31
Peubah Perlakuan
Umur MST
Pupuk P
Varietas V
PV KK
Serapan P tajuk gtanaman 7
tn tn
tn 10.02
Serapan K tajuk gtanaman 7
tn tn
12.89 b. Komponen Produktif
Jumlah cabang tanaman tn
11.52 Bobot tajuk tanaman contoh g
tn tn
tn 24.92
Jumlah tanaman petak bersih 4.32 m
2
tn tn
tn 24.97
Jumlah tanaman petak pinggir 2.88 m
2
tn tn
tn 17.35
Jumlah polong isi tanaman tn
7.5 Jumlah polong hampa tanaman
tn tn
tn 27.39
xx
Bobot 100 biji g tn
tn 5.44
BK biji tanaman contoh g tn
tn tn
21.59 BK biji pada petak bersih g4.32 m
2
tn tn
12.16 BK biji pada petak pinggir g2.88 m
2
tn 8.79
Potensi produksi tonha tn
tn 12.17
Kadar N pada biji kering tn
tn tn
9.49 Kadar P pada biji kering
tn tn
3.31 Kadar K pada biji kering
tn tn
tn 4.84
Kadar Fe pada biji kering tn
8.16 Kadar Zn pada biji kering
tn tn
tn 14.07
Keterangan: tn tidak berbeda nyata; berbeda nyata pada taraf 5; berbeda nyata pada taraf 1. xx hasil transformasi √x+1
A. Pengaruh Jenis Pupuk Organik terhadap Komponen Vegetatif Kedelai
Fase vegetatif dicirikan dengan adanya penambahan tinggi dan jumlah daun. Fase vegetatif diakhiri dengan munculnya bunga Adie dan Krisnawati,
2007. Berdasarkan Tabel 8, jenis pupuk organik berpengaruh nyata terhadap bobot basah bintil akar dan intensitas keparahan penyakit, serta berpengaruh
sangat nyata terhadap kandungan hara K daun dan intensitas serangan hama. Tabel 8 juga menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh nyata dari tiga jenis pupuk
organik terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, kandungan hara N dan P daun, serapan NPK daun, bobot basah daun, bobot basah batang, bobot basah akar,
bobot kering akar, bobot kering bintil akar, bobot kering batang, dan bobot kering daun.
Ada perbedaan, meskipun tidak nyata, tinggi tanaman yang mendapat pupuk kandang dengan yang lainnya, hal tersebut mungkin berkaitan dengan
kadar hara dalam tanah. Kadar N, P, K tanah pada MT 2 lebih tinggi pada tanah yang mendapat pupuk kandang ayam. Faktor lingkungan berpengaruh relatif besar
32 terhadap tinggi tanaman dalam penelitian ini. Kondisi lingkungan berupa curah
hujan tinggi Gambar 1a diikuti dengan kekuatan angin yang besar menjelang 6-7 MST Gambar 1c menyebabkan tanaman kedelai rebah. Kedelai yang rebah,
menyebabkan letak pucuk tanaman berada di bawah mendekati tanah. Adanya sifat fotoperiodisme tanaman, yaitu tumbuh menuju arah sinar matahari,
menyebabkan tanaman kedelai mengalami etiolasi dengan jarak antar internode pada batang cukup berjauhan, kurus, dan lemah. Hal tersebut ditunjukkan pada
Tabel 8 tingkat pertumbuhan tanaman saat 6-8 MST mengalami peningkatan tajam pada tiap minggunya.
Tabel 8 menunjukan bahwa perlakuan pupuk organik berpengaruh sangat nyata terhadap kandungan hara K daun, serta tidak berpengaruh nyata pada
kandungan hara N dan P daun. Kandungan hara K daun kedelai dari penambahan Centrosema pubescens memiliki nilai tertinggi dibandingkan dua pupuk organik
lainnya. Serapan K daun pada perlakuan Centrosema pubescens lebih besar 15.71 dan 15 dibandingkan perlakuan pupuk kandang ayam dan
Tithonia diversifolia. Kadar N daun pada penelitian ini belum optimal pada semua jenis pupuk organik yang digunakan. Kadar N daun pada perlakuan pupuk
kandang hanya mencapai 82.60 dari kriteria tingkat optimal jika merujuk pada Vitosh et al. 1995 pada nilai 4.25-5.50 . Hal yang berbeda terjadi pada serapan
P dan K daun bahwa dari semua jenis pupuk organik cukup mencapai optimal dari kriteria, yaitu melebihi 0.30-0.50 P dan 2.01-2.50 K jika dibandingkan
dengan kriteria menurut Vitosh et al. 1995.
