Tujuan Penelitian Hipotesis Penelitian Manfaat Penelitian Gambaran Klinis Gingiva Normal Gingivitis

18 pemeriksaan saliva yang dilakukan oleh dokter gigi seperti mendiagnosis dan mendeteksi suatu masalah secara dini serta meningkatkan kesadaran pasien akan kesehatan gigi. 22 Berdasarkan teori dan hasil penelitian tersebut, penulis merasa tertarik dan ingin melakukan penelitian mengenai pengaruh dari pH dan kapasitas buffer saliva terhadap pembentukan kalkulus.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah pH dan kapasitas buffer dalam saliva dapat berpengaruh terhadap pembentukan kalkulus? 2. Bagaimana pengaruh pH dan kapasitas buffer dalam saliva terhadap pembentukan kalkulus?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk menganalisis apakah pH dan kapasitas buffer saliva berpengaruh terhadap pembentukan kalkulus 2. Untuk menganalisis bagaimana pengaruh pH dan kapasitas buffer saliva terhadap pembentukan kalkulus

1.4 Hipotesis Penelitian

Ada pengaruh dari pH dan kapasitas buffer saliva terhadap pembentukan kalkulus.

1.5 Manfaat Penelitian

1. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan dan pengetahuan tambahan bagi peneliti dan dokter gigi mengenai pengaruh pH dan kapasitas buffer saliva terhadap pembentukan kalkulus. 2. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan edukasi dan penyuluhan kepada masyarakat mengenai pengaruh pH dan kapasitas buffer saliva terhadap pembentukan kalkulus. 19 3. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan ilmu pengetahuan bagi perkembangan bidang kedokteran gigi khususnya di bidang ilmu Periodonsia. 20 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kalkulus 2.1.1 Pengertian Kalkulus Kalkulus adalah suatu massa adheren yang merupakan mineralisasi dari plak bakteri yang terbentuk pada permukaan gigi dan protesa di rongga mulut. 23 Kalkulus merupakan etiologi sekunder dari penyakit periodontal. 2 Kalkulus meningkatkan retensi dari plak dimana permukaan kalkulus dilapisi oleh plak yang tidak termineralisasi sehingga dapat meningkatkan laju formasi plak. 24 Selain itu, sifat porositas dari kalkulus dapat menjadi tempat untuk patogen-patogen periodontal dan mempertahankan komponen bakteri yang berbahaya seperti endotoksin. 2

2.1.2 Komposisi Kalkulus

Komposisi kalkulus secara umum terdiri dari komponen organik dan anorganik. Setidaknya duapertiga dari komponen anorganik adalah dalam struktur kristal. Bentuk kristal yang utama adalah 58 hidroksiapatit, 21 whitlockite magnesium, 12 oktakalsium fosfat dan 9 brushite. 24 Secara umum, setidaknya dua atau lebih dari kristal ini ditemukan dalam sampel kalkulus. 1 Kalkulus terdiri dari 70 sampai dengan 90 bahan anorganik dan sisanya adalah komponen organik. Bahan anorganik kalkulus supragingiva diperkirakan terdiri dari 76 kalsium fosfat Ca 3 PO 4 2 , 3 kalsium karbonat CaCO 3 , magnesium fosfat Mg 3 PO 4 2 dan logam lainnya. Komponen anorganik yang utama antara lain adalah 39 kalsium, 19 fosfor, 2 karbondioksida, 1 magnesium dan kandungan dalam jumlah yang sedikit dari natrium, seng, 21 stronsium, brom, tembaga, manggan, tungsten, emas, aluminum, silikon, besi dan ftor. Bahan organik kalkulus supragingiva terdiri dari campuran kompleks protein polisakarida, sel epitel deskuamasi, leukosit dan tipe mikroorganisme yang bervariasi. 1 Komposisi kalkulus supragingiva dan subgingiva hampir sama, tetapi ada beberapa perbedaan dari keduanya. 5 Perbedaan antara komponen kalkulus supragingiva dan subgingiva tidak terlalu banyak. Kalkulus supragingiva dan subgingiva mempunyai konten hidroksiapatit yang sama, tetapi pada kalkulus subgingiva komponen whitlockite magnesiumnya lebih banyak dengan komponen brushite dan oktakalsium fosfat yang lebih sedikit. 1

2.1.3 Klasifikasi Kalkulus

Berdasarkan hubungannya terhadap margin gingiva, kalkulus diklasifikasikan menjadi kalkulus supragingiva dan kalkulus subgingiva. 24

