Perbedaan Moril Kerja Ditinjau Dari Shift Kerja Pagi Dan Malam Pada Karyawan PT.PLN (Persero) Operator Gardu Di Kota Medan

(1)

PERBEDAAN MORIL KERJA DITINJAU DARI SHIFT KERJA PAGI DAN MALAM PADA KARYAWAN PT.PLN (Persero) OPERATOR

GARDU DI KOTA MEDAN

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi persyaratan Ujian Sarjana Psikologi

OLEH :

CORRY TRI YANTI

081301059

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

(3)

LEMBAR PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini, menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi saya yang berjudul :

Perbedaan Moril Kerja Ditinjau Dari Shift Kerja Pagi Dan Malam Pada Karyawan PT.PLN (Persero) Operator Gardu Di Kota Medan

adalah hasil karya saya sendiri dan belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi manapun.

Adapun bagian-bagian tertentu dalam penulisan skripsi ini yang saya kutip adalah hasil karya orang lain telah dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika penulisan ilmiah.

Apabila dikemudian hari ditemukan adanya kecurangan di dalam skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi dari Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Medan, Februari 2014

Corry Tri Yanti NIM : 081301059


(4)

PERBEDAAN MORIL KERJA DITINJAU DARI SHIFT KERJA PAGI DAN MALAM PADA KARYAWAN PT.PLN (Persero) OPERATOR GARDU DI

KOTA MEDAN

Corry Tri Yanti dan Gustiarti Leila

ABSTRAK

Moril kerja merupakan kondisi dimana karyawan bekerja dengan antusias ditandai dengan kepercayaan diri, kegembiraan dan sikap positif terhadap perusahaan, serta kemauan untuk bekerja sama dengan rekan kerja demi mencapai tujuan yang ingin dicapai perusahaan dan organisasi.

Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif komparatif bertujuan untuk mengetahui perbedaan moril kerja pada shift pagi dan shift malam. Hipotesis dalam penelitian ini mengatakan bahwa terdapat nilai moril kerja shift pagi lebih tinggi dibandingkan shift malam pada karyawan PT.PLN (Persero) Operator Gardu.

Penelitian ini melibatkan 32 orang karyawan PT.PLN (Persero) yang terbagi menjadi 8 gardu. Data dikumpulkan melalui skala moril kerja dan dianalisis secara statistik dengan Paired-Sampel T-Test. Hasil analisis data menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan antara moril kerja pada shift pagi dan shift malam dengan p = 0.00. Moril kerja pada operator shift pagi memiliki skor mean lebih rendah (103.9) dibandingkan dengan shift malam (124.2).

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi PT.PLN (Persero) gardu induk di kota Medan mengenai pentingnya moril kerja yang tinggi dari karyawan demi tercapainya tujuan perusahaan.


(5)

Difference Of Work Morale Between Morning And Evening Work Shift On Substation Operator Employees In PT PLN (Persero) Medan

ABSTRACT

Corry Tri Yanti and Gustiarti Leila

Work morale is a condition under which employees work enthusiastically characterized by self confident, happiness, and positive attitude toward company, along with willingness to cooperate with workmates to achieve organization and company goals.

This is a quantitative comparative research which is held to find the difference of work morale between morning and evening work shift. This research hypothesizes that work morale of substation operators who work in the morning is higher than those who work in the evening in PT PLN (Persero) Medan.

This research involves 32 employees of PT PLN (Persero) in 8 different station. Data collected through work morale scale and statistically analyzed by paired-sample T-test. The results shows that work morale between morning and evening work shift differs significantly with p = 0.00. The work morale mean scores of operators who have morning shift is lower (103.9) than evening shift (124.2).

This result is expected to give information to the main substation of PT PLN (Persero) that high work morale of employees is important for the sake of achieving company goals.


(6)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis hanturkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan ridho-Nya hingga akhirnya penulis dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul “Perbedaan Moril Kerja Ditinjau Dari Shift Kerja Pagi Dan Malam Pada Karyawan PT.PLN (Persero) Operator Gardu Di Kota Medan” guna memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Psikologi di Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara.

Berbagai proses telah penulis alami selama ini. Perlu banyak usaha, kerja keras dan kemauan yang tinggi dalam setiap prosesnya. Bagi penulis menyelesaikan penelitian ini merupakan titik awal untuk mencapai impian kedepan. Penulis menyadari bahwa penelitian ini tidak akan selesai tanpa bantuan dan dukungan dari banyak pihak. Terutama sekali penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada kedua orang tua penulis H. Juprianto dan Hj. Ely Minarni serta abang dan mbak yang telah memberikan perhatian, nasehat, dukungan moril serta do’a yang tiada henti-hentinya kepada penulis.

Penelitian ini juga tidak akan selesai tanpa bantuan dari banyak pihak, oleh karena itu penulus juga ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ibu Prof. Dr. Irmawati selaku Dekan Fakultas Psikologi.

2. Ibu Gustiarti Leila, M.Psi, M.Kes, psikolog, selaku dosen pembimbing yang telah sepenuh hati, sabar dalam membimbing, memberikan saran, bantuan serta dukungan sehingga penulis lebih bersemangat dan pantang menyerah dalam melakukan penelitian.


(7)

3. Bapak Ferry Novliadi, M.Si, psikolog dan Siti Zahreni, M.Psi, psikolog selaku dosen yang bersedia meluangkan waktu menguji penulis dalam mempertanggungjawabkan skripsi ini.

4. Kak Arliza Juairiani Lubis, M. Si, Psikolog selaku dosen pembimbing akademis, yang telah memberikan bimbingan, nasehat, semangat, cokelat dan perhatian selama masa perkuliahan di Fakultas Psikologi USU.

5. Kepada sahabat-sahabatku tersayang Olyfia, Naya, Astrini, Astri, Ami dan Ruth terima kasih untuk segala masukkan, bantuan, semangat, nasehat, kebersamaan serta kekeluargaan dalam suka maupun duka selama perkuliahan hingga selesainya skripsi ini.

