Mega Devi Supriyani, 2014 Kontribusi Interaksi Sosial Teman Sebaya Terhadap Kemandirian Peserta Didik
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Setiap individu dilahirkan dengan mempunyai karakter unik yang berbeda. Setiap individu memerlukan pergaulan dengan individu lain untuk dapat
membentuk dirinya karena faktor lingkungan sosial adalah salah satu faktor yang dapat membentuk pribadi individu. Yusuf dan Nurihsan 2008: 19 keluarga
adalah lingkungan pertama yang dapat mempengaruhi pribadi individu karena keluarga merupakan kelompok sosial pertama yang menjadi pusat identifikasi
individu, individu banyak menghabiskan waktunya di lingkungan keluarga dan para anggota keluarga merupakan
“significant people” bagi pembentukan kepribadian individu. Faktor lingkungan sosial lainnya selain keluarga yang dapat
mempengaruhi pribadi individu adalah lingkungan teman sebaya.
Dalam kehidupan sehari-hari individu senantiasa berhubungan dengan lingkungannya untuk dapat memacu perkembangannya yaitu dengan cara
penyesuaian diri. Penyesuaian individu dengan lingkungan yaitu dapat dengan cara mengubah diri sesuai dengan keadaan lingkungan atau mengubah lingkungan
sesuai dengan keadaan atau keinginan diri sendiri. Ruang lingkup lingkungan tersebut dapat meliputi lingkungan fisik alam benda-benda yang kongkret,
lingkungan psikis jiwa raga orang-orang serta lingkungan rohaniah keyakinan- keyakinan, ide-ide, filsafat yang terdapat di lingkungan individu tersebut
Gerungan, 2004: 59. Salah satu bentuk hubungan antara individu yang sering terjadi dalam
kehidupan sehari-hari adalah interaksi sosial. Osears, et al. 1991: 207 mengemukakan bahwa
“social interaction occurs when two or more people influence each other- verbally, physically, or emotionally
”. Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan interaksi sosial terjadi ketika dua individu atau lebih
saling mempengaruhi secara verbal, fisik atau emosional. Interaksi sosial individu telah dimulai sejak individu lahir dengan orang
yang berada di sekitarnya. Seiring dengan tahap perkembangan individu, interaksi
Mega Devi Supriyani, 2014
Kontribusi Interaksi Sosial Teman Sebaya Terhadap Kemandirian Peserta Didik Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
sosial individu ikut berkembang dari lingkungan rumah kepada lingkungan yang lebih luas lagi yaitu lingkungan sekolah dan lingkungan teman sebaya. Memasuki
masa remaja, individu mulai mengalami perubahan fisik, kognitif dan sosial sehingga membuat remaja merasa lebih mendapatkan kenyamanan untuk dapat
melewati perubahan-perubahan yang terjadi dengan banyak menghabiskan waktu bersama individu lain yang turut merasakan perubahan yang sama sehingga dalam
berinteraksi dengan individu lain, remaja mulai beralih dengan lebih mendekatkan diri kepada teman-teman sebayanya dibandingkan dengan orang tua.
Seiring dengan terjadi perubahan dalam berbagai aspek pada remaja maka terjadilah petentangan-pertentangan remaja terhadap nilai-nilai, otoritas dan
harapan-harapan orang tua terhadap remaja yang dapat mengakibatkan konflik antara orang tua dengan remaja. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh
Freud Steinberg, 1993: 290 pubertas pada remaja dapat menyebabkan konflik dalam keluarga. Akibat dari konflik dalam keluarga maka remaja awal didorong
untuk memisahkan diri secara emosional dari orang tua mandiri dan secara emosional dapat lebih berhubungan dengan teman sebaya.
Konflik antara orang tua dan remaja dapat dipandang sebagai langkah remaja dalam menuju kemandirian. Hal ini diungkapkan Steinberg 1993: 290
perkembangan kemandirian emosional remaja dimulai dari proses perubahan hubungan emosional antara remaja dengan orang-tuanya. Remaja mulai
mengambil jarak dalam berinteraksi dengan orang-tua, tetapi tidak putus hubungan. Meskipun memiliki sedikit konflik, remaja merasa bebas
mengemukakan pendapatnya, dapat berdiskusi dan saling menyayangi. Hubungan tersebut akan berubah secara berulang-ulang dan diperbarui terus-menerus selama
masa remaja. Papalia dan Olds 2008: 612 mengemukakan konflik pada awal masa
remaja disebabkan oleh pubertas dan tuntutan untuk mencapai kemandirian. Hal ini serupa dengan yang diungkapkan Santrock 2002: 42 konflik antara remaja
dengan orang tua dapat mempermudah transisi remaja dari tergantung pada orang tua menjadi seorang individu yang mandiri. Namun tidak setiap remaja
mengalami konflik yang berat dengan orang tua, banyak faktor yang dapat
Mega Devi Supriyani, 2014
Kontribusi Interaksi Sosial Teman Sebaya Terhadap Kemandirian Peserta Didik Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
menciptakan konflik berat antara orang tua dan remaja. Ini sesuai dengan yang diungkapkan Papalia dan Olds 2008: 612 konflik antara orang tua dan remaja
sangat bergantung kepada kepribadian remaja dan pola asuh orang tua terhadap remaja.
