Kualitas Pendidikan di SMP N 1 Bantul

152 justru main dengan teman sekolah pada malam minggu bersepeda BMX di Paseban. Acara TV yang ditonton biasanya film luar, menonton sinetron jarang sekali, sesekali melihat Haji Sulam – tukang bubur naik haji, RCTI. Anak-anak juga pernah menyukai acara Global TV paket dari pemerintah yang menyangkan anak sekolah, pelajaran-pelajaran, film yang isinya juga pelajaran. Anak-anak di internet menyukai facebook, twitter. Mereka berkomunikasi dengan teman-temannya. Internet juga digunakan mereka untuk mencari bahan- bahan mengerjakan tugas. Ketika bermain internet pernah tersesat ke situs yang kurang bagus, mereka segera menutupnya, tetapi juga ada yang sempat menyaksikan, alasannya sudah masa puber, atau ketika lupa sama yang di atas. Meskipun di daerahnya masih ada tradisi masyarakat, namun anak-anak tidak pernah terlibat atau ikut, misalnya kenduri, aqiqoh bayi, tahlilan, padusan.

b. Kualitas Pendidikan di SMP N 1 Bantul

Dalam pengembangan kurikulum menggunakan manajemen RSBI, berangkat dari unggulan, strategi, visi, misi, kemudian kultur, dan berikutnya kurikulum. Jika dulu ada kurikulum 94, KTSP, maka sekolah melakukan modifikasi. KTSP setiap tahun harus ada perubahan. Misalnya ada tambahan karakter, kalau sekolah bisa mengadopsi dan bisa menerapkannya, maka dimasukkan ke dalam kurikulum. Kemudian yang 8 standar plus, juga dikejar. Plusnya sekolah ini adalah perpustakaan, IT e-larning, seni tradisional gamelan dan batik. Untuk kegiatan ekstrakurikuler memanfaatkan tenaga dari dalam dan luar, khusus kegiatan yang sering kosong, segera hentikan dan diganti dengan kegiatan lain untuk menghindari komplain dari siswa maupun orang tua siswa. Kegiatan ekstrakurikuler yang kurang produktif diupayakan inovasinya melalui kerja sama dengan alumni dan sekolah yang pernah juara di bidang yang sesuai, dan hasilnya menggembirakan, khusunya LPIR dan OSN. Jadi pembimbingnya masih tetap guru yang bersangkutan terus ditambah dengan tenaga dari luar yang sudah 153 berpengalaman langsung, agar terjadi kolaborasi, guru justru dapat belajar, sehingga nanti lama-lama bisa setara. PHBS, termasuk pendidikan karakter, meliputi: 1 gerakan seminggu sekali gerakan bersih di setiap kelas yang menjadi tanggung jawab ketua kelas – jika di kelas ada corat-coret dan tidak ada yang mengakui, maka kelas membersihkan dengan swadaya kelas, 2 gerakan ambil sampah di area sekolah pada hari tertentu, termasuk guru, 3 gerakan hemat listrik terutama penggunaan lampu dan AC. Dana yang menopang bantuan anak miskin adalah dana BOS dan dana Dewan Sekolah. Bahkan bagi anak yang memang dia benar-benar miskin ada kartu miskin, mereka dibebaskan, sekolah membuatkan SK untuk biaya pendidikan 3 th, jika perlu dibelikan sepatu, baju, sehingga cocok dengan yang tertulis di spanduk itu “sekolah gratis”. Bagi siswa miskin, sekolah memberi beasiswa dari Yudhistira, dari Pemerintah, dan dari Sekolah. Di samping itu ada yang berupa barang dan bantuan transport sekolah. Pada prinsipnya sekolah menghargai dan mengakui semua prestasi anak, tidak hanya yang bersifat akademik, tetapi juga prestasi yang lain, misalnya bakat seni pengembangan diri, bakat kreativitas, merupakan modal untuk mengangkat derajat anak, bahkan untuk kehidupan nantinya pun bisa digunakan. Pemahaman ini kemudian disampaikan juga kepada orang tua melalui surat edaran agar mereka juga mengapresisasi prestasi akademik dan non akademik putra-putri mereka. Kepala sekolah melakukan kerja keras, kerja ikhlas kerja cerdas, kerja tuntas. Di sekolah ini sedang dilakukan pemberdayaan selalu pola hidup bersih sehat, melalui ketua kelas, yang harus selalu dikawal. Sekolah sehat menjadi program kerja sekolah 3 tahun terakhir ini, kemudian akan dilanjutkan sekolah adiwiyata, sekolah mandiri. Kepala sek olah memiliki moto ”hidup bermanfaat bagi orang lain”, minimal dirinya sendiri, keluarga, orang lain yang juga masyarakat. Sekolah juga sedang membuat 21 aspek kinerja kepala sekolah. Aspek- aspek yang dinilai a.l. visi, misi, RKAS, implementasi manajemen, kurikulum, 154 evaluasi, komplit ada semua, termasuk laboratorium, struktur organisasi, mekanisme, dsb, semuanya harus ada. Dalam melaksanakan manajemen kepala sekolah mesti ada pro dan kontra, keduanya diakomodasi, yang kontra diposisikan sebagai bagian peluang dengan aksi langsung diharapkan mindsetnya bisa berubah, “satu keteladanan lebih baik daripada seribu nasihat”. Misalnya, ketika ada program Jumat bersih, sementara yang lain masih di belakang meja, kepala sekolah langsung aksi memberi contoh, akhirnya juga berjalan. Untuk merubah mindset karyawan dan guru, kepala sekolah menggunakan pendekatan personal, tanpa membedakan kelompok, golongan, agama, yang penting mereka bisa kerja dan memiliki kinerja bagus, bagi yang tidak bisa bekerja karena tereliminasi dengan situasi dan kondisi, otomatis dia bergabung. Misalnya: menghilangkan kebiasaan karyawan yang suka main game, ngrumpi, merokok, tidak mau melayani foto kopi. Sekolah berkeinginan merubah jantungnya sekolah, yaitu perpustakaan, dengan semboyan “5n: niteni, nirokke, nambahi, nekat berbuat, nularke”. “nekat” berarti berani ambil resiko. Sekolah akan membenahi