6. Kepada teman-teman yang membantu semangat, dorongan, izin dan selalu memberikan dukungan Ridho Siregar, Putra Risdiato, Dina Rizka Utami, Tomy.

7. Pihak perusahaan tempat pengambilan data PT. PLN (Persero) P3B, UPT Tragi Glugur dan Tragi Paya Pasir serta partisipan yang telah berpartisipasi dalam penelitian ini.

8. Keluarga seperjuangan (’08) atas kebersamaannya, kasih sayang, perhatian serta kebersamaan yang selalu kita lakukan selama ini. Salam kompak selalu.

9. Seluruh keluarga besar Fakultas Psikologi USU, yang telah membantu dan mempermudah segala urusan yang berkaitan dengan administrasi, baik saat masa perkuliahan maupun berhubungan dengan penelitian.


(8)

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan dalam penelitian ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan adanya masukkan dan saran yang sifatnya membantu dan membangun dari semua pihak, guna menyempurnakan penelitian ini agar menjadi lebih baik lagi. Semoga penelitian ini bermanfaat bagi banyak pihak.

Medan, Februari 2014

Penulis


(9)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR... i

DAFTAR ISI ... ii

DAFTAR TABEL ... vii

BAB I . PENDAHULUAN ... 1

A.Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 7

D.Manfaat Penelitian ... 7

E. Sitematika Penelitian... 7

BAB II. LANDASAN TEORI... 9

A.Moril Kerja ... 9

1. Definisi Moril Kerja... 10

2. Ciri-Ciri Moril Kerja... 10

3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Moril Kerja ... 11

B. Shift Kerja... 14

1. Definisi Shift Kerja ... 14

2. Sistem Shift Kerja ... 16


(10)

4. Efek Shift Kerja ... 18

C. Perbedaan Shift Kerja Pagi dan Malam Terhadap Moril Kerja ... 20

D.Hipotesis Penelitian ... 22

BAB III. METODE PENELITIAN ... 23

A.Identifikasi Variabel ... 23

B. Definisi Operasional ... 24

1. Moril Kerja ... 24

2. Shift Kerja ... 25

C. Populasi Penelitian ... 25

D.Metode Pengumpulan Data ... 26

E. Uji Validitas, Reliabilitas Alat Ukur dan Daya Beda Aitem ... 29

1. Validitas Alat Ukur ... 29

2. Reliabilitas Alat Ukur ... 30

3. Uji Daya Beda Aitem ... 31

F. Hasil Uji Coba Alat Ukur ... 32

1. Hasil Uji Coba Skala Moril Kerja ... 32

G.Prosedur Penelitian ... 34

1. Persiapan Penelitian ... 34

2. Pelakasanaan Penelitian ... 35

3. Tahap Pengolahan Data ... 36

H.Metode Analisa Data... 36


(11)

2. Uji Homogenitas ... 37

BAB IV. ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN ... 38

A. Gambaran Umum Partisipan Penelitian... 38

1. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin ... 38

2. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Usia ... 39

3. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Lama Bekerja ... 40

B. Hasil Penelitian... 40

1. Hasil Uji Asumsi ... 40

a. Uji Normalitas ... 40

b. Uji Homogenitas ... 42

2. Hasil Uji Analisa Data ... 42

3. Kategorisasi Data Penelitian ... 44

C. Pembahasan ... 45

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 50

A. Kesimpulan ... 50

B. Saran ... 51

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(12)

DAFTAR TABEL TABEL

Tabel 1. Cara Penilaian Perbedaan Moril Kerja ...28

Tabel 2. Distribusi Aitem-Aitem Skala Moril Kerja ...28

Tabel 3. Distribusi Aitem-Aitem Kuesioner Moril Kerja Setelah Uji Coba ... 33

Tabel 4. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin ... 38

Tabel 5. Gambaran SubjekPenelitian Berdasarkan Usia Subjek ... 39

Tabel 6. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Lama Bekerja ... 40

Tabel 7. Uji Normalitas One-Sampel Kolmogorov-Smirnov Test ... 41

Tabel 8. Hasil Uji Homogenitas ... 42

Tabel 9. Hasil Uji T- Paired Sampel Statistics ... 43

Tabel 10. Hasil Uji Paired Sampel Statistics ... 43

Tabel 11. Hasil Perhitungan Mean Empirik dan Mean Hipotetik Moril Kerja .... 44

Tabel 12. Norma Moril Kerja ... 45


(13)

PERBEDAAN MORIL KERJA DITINJAU DARI SHIFT KERJA PAGI DAN MALAM PADA KARYAWAN PT.PLN (Persero) OPERATOR GARDU DI

KOTA MEDAN

Corry Tri Yanti dan Gustiarti Leila

ABSTRAK

Moril kerja merupakan kondisi dimana karyawan bekerja dengan antusias ditandai dengan kepercayaan diri, kegembiraan dan sikap positif terhadap perusahaan, serta kemauan untuk bekerja sama dengan rekan kerja demi mencapai tujuan yang ingin dicapai perusahaan dan organisasi.

Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif komparatif bertujuan untuk mengetahui perbedaan moril kerja pada shift pagi dan shift malam. Hipotesis dalam penelitian ini mengatakan bahwa terdapat nilai moril kerja shift pagi lebih tinggi dibandingkan shift malam pada karyawan PT.PLN (Persero) Operator Gardu.

Penelitian ini melibatkan 32 orang karyawan PT.PLN (Persero) yang terbagi menjadi 8 gardu. Data dikumpulkan melalui skala moril kerja dan dianalisis secara statistik dengan Paired-Sampel T-Test. Hasil analisis data menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan antara moril kerja pada shift pagi dan shift malam dengan p = 0.00. Moril kerja pada operator shift pagi memiliki skor mean lebih rendah (103.9) dibandingkan dengan shift malam (124.2).

