BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan dunia industri yang sangat pesat tidak hanya di Indonesia bahkan disemua negara telah mengalami perubahan secara terus menerus,
sehingga membuat setiap perusahaan melakukan evaluasi untuk dapat meningkatkan produktifitasnya guna memenuhi kebutuhan seluruh masyarakat.
Dalam rangka memenuhi kebutuhan tersebut perusahaan diharapkan mampu untuk beroperasi 24 jam dalam sehari agar mendapatkan keuntungan. Selain
keuntungan ada juga tugas-tugas yang dilakukan pekerja seperti menjaga mesin- mesin, instalasi-instalasi modern dan segala alat yang memiliki teknologi tinggi
serta lahan bahaya bagi sumber daya manusia. Untuk dapat menjalankan perusahaan yang beroperasi selama optimal dibutuhkan sumber daya manusia
yang memiliki moril kerja yang tinggi Grandjean, 1988.
Moril kerja merupakan sikap individu yang positif terhadap pekerjaan Hastley,1992. Menurut Carlaw 2003 moril merupakan sikap antusias yang
ditandai dengan adanya kepercayaan diri, motivasi diri yang kuat untuk melakukan pekerjaan, kegembiraan terhadap pekerjaan dan sikap positif kepada
perusahaan, serta kemauan untuk bekerja sama dengan rekan kerja demi mencapai tujuan dari perusahaan. Karyawan dengan moril kerja yang tinggi pastinya dapat
mendukung perusahaan atau organisasi dalam mencapai tujuan-tujuannya Nitisemito, 2000.
Universitas Sumatera Utara
Moril kerja yang rendah dapat berdampak buruk terhadap tujuan perusahaan. Karyawan yang memiliki moril kerja yang rendah memiliki ciri-ciri :
bosan, tidak bergairah dan bermalas-malasan dalam melaksanakan pekerjaan. Kondisi moril kerja seperti ini dapat menimbulkan masalah ditempat kerja, seperti
kecenderungan karyawan untuk keluar dari pekerjaan, datang terlambat ketempat kerja, pulang kerja lebih awal dari pada waktu yang telah ditentukan
Gibson,2003. Berikut adalah pemaparan karyawan yang sudah bekerja selama empat tahun, yaitu :
“awalnya saya enggak tau kalo bakalan dapat kerja shift jadi operator. Karena dari awal diklat enggak dibilang. Waktu tahun-tahun pertama masih
semangat la.. apalagi banggakan uda kerja, tapi lama kelamaan uda ngerasa malas rasanya ogah-ogahan. Apalagi kalo masuk malam, karena berangkat
dari rumahnya juga uda malam, jamnya orang lain tidur saya kerja, jam kerjanya juga lebih panjang, bosen, ngantuk, gak bisa tidur.. tapi gimana la
namanya juga uda kerjaan, tanggung jawab gak bisa bilang. Jam kerjanya rotasi, tim kerjanya juga rotasi jadinya kalo pas dapat tim yang enak, ya gak
ngebosenin, tp emang pas malam ga enak kali,gak tau apa yang mau dikerjai. Cuma fokus sama monitor aja” Komunikasi Personal, 15 April 2013.
Pemaparan hasil wawancara diatas menunjukkan kurangnya moril kerja pada karyawan, yang sudah tercermin dari rasa malas-malasan, mudah lelah,
kurangnya tim kerja yang solid dan adanya waktu kerja yang menggunakan shift. Menurut Suma’mur 1994 shift kerja merupakan pola waktu kerja yang diberikan
pada tenaga kerja untuk mengerjakan sesuatu oleh perusahaan yang biasanya dibagi menjadi tiga shift kerja, yaitu pagi, sore dan malam.
