Korelasi Peubah Vegetatif dan Komponen Produksi Kedelai Perbandingan Potensi Produksi Kedelai antara Musim Tanam 1 dan

40 Tabel 12. Komponen Produksi Kedelai pada Perlakuan Dua Varietas Kedelai Peubah Varietas Uji F Anjasmoro Wilis Jumlah cabangtanaman 7.0b 8.8a BK tajuk tanaman contoh gtanaman tn 26.40 23.67 Jumlah tanaman petak bersih4.32m 2 tn 66.4 86.0 Jumlah tanaman petak pinggir tn 64.1 76.3 Jumlah polong isitanaman 87.1b 106.7a Jumlah polong hampatanaman tn 3.8 2.9 Bobot 100 biji g 18.98a 11.88b BK biji tanaman contoh gtanaman tn 27.04 24.43 BK petak bersih g 4.32m 2 tn 918.44 839.52 BK petak pinggir g 2.88 m 2 744.56b 836.33a Potensi produksi tonha tn 2.13 1.94 Kadar N pada biji kering tn 7.67 7.76 Kadar P pada biji kering 0.76a 0.71b Kadar K pada biji kering tn 1.76 1.70 Kadar Fe pada biji kering tn 146.63 138.73 Kadar Zn pada biji kering tn 72.14 81.88 Keterangan: tn tidak berbeda nyata; berbeda nyata pada taraf 5; berbeda nyata pada taraf 1.

F. Korelasi Peubah Vegetatif dan Komponen Produksi Kedelai

Berdasarkan data di Lampiran 2, tinggi tanaman berkorelasi positif dengan BK biji pada petak bersih, bobot 100 biji, dan produktivitas. Hal tersebut ditunjang dengan adanya jumlah daun yang juga berkorelasi positif dengan polong isi dan produktivitas. Jumlah cabang berkorelasi positif terhadap polong isi, BK petak bersih, dan produktivitas. Jumlah buku produktif berkorelasi positif terhadap polong isi. BK petak bersih juga berkorelasi positif terhadap potensi produksi. Hal tersebut menunjukkan bahwa komponen vegetatif tinggi tanaman jumlah daun sebagai sources dari proses fotosintesis dalam menghasilkan hasil assimilat untuk didistribusikan ke sink pada tanaman kedelai. 41