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi PT.PLN (Persero) gardu induk di kota Medan mengenai pentingnya moril kerja yang tinggi dari karyawan demi tercapainya tujuan perusahaan.


(14)

Difference Of Work Morale Between Morning And Evening Work Shift On Substation Operator Employees In PT PLN (Persero) Medan

ABSTRACT

Corry Tri Yanti and Gustiarti Leila

Work morale is a condition under which employees work enthusiastically characterized by self confident, happiness, and positive attitude toward company, along with willingness to cooperate with workmates to achieve organization and company goals.

This is a quantitative comparative research which is held to find the difference of work morale between morning and evening work shift. This research hypothesizes that work morale of substation operators who work in the morning is higher than those who work in the evening in PT PLN (Persero) Medan.

This research involves 32 employees of PT PLN (Persero) in 8 different station. Data collected through work morale scale and statistically analyzed by paired-sample T-test. The results shows that work morale between morning and evening work shift differs significantly with p = 0.00. The work morale mean scores of operators who have morning shift is lower (103.9) than evening shift (124.2).

This result is expected to give information to the main substation of PT PLN (Persero) that high work morale of employees is important for the sake of achieving company goals.


(15)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan dunia industri yang sangat pesat tidak hanya di Indonesia bahkan disemua negara telah mengalami perubahan secara terus menerus, sehingga membuat setiap perusahaan melakukan evaluasi untuk dapat meningkatkan produktifitasnya guna memenuhi kebutuhan seluruh masyarakat. Dalam rangka memenuhi kebutuhan tersebut perusahaan diharapkan mampu untuk beroperasi 24 jam dalam sehari agar mendapatkan keuntungan. Selain keuntungan ada juga tugas-tugas yang dilakukan pekerja seperti menjaga mesin-mesin, instalasi-instalasi modern dan segala alat yang memiliki teknologi tinggi serta lahan bahaya bagi sumber daya manusia. Untuk dapat menjalankan perusahaan yang beroperasi selama optimal dibutuhkan sumber daya manusia yang memiliki moril kerja yang tinggi (Grandjean, 1988).

Moril kerja merupakan sikap individu yang positif terhadap pekerjaan (Hastley,1992). Menurut Carlaw (2003) moril merupakan sikap antusias yang ditandai dengan adanya kepercayaan diri, motivasi diri yang kuat untuk melakukan pekerjaan, kegembiraan terhadap pekerjaan dan sikap positif kepada perusahaan, serta kemauan untuk bekerja sama dengan rekan kerja demi mencapai tujuan dari perusahaan. Karyawan dengan moril kerja yang tinggi pastinya dapat mendukung perusahaan atau organisasi dalam mencapai tujuan-tujuannya (Nitisemito, 2000).


(16)

Moril kerja yang rendah dapat berdampak buruk terhadap tujuan perusahaan. Karyawan yang memiliki moril kerja yang rendah memiliki ciri-ciri : bosan, tidak bergairah dan bermalas-malasan dalam melaksanakan pekerjaan. Kondisi moril kerja seperti ini dapat menimbulkan masalah ditempat kerja, seperti kecenderungan karyawan untuk keluar dari pekerjaan, datang terlambat ketempat kerja, pulang kerja lebih awal dari pada waktu yang telah ditentukan (Gibson,2003). Berikut adalah pemaparan karyawan yang sudah bekerja selama empat tahun, yaitu :

“awalnya saya enggak tau kalo bakalan dapat kerja shift jadi operator. Karena dari awal diklat enggak dibilang. Waktu tahun-tahun pertama masih semangat la.. apalagi banggakan uda kerja, tapi lama kelamaan uda ngerasa malas rasanya ogah-ogahan. Apalagi kalo masuk malam, karena berangkat dari rumahnya juga uda malam, jamnya orang lain tidur saya kerja, jam kerjanya juga lebih panjang, bosen, ngantuk, gak bisa tidur.. tapi gimana la namanya juga uda kerjaan, tanggung jawab gak bisa bilang. Jam kerjanya rotasi, tim kerjanya juga rotasi jadinya kalo pas dapat tim yang enak, ya gak ngebosenin, tp emang pas malam ga enak kali,gak tau apa yang mau dikerjai. Cuma fokus sama monitor aja” (Komunikasi Personal, 15 April 2013).

Pemaparan hasil wawancara diatas menunjukkan kurangnya moril kerja pada karyawan, yang sudah tercermin dari rasa malas-malasan, mudah lelah, kurangnya tim kerja yang solid dan adanya waktu kerja yang menggunakan shift. Menurut Suma’mur (1994) shift kerja merupakan pola waktu kerja yang diberikan pada tenaga kerja untuk mengerjakan sesuatu oleh perusahaan yang biasanya dibagi menjadi tiga shift kerja, yaitu pagi, sore dan malam.

Salah satu perusahaan yang menerapkan sistemshift kerja adalah PLN seperti penjelasan karyawan yang menjelaskan waktu kerjanya melalui komunikasi personal sebagai berikut :


(17)

“waktu kerja kami disini sehari ada tiga kali penggantian, biasanya kalo shift pagi dari jam 08.00 – 16.00, kalo shift sore 16.00-22.00, kalo shift malam dari jam 22.00-08.00. waktu pertukaran harinya 1 minggu gituu kami dapat dua hari pagi, dua hari siang, dua hari malam, baru kami libur dua atau tiga hari. Sebenarnya si, kalo paling yang gak enak masuk malam. Ngantuk, gak bisa tidur, capek juga, selalu aja kurang untuk tidurnya kalo uda abis masuk malam...” (Komunikasi Personal, 15 April 2013)

Ada pula karyawan yang sudah bekerja 15 tahun bekerja :

