Sejarah KTH Dinamika KTH

Dari hasil wawancara dengan industri penggergajian, hasil produk kayu olahan yang dihasilkan dari log kayu sengon berupa papan, balok, kaso dan reng dengan ukuran-ukuran tertentu. Produk kayu yang dihasilkan dari satu log kayu sengon dengan ukuran diameter 20 cm adalah balok 10 cm x 10 cm x 3 m, papan 3 cm x 20 cm x 3 m, kaso 4 cm x 6 cm x 3 m dan reng 2 cm x 5 cm x 3 m. Sedangkan untuk ukuran diameter yang lebih kecil biasanya digunakan untuk membuat sortimen kaso dan reng. Selain itu, hasil dari sisa gergajian biasanya dimanfaatkan untuk peruntukkan kayu bakar. Limbah ini biasanya dijual dengan satuan per truk. Satu truk untuk mengangkut limbah tersebut berkisar 6-8 m 3 . Ada juga sisa hasil gesekan yaitu serbuk gergajian. Limbah ini pun dipakai sebagai media budidaya jamur.

5.2 Dinamika KTH

5.2.1 Sejarah KTH

Secara garis besar latar belakang atau dasar berdirinya kelompok tani dapat dikelompokkan dalam dua golongan. Pertama, kelompok yang berdiri karena ada dorongan dari luar, baik karena ada program bantuan atau proyek. Kedua, kelompok tani yang terbentuk karena dorongan dari dalam, yaitu masyarakat atau petani itu sendiri. Usia atau lama berdirinya kelompok tidak menjamin tercapainya peningkatan kelas kelompok. Sebaliknya, kelompok yang didirikan dari bawah atau inisiatif masyarakat sendiri dapat menjadi modal dasar bagi berkembangnya kelompok secara lebih baik. Kelompok tani hutan di Desa Jugalajaya, Kecamatan Jasinga Kabupaten Bogor dibentuk dari keinginan masyarakat untuk memperbaiki kehidupan ekonomi melalui usaha tani. Keadaan ini didukung dengan potensi hutan rakyat di Desa Jugalajaya yang mayoritas petaninya menanam kayu sengon. Pada saat itu trend kayu sengon sedang naik di pasar perdagangan sebagai bahan baku kayu pertukangan, karena kayu sengon memiliki daur yang relatif pendek dibandingkan dengan kayu jenis lain. Hal ini mendorong petani untuk semakin berkembang dalam usaha taninya terutama usaha dalam bertani kayu sengon. Kebutuhan industri penggergajian terhadap bahan baku kayu sengon yang begitu besar, ternyata tidak sejalan dengan kemampuan petani dalam mengelola hutan rakyat terutama dalam menyediakan bahan baku kayu sengon tersebut. Selain itu, lahir keinginan petani akan pentingnya pengetahuan dan teknologi mengenai usaha taninya mendorong untuk mengelola hutan rakyat lebih optimal dan membawa pada kemampuan produktivitas kayu sengon meningkat. Dari kedua kondisi tersebut, lahirlah keinginan-keinginan petani untuk memperoleh bantuan dalam menjalankan usaha taninya. Keinginan-keinginan tersebut ternyata tidak bisa diwujudkan apabila petani melakukannya secara individual. Pemerintah Daerah setempat mengusulkan untuk membentuk suatu kelompok-kelompok tani agar petani bisa lebih mandiri dan bantuan atau proyek yang datang pun tepat sasaran, transparan dan efektif. Keadaan ini didukung oleh BP3K Wilayah Cigudeg dan memperoleh Instruksi dari Kepala Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor untuk membentuk suatu kelompok-kelompok tani. Dengan demikian lahirlah kelompok-kelompok tani yang bergerak di bidang pertanian dan kehutanan. Secara umum kedua KTH yang diteliti yaitu KTH Kuningsari II dan Mandiri II, terbentuk karena dorongan dari dalam yaitu masyarakat atau petani itu sendiri. Kelompok tani hutan yang dibentuk mengacu pada format organisasi modern dengan struktur kepengurusan dan elemen organisasi yang sangat kompleks, lengkap dan tertata rapi serta didukung oleh pranata hukum formal. Dukungan yang diperoleh tidak hanya dari masyarakat setempat tetapi juga oleh pemerintah melalui instansi yang terkait. Mardikanto 1992 mengemukakan bahwa kelompok tani bukan lagi suatu kelompok-kelompok informal tetapi lebih tepat sebagai kelompok formal atau organisasi yang berstruktur rangkap pamrih- paksaan. Namun demikian, derajat keformalan kelompok-kelompok tersebut berbeda satu dengan yang lainnya. Informasi mengenai KTH yang diteliti disajikan dalam Tabel 7. Tabel 7 Informasi Mengenai KTH Informasi Kelompok KTH Kuningsari II KTH Mandiri II Tahun Berdiri 2009 2000 Struktur Kepengurusan Ketua Sekretaris Bendahara Seksi-seksi: - Humas - Sapras - POPT Peramalan Organisme Pengganggu Tumbuhan - Usaha - P3A Mitra Cai Pengurus Petani Pengguna Air Ketua Sekretaris Bendahara Seksi-seksi: - Humas - Produksi - Pengendalian Hama - P3A Mitra Cai Pengurus Petani Pengguna Air Jumlah Anggota 50 orang 50 orang Sumber: Data Sekunder KTH

5.2.2 Unsur dinamika KTH