G. Perbandingan Potensi Produksi Kedelai antara Musim Tanam 1 dan

Musim Tanam 2 pada Tiga Jenis Pupuk Organik dan Dua Varietas Berdasarkan data Tabel 13, terjadi peningkatan pada semua tingkat produksi di masing-masing tiga jenis pupuk organik pada musim tanam 2. Perbedaan hasil produksi tersebut diduga dipengaruhi faktor lingkungan dan ketersediaan unsur hara. Diketahui bahwa pada penelitian MT 2 kondisi lingkungan optimal, selain itu disebabkan oleh rendahnya tingkat serangan hama dan penyakit. Faktor unsur hara yang terpenuhi, khususnya, fosfor dan kalium menunjang terjadinya optimalisasi produktivitas. Hara tersebut selain juga didapatkan dengan adanya penambahan input, juga karena adanya faktor residu. Tabel 13. Perbandingan Potensi Produksi pada Musim Tanam 1 dan 2 pada Tiga Jenis Pupuk Organik dan Dua Varietas Kedelai Musim Tanam 1 tonha Kurniansyah, 2010 Musim Tanam 2 tonha a. Pupuk Organik Centrosema pubescens 1.33 1.89 Pupuk kandang ayam 1.16 2.13 Tithonia diversifolia 1.48 2.07 b. Varietas Anjasmoro 1.57 2.13 Wilis 1.07 1.94 Dilihat dari sifat persediaan zat makanan, pupuk kandang tersedia secara bertahap bagi tanaman. Pemberian secara teratur ke dalam tanah, sehingga daya menghasilkan tanah tersebut dalam jangka waktu yang lama akan tetap baik. Hal ini karena di dalam tanah telah terbentuk sejumlah unsur hara atau zat esensial bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Data pada Tabel 13 menunjukkan bahwa peningkatan produksi pada musim tanam ke dua juga terjadi pada faktor varietas. Potensi produksi pada penelitian ini musim tanam ke dua secara umum lebih tinggi dibandingkan deskripsi varietas dari Balitkabi 2008. Peningkatan ini diduga karena adanya kondisi lingkungan yang cocok dan penerapan teknologi budidaya yang sesuai. Potensi produksi pada varietas Wilis lebih tinggi 21.25 dibandingkan deskripsi Balitkabi 2008. Kondisi lingkungan yang optimum pada musim tanam dua ini 42 terlihat dari peningkatan C organik, N-total, P, dan unsur hara lainnya Tabel 6. Kegiatan penambahan pupuk organik berpengaruh terhadap peningkatan bahan organik. Menurut Soepardi 1983 bahan organik pada tanah dapat diperbaharui dengan adanya penambahan sisa tanaman atau binatang. Bahan organik berpengaruh terhadap proses mineralisasi hara tersedia untuk tanaman. Bahan organik juga berfungsi sebagai „pengikat‟ butir-butir tanah, sehingga menunjang pembentukan struktur tanah yang baik. Struktur tanah yang baik berpengaruh terhadap aerasi tanah, dan kemampuan tanah dalam daya pegang air. Kondisi tersebut menunjang dalam perkembangan akar dan penyerapan hara tanah oleh akar. Kondisi cuaca pada penelitian ini juga tergolong optimum dengan tingkat curah hujan 275.13 mmbulan yang masih dalam rentang syarat pertumbuhan tanaman kedelai sehingga menunjang ketersediaan air. Suhu lingkungan selama pertumbuhan kedelai rata-rata pada fase vegetatif yaitu 24.19 ºC dan fase generatif 24.85 ºC juga masih dalam rentang syarat optimum pertumbuhan menurut Ristek 2010. 43 Pembahasan A. Pengaruh Tiga Jenis Pupuk Organik terhadap Fase Vegetatif Kedelai Peubah dalam komponen vegetatif tinggi tanaman; jumlah daun; bobot basah dan kering daun, batang, akar umumnya tidak berbeda nyata secara statistik, tetapi ada kecenderungan yang konsisten bahwa tanaman yang mendapat tambahan pupuk kandang ayam memiliki pertumbuhan vegetatif lebih baik dibandingkan dengan dua perlakuan pupuk lainnya. Adanya residu hara dan perbaikan sifat tanah terutama C organik setelah aplikasi pupuk organik kondisi tanah pada ketiga perlakuan lebih optimum dalam menunjang pertumbuhan kedelai, sehingga diduga berpengaruh terhadap hasil tidak nyata secara statistik. Kecenderungan tanaman kedelai pada perlakuan pupuk kandang lebih baik diduga karena proses dekomposisi pupuk kandang lebih cepat dibandingkan pupuk hijau, sehingga hara lebih cepat tersedia, selain itu adanya kemungkinan karena mikroorganisme di dalam pupuk kandang menstimulir proses ketersediaan hara dalam tanah, hal tersebut mungkin berkaitan dengan kadar hara dalam tanah. Kadar N, P, K tanah pada MT 2 lebih tinggi pada tanah yang mendapat pupuk kandang ayam. Melati et al. 2008 juga menjelaskan bahwa pupuk hijau membutuhkan waktu yang lebih lama untuk dekomposisi dibandingkan pupuk kandang, sehingga belum banyak hara yang diserap oleh tanaman. Adanya pengaruh tidak nyata dari tiga jenis pupuk organik terhadap tinggi tanaman dijelaskan pada Tabel 8. Tinggi tanaman pada penambahan pupuk kandang ataupun pupuk hijau tidak terlalu beda jauh perbedaannya. Selisih antara tinggi tanaman yang mendapatkan pupuk kandang ayam lebih tinggi 0.63 dibandingkan dari perlakuan Tithonia diversifolia mewakili pupuk hijau. Hal tersebut menjelaskan bahwa unsur hara baik dari pupuk kandang maupun pupuk hijau cukup memenuhi kebutuhan hara fase vegetatif. Kadar N tanah pada perlakuan pupuk kandang ayam pada MT 2 setelah aplikasi lebih tinggi dibandingkan tanah yang mendapat tambahan