Salah satu perusahaan yang menerapkan sistemshift kerja adalah PLN seperti penjelasan karyawan yang menjelaskan waktu kerjanya melalui komunikasi
personal sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
“waktu kerja kami disini sehari ada tiga kali penggantian, biasanya kalo shift pagi dari jam 08.00 – 16.00, kalo shift sore 16.00-22.00, kalo shift malam
dari jam 22.00-08.00. waktu pertukaran harinya 1 minggu gituu kami dapat dua hari pagi, dua hari siang, dua hari malam, baru kami libur dua atau tiga
hari. Sebenarnya si, kalo paling yang gak enak masuk malam. Ngantuk, gak bisa tidur, capek juga, selalu aja kurang untuk tidurnya kalo uda abis masuk
malam...” Komunikasi Personal, 15 April 2013
Ada pula karyawan yang sudah bekerja 15 tahun bekerja : “bapak uda 15 tahun kerjanya dek, yaaa.. tetap sebagai operator tapi
sekarangkan jadi SPVnya anak-anak ini. Tapi tetap operator uda begadang lebih kurang 15 tahun, makannya muka bapak kelihatan lebih tua kesehatan
pun menurun suka sakit-sakitan. Kalo malam gak tidur bapak ngerokok sambil ngopi, supaya gak bosan. Angin malam juga kan, suka masuk
angin.kadang jarang kumpul sama anak-anak kalo masuk malam bapak keluar rumah jam 9 kalo anak-anak dirumah siang atau sore gitu bapak
memilih untuk istirahat. Jadinya waktunya susah bagi.” Komunikasi Personal, 1 mei 2013
Pemaparan dari karyawan diatas menunjukkan sistem shift kerja pada karyawan PLN yang memiliki pembagian shift berbeda-beda di setiap waktunya.
PLN sebagaiperusahaan listrik negara yang memberikan jasa penerangan dan energi listrik kepada seluruh masyarakat dan industri, untuk dapat menjalankan
perusahaan yang beroperasi selama 24 jam dibutuhkan adanya sumber daya manusia tenaga kerja yang sehat, efektif, produktif dan memiliki moril kerja
yang tinggi. Menurut Fish 2000 efek positif dan negatif dari shift kerja salah satunya adalah terganggunya masalah kesehatan, yaitu munculnya kelelahan
mengakibatkan menurunnya moril kerja pada karyawan, sehingga menimbulkan rasa keengganan untuk bekerja.
Adnan 2002 mengemukakan bahwa sistem shift kerja memiliki dampak positif dan dampak negatif. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Koller 1997
mengungkapkan bahwa terjadi berbagai masalah psikologis dan gejala
Universitas Sumatera Utara
psikosomatik pada pekerja shift, yaitu keluhan-keluhan seperti kelelahan, badan lemas, suka nyeri pada perut yang ditemukan lebih banyak pada pekerja yang
mengalami shift kerja malam.
Shift malam merupakan shift yang paling buruk dari semua sudut, karena kerja bergilir dengan pola waktu kerja yaitu 24 jam terus menerus dapat
memberikan dampak yang besar terhadap tenaga kerja dan keluhan yang bersifat subyektif di antaranya tidak dapat tidur siang, kelelahan, gangguan kesehatan.
Seharusnya malam hari tidak sesuai untuk bekerja, karena malam hari merupakan fase rileks dimana irama circardian yang mempengaruhi fungsi psikologis dan
fisologis yang berhubungan dengan kapasitas kerja Grandjean, 1988.