2.1.3.1 Kalkulus Supragingiva

Kalkulus supragingiva merupakan kalkulus yang terletak di bagian korona dari margin gingiva sehingga dapat terlihat secara klinis. Kalkulus supragingiva dapat dibersihkan dengan mudah dari permukaan gigi menggunakan skeler tetapi dapat terbentuk kembali dengan cepat terutama di permukaan lingual gigi anterior rahang bawah. Kalkulus supragingiva ini mempunyai konsistensi seperti tanah liat dan biasanya berwarna putih atau putih kekuningan tetapi warna ini juga dapat dipengaruhi oleh substansi seperti tembakau atau pigmen makanan. 1 Bentuk kalkulus ini sangat tergantung pada bentuk anatomis gigi, kontur dari margin gingiva, tekanan dari lidah, bibir dan pipi. 25 Kalkulus ini dapat terjadi pada satu gigi, sekelompok gigi atau pada seluruh gigi. 1 Kalkulus supragingiva terutama banyak ditemui pada permukaan bukal dari gigi molar maksila dan pada permukaan lingual dari gigi anterior mandibula. Pada kasus yang ekstrim, kalkulus dapat terbentuk seperti struktur jembatan diatas papila interdental dari gigi yang berdekatan atau bahkan menutupi permukaan 22 oklusal dari gigi. Kalkulus supragingiva juga dikenal sebagai kalkulus saliva karena pembentukannya dibantu oleh saliva. 1 Gambar 1. Kalkulus supragingiva pada permukaan lingual gigi anterior rahang bawah 1

2.1.3.2 Kalkulus Subgingiva

Kalkulus subgingiva merupakan kalkulus yang terletak di bawah puncak margin gingiva sehingga tidak dapat terlihat secara klinis. Pada keadaan dimana gingiva mengalami resesi, kalkulus subgingiva menjadi tersingkap sehingga klasifikasinya dapat mengalami perubahan menjadi kalkulus supragingiva. 1 Lokasi dan perluasan kalkulus subgingiva biasa dideteksi dengan menggunakan prob dan eksplorer. 1 Kalkulus subgingiva biasanya berwarna cokelat tua atau hijau kehitaman dengan konsistensi yang lebih rapuh. Bentuk kalkulus ini biasanya rata karena adanya tekanan dari dinding poket. 25 Secara siginifikan, kalkulus subgingiva lebih banyak terdapat pada permukaan lingual daripada permukaan bukal. Pada permukaan lingual, gigi molar pertama mandibula memiliki kalkulus subgingiva terbanyak, sedangkan pada permukaan bukal, gigi anterior mandibula dan gigi molar maksila memiliki kalkulus subgingiva yang paling banyak. Kalkulus subgingiva juga dikenal sebagai kalkulus serum karena pembentukannya dibantu oleh transudat serum. 1 23 Kalkulus subgingiva dapat dijumpai dalam beberapa bentuk yang bervariasi antara lain adalah bentuk spikula, ledge dan cincin. Bentuk spikula merupakan bentuk kalkulus kecil dan banyak terdapat pada daerah interdental. Bentuk ledge adalah bentuk deposit yang lebih besar dan letaknya paralel dengan pertemuan sementoenamel. Sedangkan, bentuk cincin adalah kalkulus yang membentuk cincin dan mengelilingi gigi. 25 Gambar 2. Variasi bentuk kalkulus subgingiva 25

2.1.4 Proses Pembentukan Kalkulus

Kalkulus adalah plak gigi yang mengalami mineralisasi. 26 Oleh sebab itu, proses pembentukan kalkulus di awali dengan proses pembentukan plak dimana pada awalnya terbentuk lapisan acquired pellicle yang merupakan interaksi antara bakteri dengan pelikel. Pada tahap ini, hanya bakteri yang dapat membentuk polisakarida ekstraseluler yang dapat tumbuh 24 jam pertama membentuk suatu lapisan yang tipis. 5 Selanjutnya, terjadi proliferasi bakteri yang menyebabkan peningkatan massa plak. Pertumbuhan plak gigi ini dapat berupa pertumbuhan melalui adhesi dari bakteri yang baru atau melalui multiplikasi dari bakteri yang sudah melekat. 24 24 Mineralisasi pada plak hanya bisa terjadi apabila plak mengalami kejenuhan oleh komponen dari kalkulus seperti kalsium fosfat. 26 Plak gigi yang lunak mengalami pengerasan karena adanya presipitasi dari garam mineral dan pengerasan ini dapat terjadi antara hari pertama dan keempat belas setelah pembentukan plak. Selain itu, plak gigi yang berkembang menjadi kalkulus akan mengalami peningkatan komponen anorganik. Proses kalsifikasi ini hanya membutuhkan waktu 4-8 jam dan dapat mencapai 50 setelah dua hari bahkan 60- 90 setelah dua belas hari. 3 Peran mikroorganisme dalam pembentukan kalkulus tidak selalu penting karena kalkulus dapat terbentuk pada hewan percobaan yang bebas dari mikroorganisme. 1 2.2 Saliva 2.2.1 Pengertian Saliva Saliva adalah sekresi kelenjar yang berkontak secara konstan dengan jaringan lunak dan keras dari rongga mulut. 27 Saliva merupakan bagian yang penting untuk melindungi dan mempertahankan kesehatan rongga mulut. Setiap komponen saliva saling berinteraksi dan bertanggung jawab terhadap setiap fungsi dari saliva. 28