pupuk hijau lainnya, sehingga menunjang fase vegetatif. Kadar N tanah pada perlakuan pupuk kandang ayam setelah panen MT 2 juga memiliki nilai tertinggi dibandingkan perlakuan dua 44 jenis pupuk organik lainnya. Hal tersebut mengindikasikan bahwa N pada pupuk kandang memenuhi kebutuhan tanaman selama pertumbuhan dan residunya tinggi untuk dimanfaatkan pada musim tanam berikutnya. Pertumbuhan tanaman dipengaruhi oleh kondisi meristem, hasil fotosintesa, hormon dan substansi pertumbuhan lainnya, serta lingkungan yang mendukung. Cahaya merupakan faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman Salisburry dan Ross, 1997. Tinggi tanaman kedelai pada 8 MST dari tiga jenis pupuk kandang organik pupuk kandang ayam, Tithonia diversifolia dan Centrosema pubescens ini, berturut-turut 92.81, 92.23 cm, dan 88.85 cm. Tinggi tanaman tersebut salah satunya diduga dipengaruhi oleh adanya etiolasi. Etiolasi terjadi dalam penelitian ini karena menjelang 6-7 MST tanaman rebah. Kedelai yang rebah, menyebabkan letak pucuk tanaman berada di bawah mendekati tanah. Adanyat sifat fotoperiodisme tanaman, yaitu tumbuh menuju arah sinar matahari, menyebabkan tanaman kedelai mengalami etiolasi. Menurut Yunasfi 2002, etiolasi adalah keadaan dimana suatu tanaman kekurangan cahaya matahari, sehingga memperlambat pembentukan klorofil dan mendorong pertumbuhan ramping dengan ruas yang panjang, kemudian menyebabkan daun berwarna hijau pucat. Residu hara P dan K dari pupuk kandang ayam pada musim tanam sebelumnya lebih tinggi dibandingkan dengan dua jenis pupuk hijau lainnya. Adanya simpanan hara dari musim tanam pertama, sehingga meningkatkan dan menunjang ketersediaan hara pada fase vegetatif MT 2, sebelum sepenuhnya bahan pupuk kandang terdekomposisi. Menurut Verna 1999 dalam Anjasari et al. 2007, ketersediaan fosfor akan memperkuat pertumbuhan batang. Hal tersebut sesuai dengan bobot basah dan kering pupuk kandang ayam lebih banyak dibandingkan yang lain. Selain itu menurut Ismunadji et al. 1976 dalam Jamil et al. 1984, kalium juga berpengaruh dalam membentuk batang yang kuat dan berpengaruh terhadap hasil. Adanya batang yang kuat berbanding lurus dengan bobot akar dan bobot daun sehingga pertumbuhannya optimum. Menurut Leiwakabessy dan Sutandi 2003, fosfor juga berpengaruh untuk merangsang perkembangan akar. Akar sebagai penyedia hara dari tanah bekerja secara 45 optimal, ditunjang adanya proses fotosintesis di daun sebagai sources menghasilkan fotosintat sehingga menunjang vegetatif tanaman. Jenis pupuk organik berpengaruh sangat nyata terhadap intensitas serangan hama dan berpengaruh nyata terhadap keparahan penyakit Tabel 8. Tingkat serangan tertinggi pada tanaman kedelai yang mendapatkan pupuk kandang ayam, yaitu berturut-turut lebih besar 18.95, 15.43 dibandingkan perlakuan Tithonia diversifolia dan Centrosema pubescens. Hal yang sama juga pada tingkat keparahan penyakit, tanaman dari perlakuan pupuk kandang ayam memiliki jumlah terbanyak dibandingkan tanaman yang mendapatkan dua jenis pupuk organik lainnya. Tanaman kedelai dengan perlakuan pupuk kandang ayam memiliki tingkat serangan hama dan keparahan penyakit yang tertinggi dibandingkan tanaman dari dua perlakuan pupuk organik lainnya. Hal tersebut diduga karena kadar N tanah setelah aplikasi pupuk organik MT 2 dan setelah panen MT2 pada jenis pupuk ini juga tinggi dibandingkan Tithonia diversifolia dan Centrosema pubescens Tabel 6. Tingkat serangan hama dan keparahan penyakit, salah satunya dipengaruhi oleh tinggi atau rendahnya kadar protein. Leiwakabessy 1988 menyebutkan bahwa protein merupakan perubahan bentuk senyawa kompleks dari reduksi nitrogen. Ditambahkan oleh Langton 1989 bahwa protein yang tinggi menyebabkan protoplasma yang terbentuk juga banyak. Tanaman lebih rentan terhadap serangan hama dan penyakit, jika kadar protein tinggi. Hal ini disebabkan oleh menipisnya dinding sel karena terdesaknya protoplasma. Soepardi 1983 menyebutkan bahwa pemberian N secara berlebihan dapat melemahkan tanaman terhadap serangan hama dan keparahan penyakit. Hal tersebut ditunjang dari hasil penelitian Irmayani 2009 yang menjelaskan bahwa tingkat serangan penyakit Helminthosporium maydis Nisik dan Helminthosporium turcicum Pass tertinggi pada dosis 11.57 g Ntanaman dengan nilai serangan 81.98 dan 65.09 . Intensitas keparahan penyakit menurun dengan nilai 65.09 dan 61.88 , yang seiring dengan penurunan dosis N 6.93 g Ntanaman. Intensitas serangan hama dan keparahan penyakit juga diduga dipengaruhi oleh tingkat kadar air pada tanaman. Lampiran 4 menunjukkan bahwa kadar air pada tajuk tanaman kedelai yang mendapatkan pupuk kandang ayam memiliki 46 kadar air lebih tinggi dibandingkan Tithonia diversifolia dan Centrosema pubescens, sehingga lebih sekulen dan diduga yang menyebabkan intensitas serangan hama dan keparahan penyakit tertinggi dibandingkan perlakuan yang lainnya.

B. Pengaruh Tiga Jenis Pupuk Organik terhadap Komponen Produksi