Teori Ekologi Perkembangan dan Proses Pendidikan Anak

31 realita kualitas pendidikan yang dicapai sekolah, peneliti akan menggunakan aspek-aspek kunci kualitas pendidikan yang dikembangkan oleh UNESCO 2004 dengan penyesuaian-penyesuaian agar dapat mengungkap kualitas pendidikan di lingkup sekolah, baik untuk level individu siswa maupun sistem pendidikan level sekolah. Oleh karena itu, aspek-aspek kunci yang dikembangkan UNESCO khususnya pada level sistem, akan disesuaikan dengan kondisi dan kewenangan sekolah.

C. Teori Ekologi Perkembangan dan Proses Pendidikan Anak

Untuk mendalami perkembangan dan proses pendidikan anak, peneliti menggunakan teori perkembangan anak dari Urie Bronfenbrenner yang dikenal dengan teori ekologi. Teori ekologi adalah sebutan dari teori model bio-ekologi perkembangan manusia yang dikembangkan oleh untuk menjelaskan bahwa perkembangan anak tidak lepas dari lingkungannya, demikian pula proses pendidikan anak juga berlangsung di dalam lingkungan pendidikan. Lingkungan yang berinterelasi dengan manusia selalu mengalami perubahan dipengaruhi oleh kekuatan-kekuatan demografi, ekonomi, politik, dan teknologi, menjadi tantangan bagi adaptasi manusia, atau dengan kata lain perubahan lingkungan mempengaruhi perkembangan manusia. Anak berkembang sebagai hasil dari sosialisasi dan dukungan lingkungannya, baik keluarga, sekolah, maupun masyarakat. Apabila dilihat dari perspektif teori ekologi, individu berkembang dalam jaringan yang kompleks dari sistem yang saling berhubungan baik secara individu, dalam lembaga, maupun antarlembaga. Teori ini menekankan bahwa manusia tidak akan dapat berkembang dalam isolasi, namun berkembang dalam rangkaian interaksi di dalam keluarga, sekolah, dan masyarakat. Teori ini juga menjelaskan bahwa ekologi melibatkan interelasi antara manusia dengan lingkungan yang mencakup konsekuensi psikologik, sosial, dan proses kultur sepanjang waktu. Dengan demikian, keluarga, sekolah, dan masyarakat bertanggung jawab menjamin anak menjadi dewasa dengan memberikan keamanan, kesehatan, lingkungan yang terpelihara untuk hidup melalui pendidikan. Teori ekologi merupakan pandangan 32 sosiokultural Bronfenbrenner berkenaan dengan perkembangan manusia yang berlangsung dalam lima sistem lingkungan, mulai dari pengaruh interaksi pada individu hingga pengaruh budaya yang lebih luas, yaitu: mikrosistem, mesosistem, eksosistem, makrosistem, dan kronosistem. Mikrosistem adalah lingkungan yang melatarbelakangi anak hidup dan berinteraksi dengan orang lain dan institusi yang paling dekat dengan kehidupannya, misal orang tua, teman sebaya dan sekolah. Mesosistem yaitu hubungan antarkomponen dalam mikrosistem, sebagai contoh orang tua dan guru berinteraksi dalam sistem sekolah. Eksosistem merupakan sistem yang berisi sejumlah kondisi yang mempengaruhi perkembangan anak, namun anak tidak terlibat dalam suatu peran langsung. Makrosistem, yaitu sistem yang mengelilingi mikro-meso-eksosistem dan merepresentasikan nilai-nilai, ideologi, hukum, masyarakat, dan budaya. Kronosistem merupakan dimensi waktu yang menuntun perjalanan setiap level sistem dari mikro ke makro. Kronosistem juga dapat berupa berbagai peristiwa kehidupan yang penting pada individu dan kondisi sosio-kultural. Untuk lebih memfokuskan pembahasan, dari lima sistem lingkungan yang mempengaruhi perkembangan dan pendidikan anak dari teori ekologi tersebut, peneliti membatasi pada lingkungan mikrosistem, yaitu keluarga, sekolah, dan masyarakat. Lingkungan masyarakat yang dimaksud adalah masyarakat dalam skala kecil yang mencakup tetangga, teman sebaya, serta media masa. Dengan demikian, secara visual setelah melalui modifikasi dan penyederhanaan, lingkungan mikrosistem anak dapat digambarkan sebagai berikut. Gambar 1 Model Ekologi Mikrosistem Perkembangan Anak di Tiga Lingkungan Pendidikan Modifikasi dari Model Ekologi Urie Bronfenbrenner Berns, 2004: 14 Sekolah Keluarga Masya- rakat Anak 33 Struktur dasar mikrosistem merujuk pada aktivitas dan hubungannya dengan pengalaman lain yang bermakna bagi anak dalam lingkungan kecil secara khusus, seperti keluarga, sekolah, teman sebaya atau masyarakat Berns, 2004: 15. Keluarga merupakan lingkungan yang memberi pengasuhan, afeksi, dan variasi kesempatan, dan juga menjadi tempat sosialisasi utama bagi anak yang berdampak signifikan terhadap perkembangannya. Sekolah merupakan mikrosistem yang secara formal anak belajar tentang masyarakatnya. Sekolah mengajar membaca, menulis, aritmatika, sejarah, ilmu, dan lain sebagainya. Di sekolah, guru mendorong perkembangan berbagai keterampilan dan perilaku melalui kegiatan dan memberi motivasi bagi anak untuk keberhasilan belajar. Masyarakat, dalam konteks ini dimaksudkan sebagai masyarakat skala kecil atau tetangga, teman sebaya, dan media masa. Masyarakat dalam skala kecil, tetangga, adalah mikrosistem utama tempat anak belajar sambil bekerja learning by doing. Teman sebaya adalah lingkungan tempat anak secara umum tidak terawasi oleh orang dewasa, sehingga mereka mendapat pengalaman dari lingkungan yang bebas. Media massa, seperti televisi, film, video, buku, majalah, music, dan komputer tidak diperhatikan sebagai mikrosistem oleh Bronfenbrenner karena tidak merepresentasikan lingkungan kecil dan interaktif dalam interaksi timbal balik. Meskipun demikian, perlu dipahami pula bahwa media massa merupakan agen sosialisasi penting sebagai mikrosistem, karena merupakan lingkungan yang memungkinkan anak dapat melihat dunia – masa lalu, sekarang, dan yang akan datang – tempat dan peralatan, peran dan saling berhubungan, sikap dan nilai, perilaku untuk ditiru.

D. Modal Sosial dan Modal Budaya dalam Pendidikan di Keluarga, Sekolah,