perpustakaan, misalnya di sudut-sudut sekolah atau di kelas ada khusus buku, selanjutnya disosialisasikan kepada guru, setiap akhir pelajaran anak-anak diminta membaca, meringkas, menulis. Dirintis juga perpustakaan berbasis pembelajaran, pembelajaran berbasis perpustakaan. Semua yang dilakukan kepala sekolah selalu ada target target pencapaian – hari ini lebih baik daripada hari kemarin, hari esok harus lebih baik dari hari ini, dan yang abadi adalah perubahan-perubahan yang positif. Oleh karena itu, kepala sekolah harus visioner, berani, dan siap fisik dan mental. Untuk kepentingan mutu, sekolah ini mereferensi dan menimba ilmu dari sekolah lain yang kondisinya lebih baik, meskipun jenjang pendidikan di bawahya, misalnya perpustakaan, lingkungan hijau. Demikian pula, dalam memandang teman kerja tidak membedakan antara honorer, yunior, yang dilihat adalah konsistensi, komitmen, dan loyalitas terhadap pekerjaan. 155 Kepala sekolah mengawal serius terhadap tugas dan fungsi masing-masing unsur dari kepala sekolah sampai satpam, dengan menjabarkan dan mensosialisasikan job description, the right men the right place, the right men the right job , serta memantau pelaksanakan tugas dan fungsi tersebut. Sekolah membudayakan para guru dan staf dalam berdisiplin dan berhemat. Pada awal penerapan kedisiplinan tersebut, sekolah mengalami banyak tantangan bisa baik dari siswa, orang tua, maupun guru, namun lama kelamaan mereka menyadari akhirnya kedisiplinan menjadi kebiasaan bahkan membudaya. Sekolah memasang slogan-slogan pemberi semangat, motivasi, pengingat, untuk membangun budaya disiplin di sekolah ini. Untuk urusan gizi dan kesehatan, kantin juga menjadi perhatian sekolah. Makanan dan minuman yang dijual di kantin harus memenuhi syarat kesehatan, baik bahan, zat-zat yang digunakan, namun harganya terjangkau. Sekolah menugaskan 3 guru untuk memantau kantin sekolah. Untuk pembentukan karakter, sekolah juga membangun laboratorium Pancasila sebagai ideologi bagian dari PKn. Ketika ada konfirmasi dari LSM tentang urusan dana di sekolah ini, kepala sekolah justru menyampaikan bahwa pemeriksaan keuangan sekolah bukan wilayah kewenagan LSM, karena sekolah sudah memiliki badan pemeriksa sendiri, a.l. Dewan Sekolah, Inspektorat Daerah, BPKP, Irjen Jakarta, Proyek RSBI. Bahkan kepala sekolah berpesan kepada LSM: 1 kalau sekolah ini ada kekurangan tolong berikan solusi, kekurangan segalanya, 2 kalau sekolah ini ada kebaikan prestasi tolong LSM juga menyiarkan ke media cetak. Hal tersebut merupakan upaya sekolah untuk memagari sekolah agar kondisi lebih nyaman dan produktif. Untuk antisipasi bahwa sekolah tidak diperbolehkan menarik uang dari anak, orang tua, atau masyarakat, maka untuk urusan seragam sekolah diserahkan sepenuhnya kepada para orang tua siswa, sekolah tidak bersinggungan atau lebih- lebih mengkoordinir. Sekolah akan dikembangkan memiliki usaha ekonomoni kreatif, untuk mendukung langsung RSBI, sehingga jika RSBI tidak ada, sekolah ini tetap maju. 156 Di samping itu, membangun musholla dan melengkapi ruang belajar siswa, dengan minta bantuan ke Pemerintah Daerah, Untuk keharmonisan kerja antara guru mapel yang di-UN-kan dan yang non UN, kepala sekolah membagi sama tupoksinya, membentuk teamwork khusus midsemester, teamwork yang mengurusi ujian semester, teamwork yang mengurusi ujian nasional termasuk tes pendalaman materi, dsb. selanjutnya mereka diputar, sehingga semua merasakan. Dengan demikian, perhatian sekolah tidak hanya terpusat pada UN, namun mutu adalah keseluruhan, keberhasilan 4 mapel UN diperhatikan, bidang kesenian, bidang agama, dari kelas 7 bukan sekedar kelas 9, itu baru keberhasilan sekolah ini, semuanya berkaitan, bagaimana membentuk karakter jika tidak diimbangi dengan agama, dengan PKn, semua sama statusnya, jangan meremehkan yang lain, dan jangan sampai komitmen anak terfokus ke UN sementara karakter dilupakan. Pengelolaan ulangan harian diserahkan sepenuhnya kepada guru, namun fasilitas yang diperlukan disediakan sekolah, sekolah mengalokasikannya. Yang penting lagi baik hasil midsemester maupun ulangan harian harus dilaporkan kepada orang tua. Anggaran harus diketahui oleh semuanya, sekolah, dewan sekolah, dan orang tua. Dalam prosesn penyusunan anggaran melibatkan guru-guru sesuai dengan bidangnya masing-masing, dengan langkah: 1 bidang-bidang menyusun program termasuk waktu dan biayanya, 2 kumpulkan menjadi satu untuk diketahui keseluruhannya, 3 menentukan skala prioritas, 4 mensosialisasikan kepada semua guru dan karyawan, 5 dirapatkan bersama dewan sekolah untuk menentukan skala prioritas lebih lanjut, 6 disusun RABPS, RKS, 7 disampaikan kepada orang tuawali siswa secara pleno, penjelasan secara rinci tentang program sekolah oleh sekolah dan dewan sekolah, yang selanjutya keputusan diserahkan kepada para orang tua pada rapat pleno tersebut. Respons orang tuawali siswa terhadap RAPBSRKS, ada yang menambah, ada yang mengurangi, akhirnya imbang, namun lebih banyak yang menambah daripada yang mengurangi. Untuk meningkatkan tingkat kepercayaan orang tua 157 terhadap sekolah, sekolah menyampaikan pertanggungjawaban anggaran sekolah dan hasil pemeriksanaan internal maupun eksternal.