2.2.2 Komposisi Saliva

Saliva adalah sekresi eksokrin yang terdiri dari 99 air, dan 1 terdiri dari ion dan unsur organik. Ion penting yang terdapat dalam saliva adalah kation seperti Na + dan K + sedangkan anion adalah Cl - dan bikarbonat HCO3 - . 29 Selain itu, elektrolit lain yang terdapat di dalam saliva adalah kalsium fosfat, fluoride, tiosianat, magnesium sulfat, dan iodin. 30 Unsur organik yang terdapat di dalam saliva adalah seperti protein, karbohidrat, lemak dan molekul organik kecil. 29 25

2.2.3 Fungsi Saliva

Saliva merupakan cairan yang kompleks dan serbaguna yang penting untuk berbagai fungsi fisiologis didalam rongga mulut. Fungsi saliva antara lain adalah 28- 31 : 1. Memfasilitasi proses bicara. 2. Membasahi makanan di dalam rongga mulut sehingga mempermudah proses mastikasi dan penelanan makanan. 3. Membantu persepsi rasa dengan melarutkan makanan secara kimia yang merupakan langkah awal untuk stimulasi reseptor taste bud, sifat hipotonisitas dari saliva memungkinkan taste bud untuk mempersepsikan rasa yang berbeda, protein saliva juga penting untuk pertumbuhan dan maturasi dari taste bud tersebut. 4. Membentuk suatu lapisan seromukosa yang dapat melubrikasi dan melindungi mukosa oral dari agen yang mengiritasi. 5. Mengencerkan dan membersihkan rongga mulut dengan membilas debris, sisa makanan dan bakteri dari rongga mulut sehingga aktivitas bakteri di rongga mulut menjadi terbatas. 6. Sebagai buffer yang dapat menetralkan dan membersihkan asam untuk menjaga integritas enamel dengan mencegah terjadinya demineralisasi enamel.

2.3 Gambaran Klinis Gingiva Normal

Gambaran klinis gingiva normal perlu diketahui sebagai dasar untuk mengetahui perubahan patologis pada gingiva. Gambaran klinis gingiva normal tidak mempunyai patokan yang jelas karena gambaran klinis gingiva normal antara setiap individu berbeda. 5 Gambaran klinis gingiva normal antara lain adalah berwarna merah jambu coral pink dan berkonsistensi kenyal. Gingiva cekat yang normal mempunyai permukaan yang berbintik-bintik seperti kulit jeruk. Selain itu, gingiva normal punya besar dan kontur gingiva yang bervariasi. 5 26 Gambar 3. Gingiva normal yang terlihat secara klinis pada pasien dewasa muda 32

2.4 Gingivitis

Gingivitis adalah suatu proses inflamasi yang mengenai jaringan lunak yang mengelilingi gigi tanpa adanya kehilangan perlekatan epitel penyatu sehingga perlekatannya belum mengalami perubahan. 13 Gingivitis bersifat reversibel dan inflamasinya tidak meluas ke tulang alveolar, ligamen periodontal atau sementum. 8 Gingivitis terbagi menjadi dua kategori yaitu gingivitis yang disebabkan oleh plak plaque-induced gingivitis dan gingivitis yang tidak disebabkan oleh plak nonplaque-induced gingivitis. 8 Gingivitis yang disebabkan oleh plak plaque-induced gingivitis sangat berhubungan dengan akumulasi plak dan kalkulus. Gingivitis ini adalah bentuk gingivitis yang paling sering terjadi. 7 Gingivitis ini diawali dengan akumulasi plak bakteria yang berdekatan dengan gigi. Bakteri dan produk metabolisnya menstimulasi sel epitel dan jaringan ikat yang akhirnya memroduksi mediator inflamasi dan menyebabkan inflamasi lokal di daerah tersebut. Gingivitis yang tidak disebabkan oleh plak nonplaque-induced gingivitis biasanya jarang terjadi dan sering disebabkan oleh bakteri, virus, atau jamur. Gingivitis dapat berhenti perkembangannya atau berkembang menjadi periodontitis. 8 27 Gambar 4. Penyakit gingiva yang di induksi oleh plak 33

2.5 Periodontitis