b. Memiliki Inisiatif, individu yang memiliki moril kerja yang tinggi akan
memiliki kemauan diri untuk bekerja tanpa pengawasan dan perintah atasannya.
c. Berfikir kreatif dan luas, individu yang memiliki ide-ide baru, dan tidak
mempunyai hambatan untuk menyalurkan ide-idenya dalam menyelesaikan tugas.
d. Menyenangi apa yang sedang dilakukan, individu lebih fokus terhadap
pekerjaan daripada memperlihatkan gangguan selama melakukan pekerjaan.
e. Tertarik dengan pekerjaannya, individu menaruh minat pada pekerjaan
karena sesuai keahlian dan keinginannya. f.
Bertanggung jawab, individu bersungguh-sungguh dalam menjalankan pekerjaan.
g. Memiliki kemauan bekerja sama, individu memiliki kesediaan untuk
bekerja sama dengan individu yang lain untuk mempermudah atau mempertahankan kualitas kerja.
h. Berinteraksi dengan atasan, adanya interaksi yang baik dengan atasan,
sehingga karyawan merasa nyaman tanpa ada rasa takut dan tertekan.
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Moril Kerja
Flippo 2005 mengemukakan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi moril kerja karyawan, antara lain:
Universitas Sumatera Utara
a. Upah. Karyawan akan lebih antusias menyelesaikan kewajibannya, bila hak yang
diperoleh sesuai dengan hasil jerih payahnya. Dengan kata lain, pemberian upah sesuai standard yang dapat memenuhi kebutuhan karyawannya akan
mendorong karyawan untuk menyelesaikan tugas-tugasnya. b. Keamanan.
Adanya jaminan keamanan dari perusahaan membuat karyawan memiliki moril yang tinggi mengerjakan tugas-tugasnya.
c. Kondisi kerja. Kondisi kerja yang kondusif akan menyebabkan karyawan lebih bermoril
untuk menyelesaikan tugas-tugasnya. d. Kebanggaan terhadap pekerjaan yang dilakukan.
Moril kerja akan meningkat bila karyawan mempunyai kebanggan terhadap pekerjaan yang dilakukannya. Sebaliknya, moril kerja akan menurun karena
karyawan tidak memiliki kebanggaan terhadap pekerjaannya. e. Pimpinan yang terbuka dan cakap.
Dengan adanya pemimpin yang terbuka dan cakap, karyawan merasa dapat berkomunikasi dengan baik mengenai kendala yang dirasakannya. Komunikasi
ini dapat meminimalisir tuntutan dan pemogokan kerja serta dapat meningkatkan moril kerja karyawan untuk menyelesaikan tugasnya.
f. Kesempatan untuk maju.
Universitas Sumatera Utara
Moril kerja meningkat bila karyawan memiliki kesempatan untuk maju dan meningkatkan kemampuan yang dimilikinya. Tetapi bila karyawan tidak
memiliki kesempatan untuk maju, maka moril kerjanya akan menurun. g. Kecocokan dengan rekan kerja.
Kecocokan dengan rekan kerja akan menciptakan kondisi kerja yang kondusif, dimana karyawan akan merasa lebih bersemangat, aman dan nyaman untuk
menyelesaikan tugas yang dibebankan kepadanya. Nitisemito 1996 mengatakan beberapa faktor yang mempengaruhi moril
kerja yaitu: a. Kebanggan pekerja akan pekerjaan dan kepuasannya dalam bekerja.
Kebanggaan yang dimiliki karyawan terhadap pekerjaan dan kepuasannya dalam bekerja akan memacu moril kerja karyawan. Sebaliknya, jika tidak ada
kebanggaan terhadap pekerjaan dan tidak ada kepuasan dalam bekerja, maka moril kerja karyawan akan cenderung statis bahkan dapat pula menurun.
b. Sikap terhadap pimpinan. Jika karyawan memiliki sikap positif terhadap pimpinan, maka moril kerja
akan meningkat. Tapi bila karyawan bersikap negative terhadap pimpinannya maka moril kerja akan menurun.
c. Hasrat untuk maju. Adanya keinginan untuk maju dapat meningkatkan moril kerja karyawan.
Namun sebaliknya jika karyawan tidak mempunyai keinginan untuk maju, maka moril kerja akan menurun.
Universitas Sumatera Utara
d. Perasaan telah diperlakukan secara baik. Moril kerja akan meningkat bila karyawan merasa telah diperlakukan dengan
baik oleh perusahaannya. Namun bila karyawan merasa bahwa ia tidak diperlakukan dengan baik, maka moril kerjanya akan menurun.
e. Kemampuan untuk bergaul dengan karyawan sekerjanya. Moril kerja akan meningkat bila didukung dengan kemampuan untuk bergaul
dengan rekan sekerja, sehingga pekerjaan yang berat akan terasa lebih ringan. Tetapi sebaliknya, moril kerja karyawan akan menurun bila karyawan tidak
mampu bergaul dan bekerja sama dengan rekan sekerjanya. f. Kesadaran akan tanggung jawabnya terhadap pekerjaan.
Moril kerja meningkat bila karyawan memiliki kesadaran akan tanggung jawab terhadap pekerjaannya. Sebaliknya, moril kerja menurun bila karyawan
tidak memiliki kesadaran akan tanggung jawab terhadap pekerjaannya.
B. Shift Kerja