“bapak uda 15 tahun kerjanya dek, yaaa.. tetap sebagai operator tapi sekarangkan jadi SPVnya anak-anak ini. Tapi tetap operator uda begadang lebih kurang 15 tahun, makannya muka bapak kelihatan lebih tua kesehatan pun menurun suka sakit-sakitan. Kalo malam gak tidur bapak ngerokok sambil ngopi, supaya gak bosan. Angin malam juga kan, suka masuk angin.kadang jarang kumpul sama anak-anak kalo masuk malam bapak keluar rumah jam 9 kalo anak-anak dirumah siang atau sore gitu bapak memilih untuk istirahat. Jadinya waktunya susah bagi.” (Komunikasi Personal, 1 mei 2013)

Pemaparan dari karyawan diatas menunjukkan sistem shift kerja pada karyawan PLN yang memiliki pembagian shift berbeda-beda di setiap waktunya. PLN sebagaiperusahaan listrik negara yang memberikan jasa penerangan dan energi listrik kepada seluruh masyarakat dan industri, untuk dapat menjalankan perusahaan yang beroperasi selama 24 jam dibutuhkan adanya sumber daya manusia (tenaga kerja) yang sehat, efektif, produktif dan memiliki moril kerja yang tinggi. Menurut Fish (2000) efek positif dan negatif dari shift kerja salah satunya adalah terganggunya masalah kesehatan, yaitu munculnya kelelahan mengakibatkan menurunnya moril kerja pada karyawan, sehingga menimbulkan rasa keengganan untuk bekerja.

Adnan (2002) mengemukakan bahwa sistem shift kerja memiliki dampak positif dan dampak negatif. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Koller (1997) mengungkapkan bahwa terjadi berbagai masalah psikologis dan gejala


(18)

psikosomatik pada pekerja shift, yaitu keluhan-keluhan seperti kelelahan, badan lemas, suka nyeri pada perut yang ditemukan lebih banyak pada pekerja yang mengalami shift kerja malam.

Shift malam merupakan shift yang paling buruk dari semua sudut, karena kerja bergilir dengan pola waktu kerja yaitu 24 jam terus menerus dapat memberikan dampak yang besar terhadap tenaga kerja dan keluhan yang bersifat subyektif di antaranya tidak dapat tidur siang, kelelahan, gangguan kesehatan. Seharusnya malam hari tidak sesuai untuk bekerja, karena malam hari merupakan fase rileks dimana irama circardian yang mempengaruhi fungsi psikologis dan fisologis yang berhubungan dengan kapasitas kerja (Grandjean, 1988).

Wijaya (2006) juga mengungkapkan bahwa kerja shift berperan penting dalam operasional perusahaan. Namun bagi pekerja yang bekerja dengan shift dapat mengalami berbagai permasalahan, yang kemudian meluas menjadi gangguan tidur, gangguan fisik dan psikologis, dan gangguan sosial serta kehidupan keluarga. Seperti komunikasi personal berikut pada karyawan yang sudah 5 tahun bekerja :

“saya sudah lima tahun bekerja, yaa sejauh ini saya tidak pernah ada masalah dengan pekerjaan saya. Rasa saya mau masuk pagi, sore sama malam sama saja. Kalo masalah kesehatan Allhamdulilah gak pernah ada keluhan, soalnya kami kan dikasih fasilitas olahraga jadinya semiggu sekali kami futsal mungkin itu bisa bantu kesehatan sama kebosanan kerjaan ya.. kalo masalah sama keluarga, saya anak kost.. jadinya ngabari keluarga bisa lewat hape aja.. kalo pulang kampung seminggu sekali atau sebulan sekali laa.. waktu istirahat atau ambil jam ganti sama kawan...”(Komunikasi Personal, 1 juni 2013)


(19)

Shift kerja memiliki pengaruh pada kinerja (Tayyari & Smith, 1997) kinerja pekerja termaksud ketelitian, kesalahan, dan kecelakaan, bekerja lebih baik diwaktu siang hari dari pada malam hari. Karena adanya gangguan fisik ataupun tekanan mental sehingga menurunkan konsentrasi yang mengakibatkan gangguan tidur serta gangguan pada circadian rhythms akibat shift kerja (Wicken, et al, 2004). Data ILO (2003) menunjukkan setiap hari rata-rata 6000 orang meninggal akibat sakit dan kecelakaan kerja atau 2,2 juta orang pertahun kecelakaan terbesar terjadi pada malam hari.

Dalam penelitian yang dilakukan Susi Purnawati (2005) juga melihatkan terjadi peningkatan kecelakaan kerja sekitar 17,8% dan terjadi pada shift malam dan sore dibandingkan shift pagi. Shift kerja jika tidak dikelola dengan baik oleh perusahaan akan berdampak pada gangguan fisiologis dan perilaku tenaga kerja, yang lambat laun akan menyebabkan gangguan psikopatologi. Shift kerja juga berpengaruh terhadap kesehatan dan keselamatan kerja karyawan. Hal ini berhubungan dengan circadium rhythm yang dapat menurunkan fungsi tubuh, seperti suhu tubuh, kemampuan mental, denyut jantung, tekanan darah, volume pernapasan dan lain-lain (Grandjean,1988).

Penelitian yang melihat dampak shift kerja juga dilakukan oleh Simanjuntak & Situmorang (2010) di PT. Sari Husada Tbk Yogyakarta. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi beban kerja antara ketiga shift mempunyai perbedaan secara nyata. Nilai beban kerja untuk shift pagi menunjukan kategori


(20)

rendah, shift sore menunjukkan kategori rendah dan sedang, dan shift malam menunjukkan kategori sedang.

Menurut Occupational Health Clinic (2005), yang melakukan studi tertang shiftwork menyatakan shift kerja malam telah terbukti dapat berpengaruh terhadap konsentrasi, kewaspadaan, motivasi dan memori. Hal ini dapat memperlambat kinerja karyawan dan dapat meningkatkan resiko kecelakaan dan menurunkan moril kerja pada karyawan. Ada beberapa faktor pekerjaan yang sangat rentang terhadap kecelakaan kerja pada pekerja shift yaitu umur, kemampuan, pengalaman, obat-obatan/alkohol, gender, stress, kelelahan dan motivasi kerja (Grandjean, 1988).

