Kerangka Pikir Penelitian Positioning Iklan Televisi Melalui Reproduksi Sosial : Kasus Iklan Sampoerna A Mild

c. Simbol merupakan jenis tanda yang bersifat arbitrer dan konvensional. Tanda yang diinterpretasikan sebagai obyek denotatif sebagai akibat dari suatu konvensi disebut sebuah simbol. Misalnya rambu lalu lintas ”dilarang masuk” adalah simbol yang bersifat arbitrer dan secara konvensi diterima masyarakat.

III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Kerangka Pikir Penelitian

Iklan rokok Sampoerna A Mild adalah salah satu iklan yang menggunakan televisi untuk mengkampanyekan produk sosialnya kepada masyarakat. Pesan dalam iklan rokok harus menyajikan ciri yang membedakan dengan produk sejenisnya. Agar khalayak sasaran dapat membedakan produknya dengan produk sejenis lainnya, maka iklan rokok Sampoerna A Mild menyajikan pesan dengan cara memposisikan produk rokok tersebut melalui penentuan dan pembentukan positioning berbeda. Positioning yang berbeda dimaksudkan sebagai pencitraan produk yang memiliki kepribadian yang kuat di antara produk lainnya. Agar kepribadian produk tetap ada, maka karakteristik produk diusahakan tidak bertabrakan dengan inti dari merk tersebut dan justru menambah nilai plus dari produk tersebut. Produk yang ingin diposisikan ke dalam benak konsumen itu harus sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan oleh konsumen, seperti 1 penonjolan karakteristik produk, 2 penonjolan harga dan mutu, 3 penonjolan penggunaan, 4 positioning menurut pemakainya, 5 positioning menurut kelas produk, 6 positioning dengan menonjolkan simbol-simbol budaya dan 7 positioning langsung pada pesaing. Selain itu, produk tersebut harus dirumuskan dalam bentuk pernyataan positioning yang mewakili citra produk dan memiliki hubungan asosiatif yang mencerminkan karakter produk yang tampil secara menyeluruh dalam pesan iklannya. Secara tidak langsung produk tersebut akan diterima oleh konsumen dan produk tersebut akan tetap tertanam di dalam benak konsumen. Pencipta iklan melakukan proses pembentukan dan penentuan positioning bagi produk yang akan diiklankan. Dalam hal ini dilakukan reproduksi dengan cara mengkonstruksi informasi-informasi bersifat sosial untuk diwujudkan ke dalam pesan sebuah iklan. Pesan dalam iklan televisi adalah teks yang menghasilkan tanda. Teks iklan merupakan hasil reproduksi sosial dari para pembuatnya kemudian dikonsumsi oleh khalayaknya yang mampu mempengaruhi sistem sosial, politik, budaya dan ideologi dalam struktur masyarakat sebagai realitas sosial. Iklan bukan saja merefleksikan realitas, namun juga mendefinisikannya melalui makna atau citra yang muncul di dalamnya. Citra atau makna tersebut merupakan hasil mengkonstruksi realita melalui kegiatan praktek suatu produksi makna yang bersifat sosial atau disebut praktek pemaknaan. Pembentukan makna dalam iklan berlangsung melalui praktek penandaan lewat kode-kode yang bekerja di dalam iklan seperti kode visual dan tulisan, kode artikulasi dan suara, kode teknik pengambilan suara atau shot, serta keanekaragaman efek-efek audiovisual pada iklan televisi. Kode-kode tersebut bersifat khusus dan ideologis. Melalui media massa, dalam hal ini adalah televisi, kandungan ideologi dalam iklan televisi dapat diketah ui ”ideologi” para pembuatnya. Melalui simbol-simbol yang terkodekan, sesungguhnya para pencipta iklan televisi, seperti copywriter penulis naskah maupun visualizer, menyampaikan kebenaran dan obyektivitasnya, atau sebaliknya memperjuangkan kepentingan-kepentingannya yang bersifat subyektif. Adakalanya pencipta iklan televisi mendapatkan pengaruh luar, yaitu pengiklan, dengan menginternalisasi penggunaan kode visual dan tulisan, kode artikulasi dan suara, kode teknik pengambilan suara atau shot, serta keanekaragaman efek-efek audiovisual pada iklan televisi yang bersifat khusus dan ideologis tersebut. Dalam proses demikian terjadi tarik menarik kepentingan positif bagi produk antara pengiklan dan pencipta iklan. Proses interaksi simbolik berlangsung baik dalam diri pengiklan dan pencipta iklan maupun antaranya. Proses interaksi simbolik berlangsung terus-menerus dalam mereproduksi pesan iklan hingga mencapai konvergensi yang diinginkan tujuan periklanannya. Masing-masing pihak, baik pengiklan maupun pencipta iklan, ketika berhadapan dengan lambang komunikasi, melakukan proses semiosis yang terikat dengan tenggat waktu. Pencipta iklan dalam mengkonstruksi suatu iklan melalui proses eksternalisasi dan proses internalisasi. Proses tersebut dilakukan melalui mekanisme dialektis. Ketika proses tersebut berlangsung, pencipta iklan dipengaruhi oleh faktor luar seperti lingkungan budaya, pandangan terhadap produk, pengetahuan tentang dunia periklanan, kecanggihan teknologi media elektronika dan pengiklan. Pencipta iklan ketika berhadapan dengan lambang-lambang verbal maupun nonverbal dapat melakukan proses penafsiran dan pemaknaan terhadap lambang tersebut. Proses tersebut berlangsung terus menerus hingga mencapai makna terhadap tanda yang diinginkan. Pemaknaan yang diharapkan adalah penciptaan citra dari produk yang diiklankan. Proses demikian disebut sebagai proses semiosis. Sebagai ilustrasi, kerangka pikir dalam penelitian ini disajikan pada Gambar 3. Gambar 3. Diagram alur proses penentuan dan pembentukan positioning iklan televisi melalui reproduksi sosial

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian