Uji Multikolinearitas Uji Asumsi Klasik

47 Smirnov menunjukkan nilai lebih besar 0,05 yang mempunyai nilai signifikan 0,121, maka dapat dinyatakan bahwa data mempunyai distribusi normal.

4.2.2.2 Uji Multikolinearitas

Dalam mendeteksi ada tidaknya gejala multikolinearitas antar variabel independen pada model persamaan pertama digunakan variance inflation factor VIF. Berdasar hasil yang ditunjukkan dalam output SPSS maka besarnya VIF dari masing-masing variabel independen dapat dilihat pada tabel 4.5 sebagai berikut: Tabel 4.3 Uji Multikolinearitas Berdasarkan tabel 4.5 diatas menunjukkan bahwa kedua variabel independen diperoleh nilai Variance Inflation Factor VIF untuk kredit yang diberikan sebesar 1,030, dan Loan to Deposits Ratio sebesar 1,030. Hasil perhitungan menunjukkan tidak ada satu variabel independen yang memiliki nilai VIF lebih dari 10. Nilai tolerance mendekati 1 untuk kredit yang diberikan sebesar 0,971,dan Loan to Deposits Ratio sebesar Coefficients

a,b

Model Collinearity Statistics Tolerance VIF 1 LN_KREDIT .971 1.030 LDR .971 1.030 a. Dependent Variable: ROA Sumber : Output SPSS versi 17: Coefficients,2015, Lampiran 7 48 0,971. Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak ada multikolinearitas antar variabel independen dalam model regresi..

4.2.2.3 Uji Autokorelasi

Penyimpangan autokorelasi dalam penelitian ini diuji dengan uji Durbin-Watson DW-test. Hasil regresi dengan lavel of signifikan 0,05 α=0,05 dengan sejumlah variabel independen 2 dan banyak data n = 75 . Adapun hasil dari uji autokorelasi dapat dilihat pada table 4.6 sebagai berikut : Tabel 4.4 Uji Autokorelasi Berdasarkan hasil uji Durbin-Watson sebesar 2,261; sedangkan dalam table DW untuk “k” = 2 dan N = 75 besar DW-tabel: dl batas luar = 1,5709 dan du batas dalam =1,6802 ; 4 – du = 2.3198. Oleh karena nilai DW 2,261 lebih besar dari batas du 1,6802 dan DW kurang dari 4 – 1,6802, maka dapat disimpulkan bahwa DW-test tidak Model Summary

c,d

Model R R Square b Adjusted R Square Std. Error of the Estimate Durbin- Watson 1 .328 a .108 .083 .94314 2.261 a. Predictors: LDR, LN_KREDIT b. Dependent Variabel : ROA Sumber : Output SPSS versi 17: Model Summary,2015, Lampiran 7 49 dapat menolak Ho yang menyatakan bahwa tidak ada autokorelasi positif atau negatif atau dapat disimpulkan tidak terdapat autokorelasi.

4.2.2.4 Uji Heteroskedastisitas

Pengujian Heteroskedastisitas dilakukan dengan menggunakan scatter plot. Hasil pengujian menunjukkan bahwa pola scatter plot dari regresi menyebar. Hal ini berarti bahwa model regresi tidak memiliki gejala adanya heteroskedastisitas. Selain melihat pola-pola titik pada scatter plot regresi, uji heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan mengunakan Uji Glejser, yaitu meregresikan nilai absolut residual terhadap variabel bebas Ghozali,2006:108. Jika nilai signifikan hitung lebih besar dari Alpha = 5, maka tidak ada masalah heteroskedastisitas. Tetapi jika nilai signifikan hitung kurang dari Alpha = 5 maka dapat disimpulkan bahwa model regresi terjadi heteroskedastisitas. Gambar 4.3 Pola Scatter Plot Sumber : Output SPSS versi 17: Grafik Scatterplot, 2015, Lampiran 7 50 Dari grafik scatterplot terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak serta tersebar baik diatas maupun dibawah angka nol 0 pada sumbu Y, tidak berkumpul disatu tempat, serta tidak membentuk pola tertentu sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas. Namun untuk lebih memastikan bahwa variabel yang diteliti benar-benar tidak ada heteroskedastisitas maka dilakukan Uji Glejser yang dapat dilihat hasilnya pada tabel dibawah ini : Tabel 4.5 Uji Glejser Sumber : Output SPSS versi 17: Uji Glejser, 2015, Lampiran 7 Dengan menggunakan Uji Glejser untuk menguji ada atau tidaknya heteroskedastisitas, dari hasil pengujian yang dilakukan menunjukkan bahwa nilai signifikansi masing-masing variabel lebih besar dari 0,05, hal ini membuktikan bahwa tidak ada heteroskedastisitas dalam model regresi. Coefficients a Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients t Sig. B Std. Error Beta 1 Constant .590 .521 1.132 .261 LN_KREDIT .016 .025 .075 .623 .529 LDR -.001 .004 -.037 -.307 .760 a. Dependent Variable: AbsRes 51

4.2.3 Analisis Regresi Berganda

Dokumen yang terkait

Pengaruh Risiko Kredit dan Tingkat Likuiditas terhadap Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

2 41 76

Pengaruh Rasio Likuiditas Terhadap Tingkat Profitabilitas Pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

0 55 91

Pengaruh Resiko Kredit Yang Diberikan dan Tingkat Likuiditas Terhadap Profitabilitas Perbankan Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

3 43 79

Pengaruh Tingkat Likuiditas dan Profitabilitas Terhadap Perubahan Harga Saham Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

1 27 87

PENGARUH RISIKO KREDIT DAN TINGKAT KECUKUPAN MODAL TERHADAP TINGKAT PROFITABILITAS PADA PERUSAHAAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

0 7 29

PENGARUH STRUKTUR MODAL, PROFITABILITAS, DAN TINGKAT LIKUIDITAS TERHADAP RETURN SAHAM PADA PERUSAHAAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

2 18 65

ANALISIS PENGARUH RISIKO KREDIT DAN RISIKO LIKUIDITAS TERHADAP PROFITABILITAS PADA PERUSAHAAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

1 16 59

PENGARUH JUMLAH KREDIT YANG DIBERIKAN, TINGKAT LIKUIDITAS, DAN KECUKUPAN PERMODALAN TERHADAP PROFITABILITAS PERUSAHAAN PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA.

3 2 23

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teoritis 2.1.1 Pengertian dan Fungsi kredit - Pengaruh Jumlah Kredit yang diberikan dan Tingkat Likuiditas Terhadap Profitabilitas Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

1 2 16

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang - Pengaruh Jumlah Kredit yang diberikan dan Tingkat Likuiditas Terhadap Profitabilitas Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

3 2 8