Berdasarkan hal yang dipaparkan diatas, diketahui bahwa shift kerja sangat penting untuk suatu organisasi baik yang bergerak dibidang jasa ataupun industri yang banyak berkembang pada saat ini. Terutama PLN yang menyediakan pelayanan tenaga listrik pada seluruh masyarakat dan industri. Atas alasan tersebut, peneliti tertarik untuk meneliti mengenai pengaruh moril kerja ditinjau dari shift kerja pagi dan malam pada karyawan PT.PLN (Persero) operator gardu di Kota Medan.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah peneliti paparkan, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “apakah ada perbedaan moril kerja


(21)

ditinjau dari shift kerja pagi dan malam karyawan PT.PLN (Persero) operator gardu di kota Medan?”

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat perbedaan moril kerja ditinjau dari shift kerja pagi danmalam pada karyawan PT.PLN (Persero) operator gardu di kota Medan.

D. Manfaat Penelitian

Adapun hasil penelitian ini nantinya dapat memperoleh manfaat, yaitu baik manfaat secara teoritis dan manfaat secara praktis.

1. Manfaat teoritis, pada hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang Industri dan Organisasi mengenai shift kerja dan morilkerja pada karyawan operator.

2. Manfaat Praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan data tentang moril kerja pada karyawan.

E. Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan pada penelitian ini adalah


(22)

Bab ini menjelaskan latar belakang masalah yaitu mengenai perbedaan moril kerja ditinjau dari shift kerja pagi dan malam pada karyawan PT.PLN, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II : Landasan Teori

Bab ini memuat tentang landasan teori yang mendasari masalah objek penelitian. Bab ini memuat landasan teori mengenai moril kerja, shift kerja, perbedaan shift kerja pagi dan malam terhadap morilkerja. Kemudian dijelaskan pula hipotesa sebagai jawaban sementara terhadap masalah penelitian.

BAB III : Metode Penelitian

Bab ini menjelaskan identifikasi variabel penelitian, defenisi operasional variabel, rancangan penelitian, teknik kontrol, partisipan penelitian, instrumen dan alat ukur, prosedur penelitian dan metode analisis data.

BAB IV : Analisa Data dan Pembahasan

Bab ini berisi uraian gambaran umum subjek penelitian, hasil penelitian dan pembahasan.

BAB V : Kesimpulan dan Saran


(23)

BAB II

LANDASAN TEORI A. Moril Kerja

1. Definisi Moril

Moril adalah sikap atau semangat yang ditandai oleh adanya kepercayaan diri, motivasi yang kuat untuk meneruskan sesuatu usaha, kegembiraan dan pencapaian tujuan organisasi yang baik (Chaplin, 2006). Sedangkan menurut Nitisemito (1996), moril kerja adalah melakukan pekerjaan secara lebih giat sehingga pekerjaan dapat diharapkan lebih cepat dan lebih baik. Sedangkan Hasibuan (2005) mengatakan moril sebagai keinginan dan kesungguhan seseorang mengerjakan pekerjaanya dengan baik serta berdisiplin untuk mencapai prestasi kerja yang maksimal.

Moril menurut Carlaw, dkk (2003) adalah kondisi dimana karyawan bekerja dengan antusias ditandai adanya kepercayaan diri, kegembiraan dan sikap positif terhadap perusahaan, serta kemauan untuk bekerja sama dengan rekan kerja demi mencapai tujuan yang ingin dicapai perusahaan atau organisasi.Sastrohadiwiryo (2003) mengatakan morildapat diartikan sebagai suatu kondisi mental, atau perilaku individu tenaga kerja dan kelompok-kelompok yang menimbulkan kesenangan yang mendalam pada diri karyawan untuk bekerja dengan giat dan konsekuen dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan perusahanaan.


(24)

Dari definisi-definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa moril kerja adalah keinginan dan kesungguhan seseorang dalam melakukan pekerjaan secara giat, memiliki antusias yang tinggi serta ditandai dengan adanya kepercayaan diri, kegembiraan, sikap positif terhadap pekerjaan serta kemauan untuk bekerja sama dengan rekan kerja demi tercapainya tujuan bersama.

2. Ciri-Ciri Moril Kerja

Menurut Carlaw,dkk (2003) yang menjadi ciri-ciri dari karyawan yang memiliki moril kerja yang tinggi adalah mampu memperlihatkan keceriaan seperti tersenyum dan tertawa, memiliki inisiatif, dapat berfikir secara kreatif dan luas, menyenangi pekerjaan yang sedang dilakukan, tertarik dengan pekerjaannya tersebut, bertanggung jawab atas pekerjaannya, memiliki kemauan bekerja sama dengan individu lain sekaligus merasa nyaman berinteraksi dengan atasannya. Delapan ciri-ciri ini yang akan diangkat menjadi aspek pengukuran terhadap moril kerja karyawan.

Penjelasan lebih mendetil mengenai ciri-ciri moril kerja yang tinggi adalah sebagai berikut:

a. Tersenyum dan tertawa, mencerminkan kebahagiaan individu dalam bekerja. Walaupun individu tidak memperlihatkan senyum dan tawanya, tetapi di dalam dirinya individu merasa tenang dan nyaman serta menikmati tugas yang diberikan atasan.


(25)

b. Memiliki Inisiatif, individu yang memiliki moril kerja yang tinggi akan memiliki kemauan diri untuk bekerja tanpa pengawasan dan perintah atasannya.

c. Berfikir kreatif dan luas, individu yang memiliki ide-ide baru, dan tidak mempunyai hambatan untuk menyalurkan ide-idenya dalam menyelesaikan tugas.

d. Menyenangi apa yang sedang dilakukan, individu lebih fokus terhadap pekerjaan daripada memperlihatkan gangguan selama melakukan pekerjaan.

e. Tertarik dengan pekerjaannya, individu menaruh minat pada pekerjaan karena sesuai keahlian dan keinginannya.

f. Bertanggung jawab, individu bersungguh-sungguh dalam menjalankan pekerjaan.

g. Memiliki kemauan bekerja sama, individu memiliki kesediaan untuk bekerja sama dengan individu yang lain untuk mempermudah atau mempertahankan kualitas kerja.

h. Berinteraksi dengan atasan, adanya interaksi yang baik dengan atasan, sehingga karyawan merasa nyaman tanpa ada rasa takut dan tertekan.