Tabel 8. Komponen Pertumbuhan Kedelai pada Perlakuan Tiga Jenis Pupuk Organik
Peubah
Jenis Pupuk
Umur MST
Uji F Pupuk
kandang ayam
Tithonia diversifolia
Centrosema pubescens
Tinggi cm 2
tn 13.01
12.97 12.89
3 tn
18.99 18.61
20.74 4
tn 32.88
34.10 34.71
5 tn
50.30 50.10
50.21 6
tn 70.60
69.28 68.71
7 tn
89.23 88.46
86.34
33
Peubah Jenis Pupuk
Umur MST
Uji F Pupuk
kandang ayam
Tithonia diversifolia
Centrosema pubescens
8 tn
92.81 92.23
88.85 Jumlah Daun
2 tn
1.9 2.0
1.9 3
tn 3.8
3.8 3.7
4 5
tn tn
6.9 10.8
6.7 9.7
6.4 9.7
6 tn
15.9 14.4
15.9 7
tn 20.3
18.9 20.3
8 tn
20.3 19.4
21.7 Kandungan hara N daun
7 tn
3.60 3.56
3.69 Kandungan hara P daun
7 tn
0.59 0.56
0.60 Kandungan hara K daun
7 3.18b
3.20b 3.69a
Serapan N daun gtanaman 7
tn 34.24
30.04 29.24
Serapan P daun gtanaman 7
tn 5.64
4.68 4.75
Serapan K daun gtanaman 7
tn 30.31
27.70 29.34
Bobot basah daun g 7
tn 36.29
29.46 28.79
Bobot basah batang g 7
tn 50.50
45.33 42.75
Bobot basah akar g 7
tn 4.25
3.67 3.58
Bobot basah bintil akar g 7
0.98b 1.47a
1.13b Bobot kering daun g
7 tn
9.48 8.43
7.92 Bobot kering batang g
7 tn
8.93 8.56
7.80 Bobot kering akar g
7 tn
1.28 1.14
1.08 Bobot kering bintil akar g
7 tn
0.34 0.47
0.36 Intensitas serangan hama
7 17.51a
14.72b 15.17b
Intensitas keparahan penyakit 7
10.61a 8.27b
10.25a Keterangan: tn tidak berbeda nyata; berbeda nyata pada taraf 5; berbeda nyata pada
taraf 1.
Intensitas serangan hama sangat nyata dipengaruhi jenis pupuk organik Tabel 8. Tingkat serangan tertinggi pada tanaman yang mendapat pupuk
kandang ayam, yaitu berturut-turut lebih besar 18.95, 15.43 dibandingkan yang mendapatkan Tithonia diversifolia dan Centrosema pubescens. Jenis pupuk
organik juga berpengaruh nyata terhadap intensitas keparahan penyakit. Hal yang sama juga pada tingkat keparahan penyakit, tanaman dengan perlakuan pupuk
kandang ayam menyebabkan tingkat keparahan penyakit terbanyak dibandingkan dua perlakuan jenis pupuk organik lainnya. Intensitas serangan hama dan
keparahan penyakit dipengaruhi oleh tingkat kadar air pada tanaman. Lampiran 4 menunjukkan bahwa kadar air pada tajuk tanaman kedelai yang mendapatkan
pupuk kandang ayam memiliki kadar air lebih tinggi dibandingkan perlakuan
34 Tithonia diversifolia dan Centrosema pubescens, sehingga diduga lebih sekulen
sehingga menyebabkan intensitas serangan hama dan keparahan penyakit tertinggi dibandingkan dua perlakuan pupuk organik lainnya.
B. Komponen Vegetatif Dua Varietas Kedelai