Wijaya 2006 juga mengungkapkan bahwa kerja shift berperan penting dalam operasional perusahaan. Namun bagi pekerja yang bekerja dengan shift
dapat mengalami berbagai permasalahan, yang kemudian meluas menjadi gangguan tidur, gangguan fisik dan psikologis, dan gangguan sosial serta
kehidupan keluarga. Seperti komunikasi personal berikut pada karyawan yang sudah 5 tahun bekerja :
“saya sudah lima tahun bekerja, yaa sejauh ini saya tidak pernah ada masalah dengan pekerjaan saya. Rasa saya mau masuk pagi, sore sama
malam sama saja. Kalo masalah kesehatan Allhamdulilah gak pernah ada keluhan, soalnya kami kan dikasih fasilitas olahraga jadinya semiggu sekali
kami futsal mungkin itu bisa bantu kesehatan sama kebosanan kerjaan ya.. kalo masalah sama keluarga, saya anak kost.. jadinya ngabari keluarga bisa
lewat hape aja.. kalo pulang kampung seminggu sekali atau sebulan sekali laa.. waktu istirahat atau ambil jam ganti sama kawan...”Komunikasi
Personal, 1 juni 2013
Universitas Sumatera Utara
Shift kerja memiliki pengaruh pada kinerja Tayyari Smith, 1997 kinerja pekerja termaksud ketelitian, kesalahan, dan kecelakaan, bekerja lebih baik
diwaktu siang hari dari pada malam hari. Karena adanya gangguan fisik ataupun tekanan mental sehingga menurunkan konsentrasi yang mengakibatkan gangguan
tidur serta gangguan pada circadian rhythms akibat shift kerja Wicken, et al, 2004. Data ILO 2003 menunjukkan setiap hari rata-rata 6000 orang meninggal
akibat sakit dan kecelakaan kerja atau 2,2 juta orang pertahun kecelakaan terbesar terjadi pada malam hari.
Dalam penelitian yang dilakukan Susi Purnawati 2005 juga melihatkan terjadi peningkatan kecelakaan kerja sekitar 17,8 dan terjadi pada shift malam
dan sore dibandingkan shift pagi. Shift kerja jika tidak dikelola dengan baik oleh perusahaan akan berdampak pada gangguan fisiologis dan perilaku tenaga kerja,
yang lambat laun akan menyebabkan gangguan psikopatologi. Shift kerja juga berpengaruh terhadap kesehatan dan keselamatan kerja karyawan. Hal ini
berhubungan dengan circadium rhythm yang dapat menurunkan fungsi tubuh, seperti suhu tubuh, kemampuan mental, denyut jantung, tekanan darah, volume
pernapasan dan lain-lain Grandjean,1988.
Penelitian yang melihat dampak shift kerja juga dilakukan oleh Simanjuntak Situmorang 2010 di PT. Sari Husada Tbk Yogyakarta. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa kondisi beban kerja antara ketiga shift mempunyai perbedaan secara nyata. Nilai beban kerja untuk shift pagi menunjukan kategori
Universitas Sumatera Utara
rendah, shift sore menunjukkan kategori rendah dan sedang, dan shift malam menunjukkan kategori sedang.
Menurut Occupational Health Clinic 2005, yang melakukan studi tertang shiftwork menyatakan shift kerja malam telah terbukti dapat berpengaruh terhadap
konsentrasi, kewaspadaan, motivasi dan memori. Hal ini dapat memperlambat kinerja karyawan dan dapat meningkatkan resiko kecelakaan dan menurunkan
moril kerja pada karyawan. Ada beberapa faktor pekerjaan yang sangat rentang terhadap kecelakaan kerja pada pekerja shift yaitu umur, kemampuan,
pengalaman, obat-obatanalkohol, gender, stress, kelelahan dan motivasi kerja Grandjean, 1988.
Berdasarkan hal yang dipaparkan diatas, diketahui bahwa shift kerja sangat penting untuk suatu organisasi baik yang bergerak dibidang jasa ataupun industri
yang banyak berkembang pada saat ini. Terutama PLN yang menyediakan pelayanan tenaga listrik pada seluruh masyarakat dan industri. Atas alasan
tersebut, peneliti tertarik untuk meneliti mengenai pengaruh moril kerja ditinjau dari shift kerja pagi dan malam pada karyawan PT.PLN Persero operator gardu
di Kota Medan.
B. Rumusan Masalah