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Moril Kerja

Flippo (2005) mengemukakan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi moril kerja karyawan, antara lain:


(26)

a. Upah.

Karyawan akan lebih antusias menyelesaikan kewajibannya, bila hak yang diperoleh sesuai dengan hasil jerih payahnya. Dengan kata lain, pemberian upah sesuai standard yang dapat memenuhi kebutuhan karyawannya akan mendorong karyawan untuk menyelesaikan tugas-tugasnya.

b. Keamanan.

Adanya jaminan keamanan dari perusahaan membuat karyawan memiliki moril yang tinggi mengerjakan tugas-tugasnya.

c. Kondisi kerja.

Kondisi kerja yang kondusif akan menyebabkan karyawan lebih bermoril untuk menyelesaikan tugas-tugasnya.

d. Kebanggaan terhadap pekerjaan yang dilakukan.

Moril kerja akan meningkat bila karyawan mempunyai kebanggan terhadap pekerjaan yang dilakukannya. Sebaliknya, moril kerja akan menurun karena karyawan tidak memiliki kebanggaan terhadap pekerjaannya.

e. Pimpinan yang terbuka dan cakap.

Dengan adanya pemimpin yang terbuka dan cakap, karyawan merasa dapat berkomunikasi dengan baik mengenai kendala yang dirasakannya. Komunikasi ini dapat meminimalisir tuntutan dan pemogokan kerja serta dapat meningkatkan moril kerja karyawan untuk menyelesaikan tugasnya.


(27)

Moril kerja meningkat bila karyawan memiliki kesempatan untuk maju dan meningkatkan kemampuan yang dimilikinya. Tetapi bila karyawan tidak memiliki kesempatan untuk maju, maka moril kerjanya akan menurun.

g. Kecocokan dengan rekan kerja.

Kecocokan dengan rekan kerja akan menciptakan kondisi kerja yang kondusif, dimana karyawan akan merasa lebih bersemangat, aman dan nyaman untuk menyelesaikan tugas yang dibebankan kepadanya.

Nitisemito (1996) mengatakan beberapa faktor yang mempengaruhi moril kerja yaitu:

a. Kebanggan pekerja akan pekerjaan dan kepuasannya dalam bekerja.

Kebanggaan yang dimiliki karyawan terhadap pekerjaan dan kepuasannya dalam bekerja akan memacu moril kerja karyawan. Sebaliknya, jika tidak ada kebanggaan terhadap pekerjaan dan tidak ada kepuasan dalam bekerja, maka moril kerja karyawan akan cenderung statis bahkan dapat pula menurun. b. Sikap terhadap pimpinan.

Jika karyawan memiliki sikap positif terhadap pimpinan, maka moril kerja akan meningkat. Tapi bila karyawan bersikap negative terhadap pimpinannya maka moril kerja akan menurun.

c. Hasrat untuk maju.

Adanya keinginan untuk maju dapat meningkatkan moril kerja karyawan. Namun sebaliknya jika karyawan tidak mempunyai keinginan untuk maju, maka moril kerja akan menurun.


(28)

d. Perasaan telah diperlakukan secara baik.

Moril kerja akan meningkat bila karyawan merasa telah diperlakukan dengan baik oleh perusahaannya. Namun bila karyawan merasa bahwa ia tidak diperlakukan dengan baik, maka moril kerjanya akan menurun.

e. Kemampuan untuk bergaul dengan karyawan sekerjanya.

Moril kerja akan meningkat bila didukung dengan kemampuan untuk bergaul dengan rekan sekerja, sehingga pekerjaan yang berat akan terasa lebih ringan. Tetapi sebaliknya, moril kerja karyawan akan menurun bila karyawan tidak mampu bergaul dan bekerja sama dengan rekan sekerjanya.

f. Kesadaran akan tanggung jawabnya terhadap pekerjaan.

Moril kerja meningkat bila karyawan memiliki kesadaran akan tanggung jawab terhadap pekerjaannya. Sebaliknya, moril kerja menurun bila karyawan tidak memiliki kesadaran akan tanggung jawab terhadap pekerjaannya.

B. Shift Kerja

1. Definisi Shift Kerja

Secara umum yang dimaksud dengan shift kerja adalah semua pengaturan jam kerja, sebagai pengganti atau tambahan kerja siang hari sebagaimana yang biasa dilakukan. Namun demikian adapula definisi yang lebih operasional dengan menyebutkan jenis shift kerja tersebut. Shift kerja disebutkan sebagai pekerjaan yang secara permanen atau sering pada jam kerja yang tidak teratur (Kuswadji, 1997). Menurut Suma’mur (1994), shift kerja merupakan pola waktu kerja yang diberikan pada tenaga kerja untuk mengerjakan sesuatu oleh perusahaan dan


(29)

biasanya dibagi atas kerja pagi, sore dan malam. Proporsi pekerja shift semakin meningkat dari tahun ke tahun, ini disebabkan oleh investasi yang dikeluarkan untuk pembelian mesin-mesin yang mengharuskan penggunaannya secara terus menerus siang dan malam untuk memperoleh hasil yang lebih baik. Sebagai akibatnya pekerja juga harus bekerja siang dan malam. Hal ini menimbulkan banyak masalah terutama bagi tenaga kerja yang tidak atau kurang dapat menyesuaikan diri dengan jam kerja yang lazim.