Dalam beberapa hal di dalam kehidupannya, remaja tidak seutuhnya selalu berpegang kepada pendapat dan anggapan teman-teman sebayanya. Hal ini
diungkapkan Steinberg 1993: 299 secara umum, penelitian tentang pengaruh teman sebaya menunjukkan dalam beberapa situasi, remaja lebih berpengaruh
terhadap pendapat teman sebaya sedangkan pada beberapa situasi lain, pendapat orang tua lebih mempengaruhi remaja. Secara khusus, remaja lebih cenderung
untuk menyesuaikan diri dengan pendapat teman-teman sebaya dalam jangka pendek, sehari-hari, dan masalah sosial. Sedangkan remaja lebih cenderung untuk
menyesuaikan diri dengan pendapat orang tua ketika dihadapkan mengenai rencana jangka panjang seperti pendidikan atau pekerjaan, agama dan etika. Hal
ini senada yang diungkapkan Hurlock 1980: 213 pada remaja pengaruh teman sebaya lebih besar dibandingkan pengaruh keluarga pada sikap, pembicaraan,
minat dan penampilan. Interaksi sosial teman sebaya pada remaja dapat menghasilkan pengaruh
positif dan negatif Zimmer-Gembeck, 2001: 82. Interaksi sosial teman sebaya dapat memiliki pengaruh positif bagi remaja yaitu remaja dapat saling mendukung
untuk dapat berprestasi di sekolah, remaja dapat membuat rencana masa depan, dan remaja dapat memiliki tanggung jawab.
Selain itu interaksi sosial teman sebaya pada remaja dapat menjadi salah satu sumber dukungan bagi remaja dalam
perkembangan kemandirian remaja. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan Zimmer-Gembeck 2001: 82 yaitu:
In fact, autonomy can flourish during interactions with friends. Autonomy also develops when young people maintain valued conections to friends by
expressing their opinions and attitudes, recognize that their friends’ opinions may differ from their own, learn how to negotiate differencences, and practice
joint decision making.
Remaja memiliki motivasi yang kuat untuk berkumpul bersama teman sebaya dan menjadi sosok yang mandiri Santrock, 2007: 58. Pada masa remaja,
Mega Devi Supriyani, 2014
Kontribusi Interaksi Sosial Teman Sebaya Terhadap Kemandirian Peserta Didik Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
tuntutan terhadap kemandirian sangat besar dan harus dihadapai secara optimal agar kelak dapat menjadi seorang dewasa yang sempurna. Remajapun akan
beralih dari sangat bergantung terhadap keluarga menjadi bagian dari kelompok teman sebaya dan berusaha bertahan sendiri untuk memasuki masa dewasa.
Hurlock 1980: 220 mengemukakan keinginan yang kuat untuk mandiri berkembang pada awal masa remaja dan mencapai puncaknya menjelang periode
ini berakhir. Hill dan Holmbeck Zimmer-Gembeck, 2001: 79 menyatakan bahwa
orang tua, teman sebaya, sekolah dan masyarakat memiliki pengaruh signifikan terhadap kemandirian. Berdasarkan hasil penelitian Pratiwining 2011 dan hasil
penelitian Nurrochim 2012 dapat diketahui bahwa terdapat hubungan positif dan signifikan antara interaksi sosial teman sebaya dengan kemandirian.
Studi pendahuluan yang dilakukan di kelas VIII SMP Muhammadiyah 4 Kabupaten Bandung berdasarkan hasil wawancara terhadap guru BK serta
wawancara kepada peserta didik pada tanggal 22 Juli 2013 tentang fenomena yang tekait dengan interaksi sosial dengan kemandirian yaitu terdapat perbedaan
antara kemandirian peserta didik yang sering berinteraksi dengan semua teman- teman kelasnya dengan peserta didik yang sedikit berinteraksi dengan teman-
teman di kelasnya yaitu beberapa peserta didik populer dapat lebih percaya diri saat tampil di depan kelas dan percaya diri saat berdiskusi dalam kegiatan
berkelompok, peserta didik populer dapat lebih bertanggung jawab atas semua pilihannya dan tidak selalu mengandalkan orang tua saat memiliki masalah
dibandingkan dengan peserta didik yang sedikit berinteraksi dengan teman-teman di kelasnya.
Berdasarkan hasil-hasil penelitian terdahulu serta adanya fakta mengenai adanya keterkaitan interaksi sosial teman sebaya terhadap kemandirian yang
terjadi di lapangan, khususnya di SMP Muhammadiyah 4 Kabupaten Bandung. Maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan mengangkat judul
“Kontribusi Interaksi Sosial Teman Sebaya Terhadap Kemandirian Peserta Didik
” Studi Korelasional terhadap Peserta didik Kelas VIII SMP Muhammadiyah 4 Kabupaten Bandung Tahun Ajaran 20132014.
Mega Devi Supriyani, 2014
Kontribusi Interaksi Sosial Teman Sebaya Terhadap Kemandirian Peserta Didik Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
B. Identifikasi Masalah Dan Rumusan Masalah