkan keragaman iklim dan pengolahan tanah
terhadap aktivitas organisme di dalam tanah Anas, 1989.
4.4.2. Total Fungi
Fungi merupakan bagian dari kelompok organotrophs yang sangat responsif terhadap proses dekomposisi residu bahan organik. Gambar 4
menunjukkan dinamika populasi total fungi pada budidaya padi konvensional, S.R.I. anorganik, S.R.I. organik dan S.R.I. semi-organik.
-0.5 0.0
0.5 1.0
1.5 2.0
P o
pul as
i x
10
4
SP K
g B
KM
Awal Tengah
Akhir Konvensional
S.R.I. Organik
S.R.I. Anorganik
S.R.I. Semi-Organik
Gambar 4. Dinamika Populasi Total Fungi pada Budidaya Konvensional, S.R.I. Anorganik, S.R.I. Organik dan S.R.I. Semi-Organik
Gambar tersebut menunjukkan bahwa populasi total fungi dari awal tanam hingga pertengahan tanam mengalami penurunan pada budidaya konvensional,
S.R.I. anorganik dan S.R.I. semi-organik sedangkan pada S.R.I. organik populasi total fungi meningkat pada pertengahan tanam. Hal ini dikarenakan sumber bahan
organik pada budidaya S.R.I. organik saat pertengahan tanam masih cukup banyak yang berfungsi sebagai sumber energi.
Populasi total fungi saat akhir tanam meningkat pada semua budidaya S.R.I., sedangkan pada budidaya konvensional populasinya terus menurun.
Pemberian kompos dan bio-organik fertilizer pada metoda S.R.I. mampu meningkatkan populasi total fungi dibandingkan dengan metode konvensional.
Peningkatan populasi total fungi saat akhir tanam pada perlakuan S.R.I. anorganik, S.R.I. organik dan S.R.I. semi-organik dikarenakan zona perakaran
yang terbentuk pada budidaya S.R.I. sangat luas dan menyebar, sedangkan pada budidaya konvensional zona perakaran yang terbentuk sedikit dan tidak
menyebar, sehingga pada budidaya S.R.I. aktifitas fungi pun meningkat dan populasinya lebih tinggi dibandingkan dengan budidaya konvensional.
Sebagian fungi membentuk spora lebih cepat di dalam tanah dari media buatan. Perhitungan koloni fungi yang berkembang pada agar cawan belum tentu
mencerminkan secara kuantitatif kegiatan fisiologi atau kepentingannya bagi contoh tanah Anas, 1989.
4.4.3. Azotobacter
Azotobacter merupakan bakteri yang mampu menambat nitrogen dari udara
bebas dan hidup bebas di sekitar perakaran tanaman. Azotobacter merupakan bakteri aerob obligat yang membutuhkan oksigen untuk kelangsungan hidupnya.
Untuk mengetahui populasi Azotobacter dilakukan isolasi dengan menggunakan media Nitrogen Free Manitol NFM. Adanya Azotobacter ditandai dengan
terbentuknya koloni berwarna bening, putih sampai keruh dengan bentuk cembung seperti titik air. Gambar 5 menunjukkan dinamika populasi Azotobacter
saat awal tanam hingga akhir tanam pada budidaya padi konvensional, S.R.I. anorganik, S.R.I. organik dan S.R.I. semi-organik.
-0.5 0.0
0.5 1.0
1.5 2.0
2.5
Konvensional S.R.I. Anorganik
S.R.I. Organik S.R.I. Semi- Organik
P opul
as i
x 10
4
SP K
g B
KM
Awal Tengah
Akhir
Gambar 5. Dinamika Populasi
Azotobacter
pada Budidaya Konvensional, S.R.I. Anorganik, S.R.I. Organik dan S.R.I. Semi-Organik
Dari gambar di atas terlihat bahwa populasi Azotobacter dari awal hingga pertengahan tanam mengalami penurunan pada budidaya padi konvensional,
S.R.I. anorganik dan S.R.I. semi-organik, sedangkan pada S.R.I. organik populasinya meningkat. Populasi Azotobacter terus mengalami penurunan yang
cukup signifikan pada budidaya konvensional dari pertengahan tanam hingga akhir tanam, hal ini dikarenakan kondisi konvensional yang tergenang
menyebabkan populasi Azotobacter menurun. Hingga saat panen populasi Azotobacter
tetap menurun pada perlakuan konvensional walaupun kondisi tanah sudah kering dan tidak tergenang, hal ini dikarenakan penggunaan pupuk
anorganik tanpa dilakukan penambahan bahan organik ke dalam tanah juga mengganggu keseimbangan mikroba fungsional tersebut.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Purwani et al. 1998 yang menyatakan bahwa pemberian pupuk kimia sesuai takaran rekomendasi, lama
kelamaan akan menekan populasi Azotobacter. Hal ini dikarenakan dengan pemupukan kimia saja kelembaban tanah akan lebih rendah sedangkan dengan
pemberian kompos akan menjaga kelembaban tanah. Untuk kelangsungan hidup mikroorganisme perlu kelembaban tertentu, kemungkinan pada perlakuan
pemupukan kimia saja kelembaban tanah sudah tidak mendukung kehidupan mikroorganisme terutama Azotobacter.
Populasi Azotobacter terus meningkat pada perlakuan S.R.I. organik, sedangkan pada perlakuan S.R.I. anorganik dan S.R.I. semi-organik walaupun
populasi Azotobacter menurun pada saat pertengahan tanam, namun populasi tersebut meningkat kembali saat akhir tanam. Perlakuan dengan metode S.R.I.
tanpa atau dengan penambahan bahan organik nyata meningkatkan populasi Azotobacter
dibandingkan dengan metode konvensional. Faktor-faktor pengendali kehadiran dan melimpahnya Azotobacter dalam
tanah yaitu reaksi pada tanah, melimpahnya bahan organik, konsentrasi elemen- elemen mineral tertentu terutama fosfat, dan ketiadaan perantara-perantara yang
antagonistik atau yang menyainginya. Selain itu keberadaan Azotobacter dalam tanah sangat dipengaruhi oleh penanaman dan perlakuan-perlakuan pemupukan
Sutedjo, 1991.
4.4.4. Mikroba Pelarut Fosfat