Schermerhon (2001) menyatakan shift kerja adalah pembagian kerja yang dapat diartikan dimana suatu pekerjaan full-time dipilih di antara dua orang atau lebih. Pembagian tugas seringkali melibatkan masing-masing orang bekerja setengah hari, tetapi dapat juga dilakukan pada aransmen pembagian secara mingguan atau secara bulanan. Sedangkan Riggio (1996) mengemukakan shift kerja adalah bentuk penjadwalan dimana kelompok kerja mempunyai alternatif untuk tetap bekerja dalam perpanjangan operasi atau operasi yang terus-menerus. Pelaksanaan dari shift itu sendiri adalah dengan cara bergantian, yakni keryawan pada periode tertentu secara bergantian dengan karyawan pada periode berikutnya umtuk melakukan pekerjaan yang sama. Karyawan yang bekerja pada waktu normal dihunakan istilah diurnal, yaitu individu atau karyawan yang selalu aktif pada waktu siang hari setiap harinya. Sedangkan karyawan yang bekrja pada waktu malam hari menggunakan istilah nocturnal, yaitu individu atau karyawan yang bekerja atau aktif pada malam hari dan istirahat pada siang hari.

Jadi dari beberapa definisi diatas, yang dimaksud dengan shift kerja ialah pembagian waktu kerja yang diberikan pada karyawan untuk mengerjakan sesuatu


(30)

oleh perusahaan serta mempunyai alternatif untuk tetap bekerja dalam perpanjangan operasi dan biasanya dibagi atas kerja pagi, sore dan malam.

2. Sistem Shift Kerja

Sistem shift kerja dapat berbeda antar instansi atau perusahaan, walaupun biasanya menggunakan tiga shift setiap hari dan pada umumnya dengan delapan jam kerja setiap shift. Menurut William (1992) mengenalkan dua macam sistem shift kerja yang terdiri dari:

a. Shift Permanen

Karyawan yang bekerja seperti biasa setiap harinya dalam waktu yang sama, sesuai dengan jadwal. Jika karyawan masuk malam, maka jadwalnya malam hingga selanjutnya.

b. Sistem Rotasi

Pegawai yang bekerja pada waktu bekerja yang berbeda-beda, kadang mendapatkan shift pagi, sore atau malam, yang setiap waktu digilir hari kerjanya.

ILO (1982) menyatakan pergantian shift yang normal 8 jam/shift. Shift kerja yang dilaksanakan 24 jam termasuk hari Minggu dan hari libur memerlukan 4 regu kerja. Regu ini dikenal dengan regu kerja terus-menerus (3x8).

Inggris menggunakan sistem 2-2-2, sistem ini disebut dengan sistem rotasi pendek masing-masing shift lamanya 2 hari dan pada akhir shift diberikan libur 2 hari. Selain itu sistem 2-2-3 juga merupakan system rotasi pendek dimana salah


(31)

satu shift dilaksanakan 3 hari untuk 2 shift dilaksanakan 2 hari dan pada akhir periode shift diberikan libur 2 hari. Siklus ini bergantian untuk stiap shift. Pada akhir shift malam diperlukan istirahat sekurang-kurangnya 24 jam. Sistem rotasi ini dianjurkan oleh pakar yang berpandangan modern dengan mempertimbangkan faktor sosial dan psikologi untuk industri yang pada bagian manufaktur (Pulat, 1992).

Menurut Muchinsky (1997) tidak ada keseragaman waktu shift kerja, setiap perusahaan memiliki bermacam-macam shift yang berbeda. Biasanya dalam sehari dibagi menjadi tiga shift selama delapan jam, yaitu :shift pagi pukul 07.00 – 15.00, shift sore pukul 15.00 – 23.00, dan shift malam pukul 23.00 – 07.00.

Grandjean (1988) membagi sistem shift menjadi tiga periode yang sama dari delapan jam masing-masing, sistem secara umum adalah shift pagi pukul 06.00 – 14.00, shift sore pukul 14.00 – 22.00, dan shift malam pukul 22.00 – 06.00. Sistem rotasi yang beragam tergantung dari kebutuhan dan spesifikasi pada pekerjaan yang dilakukan. Sistem rotasi cepat perubahan shift setiap 2-3 hari dan rotasi tiap minggu disebut rotasi lambat. Di Indonesia sendiri menggunakan sistem rotasi metropolitan rotation rotasi pendek 2-2-2 dengan shift pagi-pagi-sore-sore-malam-malam-libur-libur, atau continental rotation 2-2-3.

Berdasarkan kesimpulan beberapa uraian diatas, bahwa shift kerja pada umumnya terdiri dari 8 jam dalam sehari. Dimana shift dibagi pada tiga shift, yaitu pagi, sore, malam.


(32)

3.Sikap Tenaga Kerja Terhadap Shift Kerja

Kuswadji (1997) juga mengemukakan bahwa tanggapan karyawan terhadap tiga shift kerja adalah sebagai berikut :

1. Shift pagi : memberikan waktu luang baik untuk kehidupan keluarga dan tidak terbatas kehidupan sosialnya.

2. Shift siang : terbatas kehidupan sosial, waktu siang terbuang dan sedikit lelah. 3. Shift malam : lelah, kehidupan sosial terbatas, kurang baik untuk kehidupan keluarga, gangguan tidur, memberikan banyak waktu luang terbuang.

4 Efek Shift Kerja

Menurut Fish (2000) mengemukakan bahwa efek shift kerja yang dapat dirasakan antara lain :

1. Efek fisiologis

a. Kualitas tidur : tidur siang tidak seefektif tidur malam, banyak gangguan dan biasanya dipelukan waktu istirahat untuk menebus kurang tidur selama kerja malam.

b. Menurunnya kapasitas kerja fisik kerja akibat timbulnya perasaan mengantuk dan lelah.

c. Menurunnya nafsu makan dan gangguan pencernaan. 2. Efek psikososial

Efek menunjukkan masalah lebih besar dari efek fisiologis, antara lain adanya gangguan kehidupan keluarga, hilangnya waktu luang, kecil kesempatan


(33)

untuk berinteraksi dengan teman, dan menggangu aktivitas kelompok dalam masyarakat.