C. Pembahasan

Deskripsi data lapangan yang disajikan di atas, selanjautnya dicermati sesuai dengan permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini, secara berturut-turut meliputi: pola konfigurasi pendidikan antara keluarga, sekolah, dan masyarakat; kualitas pendidikan; pengaruh pola konfigurasi pendidikan terhadap kualitas pendidikan; serta pola konfigurasi pendidikan berdampak pada kualitas pendidikan yang tinggi. Pembahasan ini diawali dengan mencermati per sekolah terlebih dahulu kemudian dilihat secara keseluruhan.

1. Konfigurasi Pendidikan antara Keluarga, Sekolah, dan Masyarakat

a. Konfigurasi pendidikan antara keluarga, sekolah, dan masyarakat di SMP N 2 Kretek 1 Pendidikan dalam keluarga Kondisi keluarga orang tua siswa menunjukkan bahwa rata-rata sosial ekonominya pada taraf menengah ke bawah. Mata pencaharian mereka sebagian besar petani dan wirausaha. Sesuai dengan kenyataan tersebut, implikasinya orang tua siswa dapat dikatakan secara sosial ekonomi lemah mengikuti semua program sekolah. Pendidikan anak di sebagian besar keluarga dapat dikatakan kuat, mereka benar-benar memperhatikan pendidikan anak. Hal tersebut ditunjukkan bahwa orang tua dalam mendidik anaknya di rumah mencakup berbagai aspek sebagai berikut. a Menanamkan nilai-nilai kedisiplinan pada anak, misalnya disiplin belajar, engerjakan PR, bangun tidur, berangkat sekolah, tidak terlambat ke sekolah. b Mengatur anak-anak dalam belajar, sejak maghrib s.d. jam 21.00 c Mengatur anak dalam menonton TV, yaitu di luar jam belajar, dan tidak boleh tidur malam-malam.