15
2. Kecepatan hilangnya kelembaban tanah
ditentukan oleh evapotranspirasi dan kandungan kelembaban tanah
3. Kedalaman lapisan tanah yang
dipengaruhi oleh kekeringan yang serius, mempengaruhi hutan dan daya hangus tanah
organik yang memiliki kapasitas lapang 8 inci 203 mm.
III. METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari - Juli 2011 di Laboratorium
Hidrometeorologi, Departemen Geofisika dan Meteorologi, IPB.
3.2
Alat dan Bahan
1. Jurnal-jurnal yang berkaitan dengan
lahan gambut. 2.
Jurnal-jurnal yang berkaitan dengan kebakaran dan kekeringan.
3. Buku-buku yang berkaitan dengan
kebakaran lahan gambut dan perspektif masyrakat.
4. Seperangkat komputer dengan program
Microsoft Office. 5.
Informasi-informasi maupun bahan sekunder dari lembaga pemerintahan
maupun non pemerintahan yang berkaitan dengan gambut dan
kebakaran.
3.3 Metode Penelitian
Studi literatur mengenai kerawanan kebakaran lahan gambut di Sumatera akan
menggunakan metode dengan mensintesis informasi-informasi dari beberapa jurnal dan
buku yang berkaitan dengan kajian literatur. Metode yang digunakan dimulai dengan
menentukan tema dari setiap bagian-bagian yang berhubungan dengan kerawanan kebakaran
lahan gambut di Sumatera. Membuat garis besar untuk menentukan subtema dari tema utama
merupakan fokus dalam kajian ini.
Tema kerawanan kebakaran lahan gambut di Sumatera dibagi menjadi beberapa
subtema yaitu : i.
Pemahaman mengenai gambut dan lahan gambut
ii. Hal-hal yang berkaitan dengan lahan
gambut dan kebakaran lahan gambut seperti hidrologi gambut, unsur-unsur
cuaca yang mempengaruhi kebakaran pada lahan gambut, seperti anomali iklim El
Nino kemarau panjang maupun kekeringan.
iii. Penyebab kebakaran lahan gambut, analisa
penyebab utama aktivitas manusia atau faktor iklim yang lebih mendominasi
kejadian kebakaran pada lahan gambut. Di tiga wilayah utama Pulau Sumatera, yaitu :
Propinsi Riau, Sumatera Selatan, dan Propinsi Jambi.
Aktivitas Manusia
Hidrologi NDVI
Lahan Gambut
Sumatera Cuaca
-SOI -DMI
Terbakarnya Bahan Bakar
Vegetasi -Penutupan lahan
-Kedalaman Gambut Resiko
Kebakaran
Gambar 6 Hubungan unsur cuaca, NDVI dan aktivitas manusia terhadap Risiko kebakaran
pada lahan gambut Penilaian Risiko kebakaran lahan gambut
dapat dinilai dari intensitas aktivitas manusia pada lahan gambut tersebut. Aktivitas
masyarakat yang terbagi di Propinsi Sumatera Selatan, Propinsi Riau, dan Propinsi Jambi.
Yang terbagi di Kabupaten Ogan Kemiring Ilir, Bengkalis, dan Taman Nasional Berbak. Tinggi
dan rendahnya risiko kebakaran pada lahan gambut di Sumatera. Berikut penggolongan
tingkat risiko kebakaran lahan gambut di Sumatera :
15
Tabel 1 Penggolongan tingkat Risiko kebakaran lahan gambut di Sumatera
Para ahli yang terlebih dahulu menelusuri dan mengintegrasikan permasalahan lahan gambut
memiliki beberapa metode khususnya untuk kerentanan kebakaran lahan gambut. Ruchiyat
2008 dalam tulisannya berjudul The Underlying Causes and Impact of Fire
mengelompokkan dua metode untuk membahas kebakaran lahan gambut yaitu :
1. Penginderaan Jauh dan Sistem
Informasi Geografis SIG, melalui analisa data hotspot Citra Satelit
NOAA dan identifikasi, analisa dan rektifikasi penutupan lahan sekaligus
perubahan lahan yang terjadi dalam kurun waktu tertentu dengan
menggunakan Citra Landsat
2. Studi Sosial-ekonomi, dimana dibagi
lagi menjadi dua bagian yaitu, metode yang membutuhkan partisipasi
mayarakat lokal dalam menjawab sejarah perubahan lahan dan
melakukan pemetaan sederhana mengenai kekuatan sumberdaya yang
ada, khususnya yang mempunyai implikasi langsung terhadap terjadinya
kebakaran. Metode kedua dalam pendekatan sosio-ekonomi adalah
dengan cara pendekatan institusional terhadap lembaga, pemerintah daerah
maupun pusat, dan perusahaan- perusahaan yang bersangkutan.
Adiningsih 2005
dalam tulisannya
mengintegrasi beberapa faktor iklim yang berkaitan dengan kerawanan kebakaran lahan
gambut. Unsur-unsur iklim tersebut adalah curah hujan bulanan Sumatera, nilai NDVI,
Anomali Suhu Permukaan Laut ASPL. Dari ketiga aspek tersebut dapat diperoleh hubungan
penyimpangan iklim dengan curah hujan dan kondisi vegetasi. Dengan menggunakan data
Citra Landsat penutupan lahan dan mengetahui data titik-titik api hotspot diperoleh juga
hubungan curah hujan, kondisi vegetasi dan penutupan lahan dengan kebakaran hutan dan
lahan.
Risiko kebakaran hutan dan lahan adalah proses penilaian dari bahaya pembakaran
pada hamparan hutan dan lahan berdasarkan pengukuran integral dari unsur biofisik dalam
bentuk indeks. Metode analisis risiko kebakaran hutan dan lahan pada umumnya masih
dilakukan untuk tujuan penanggulangannya dan pemadaman kebakaran dalam jangka pendek
dalam skala lokal yang mencakup periode harian. Pada sisi peringatan dini dan upaya
antisipasi diperlukan informasi dalam jangka panjang, misalnya untuk beberapa bulan
kedepan.
Ada beberapa parameter biofisik yang berpengaruh terhadap kerawanan kebakaran
lahan gambut. Parameter biofisik yang sangat penting dan berpengaruh terhadap kerawanan
kebakaran lahan gambut yaitu cuacaiklim, bahan bakaran, vegetasi, dan keadaan lahan
Murdiyarso et al. 2002; Tacconi 2003; Chokkalingam dan Suyanto 2004.
Dalam Adiningsih 2005 menggunakan empat parameter biofisik dalam
pengembangan model risiko kebakaran hutan dan lahan yaitu curah hujan, indeks vegetasi
yang mewakili gambaran keadaan bahan bakaran dari vegetasi, penutup lahan dan jenis
lahan yang mewakili keadaan lahan. Dalam memprediksi kerawanan kebakaran digunakan
curah hujan dan indeks vegetasi hasil keluaran model prediksi karena kedua parameter tersebut
relatif lebih dinamis. Sementara itu penutup lahan dan jenis lahan digunakan adalah kondisi
berdasarkan data tahun 2002 karena perubahan yang terjadi relatif lambat.
Tingkat Risiko kebakaran lahan gambut
di Sumatera Kuantitatif Tingkat Risiko
kebakaran lahan gambut di Sumatera Kualitatif
Kedalaman Gambut Aktivitas
Manusia I Sangat
tinggi DangkalTipis
Sangat sering
II Tinggi Sedang
Sering III Sedang
DalamTebal Sedang
IV Rendah
Sangat Dalam Tidak ada
17
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1