Saksono (1991) menyatakan bahwa pekerjaan malam berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat yang biasanya dilakukan pada siang atau sore hari. Sementara pada saat itu bagi pekerja malam dipergunakan untuk istirahat atau tidur, sehingga tidak dapat beradaptasi aktif dalam kegiatan tersebut, akibat tersisih dari lingkungan masyarakat.

3. Efek kinerja

Kinerja menurun selama kerja shift malam yang diakibatkan oleh efek fisiologis dan psikososial. Menurunnya kinerja dapat mengakibatkan kemampuan mental menurun yang berpengaruh terhadap perilaku kewaspadaan pekerjaan seperti kualitas kendali dan pemantauan.

4. Efek terhadap kesehatan

Shift kerja menyebabkan gangguan gastrointesnal, masalah ini cenderung terjadi pada usia 40-50 tahun. Shift kerja juga dapat menjadi masalah terhadap keseimbangan kadar gula dalam darah bagi penderita diabetes.

5. Efek terhadap keselamatan kerja

Survei pengaruh shift kerja terhadap kesehatan dan keselamatan kerja yang dilakukan Smith et. al, melaporkan bahwa frekuensi kecelakaan paling tinggi terjadi pada akhir rotasi shift kerja (malam) dengan rata-rata jumlah kecelakaan 0,69% per tenaga kerja. Tetapi tidak semua penelitian menyebutkan bahwa kenaikan tingkat kecelakaan industri terjadi pada shift malam. Terdapat suatu


(34)

kenyataan bahwa kecelakaan cenderung banyak terjadi pada shift malam (Adiwardana, 2001).

C.Perbedaan Shift Kerja Pagi dan Malam Terhadap Moril Kerja

Moril kerja merupakan sikap antusias yang ditandai dengan adanya kepercayaan diri, motivasi diri yang kuat untuk melaksanakan pekerjaannya, kegembiraan dan sikap positif terhadap perusahaan serta kemauan untuk bekerja sama dengan rekan kerja demi mencapai tujuan yang ingin dicapai perusahaan atau organisasi (Carlaw dkk, 2003).

Menurut Carlaw dkk (2003) ciri-ciri karyawan yang memiliki moril kerja yang tinggi adalah karyawan yang mampu memperlihatkan keceriaan seperti tersenyum dan tertawa, memiliki inisiatif, berfikir kreatif dan luas, menyenangi pekerjaan apa yang dilakukan, tertarik dengan pekerjaan, bertanggung jawab, memiliki kemauan bekerja sama, berinteraksi dengan atasan berpengaruh terhadap moril kerja.

Karyawan yang memiliki moril yang rendah memiliki ciri-ciri : bosan, tidak bergairah, dan bermalas-malasan dalam melaksanaakan pekerjaan. Kondisi pekerja yang memiliki moril seperti ini dapat menimbulkan masalah ditempat kerja, kecendrungan karyawan untuk keluar dari pekerjaan, datang terlambat ketempat kerja, pulang kerja lebih awal daripada waktu yang telah ditentukan (Gibson, 2003).


(35)

Fish (2000) mengatakan dampak dari moril kerja memiliki efek pada kinerja karyawan, kinerja akan menurun pada karyawan yang bekerja shift.Sehinggadapat menimbulkan efek fisiologis dan psikososial. Efek fisiologis disebabkan oleh faktor lingkungan (fisik) ditempat kerja, antara lain kualitas tidur yang tidak baik, menurunkan kapasitas kerja fisik akibat timbulnya perasaan mengantuk dan lelah, menurunnya nafsu makan dan gangguan pencernaan. Sedangkan efek psikososial dari kerja shift adalah gangguan kehidupan keluarga, hilangnya waktu luang, sedikitnya waktu untuk berinteraksi dengan teman atau kelompok masyarakat.

Hal ini berkaitan dengan yang dikemukakan Grandjean (1988) mengenai circadian yang disebabkan oleh irama kerja siang atau malam dapat mengakibatkan fungsi tubuh bervariasi baik hewan atau pun manusia. Circadian dalam tubuh manusia mengalami peningkatan pada siang hari karena seluruh organ dan fungsi tubuh siap untuk melakukan aktivitas (ergotropic phase) dan mengalami penurunan pada malam hari menyebabkan fungsi tubuh mengalami penurunan dan organisme mengalami pemulihan dan pembaharuan energi, seperti menurunnya suhu tubuh, denyut jantung, tekanan darah, volume pernafasan, produksi adrenalin, kemampuan mental, ekspresi dan kapsitas fisik. Jika fungsi tubuh mengalami gangguan maka akan mengganggu perasaan seseorang. PT.PLN merupakan salah satu perusahaan yang menggunakan sistem kerja shift. Tidak tertutup kemungkinan juga pegawai yang bekerja shift pagi dan malam memiliki moril kerja yang berbeda. Menurut pemaparan diatas, pemberian waktu kerja yang berbeda yang diberikan pihak perusahaan dan waktu kerja yang memiliki dampak


(36)

negatif yang lebih panjang, sehingga dapat menimbulkan moril kerja yang rendah pada karyawan.

D.Hipotesis Penelitian

Hipotesis penelitian ini adalah jawaban sementara terhadap masalah penelitian yang kebenarannya masih harus diuji secara empiris (Suryabrata, 2002). Dalam penelitian ini, hipotesis yang diajukan adalah “Ada perbedaan moril kerja karyawan yang bekerja pada shift pagi, dibandingkan dengan moril kerja karyawan yang bekerja pada shift malam”.


(37)

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian sangat penting didalam penelitian karena menyangkut cara yang benar dalam pengumpulan data, analisa data dan pengambilan keputusan hasil penelitian. Pembahasan dalam metode penelitian meliputi : identifikasi variabel penelitian, definisi operasional, subjek penelitian, prosedur penelitian dan metode analisis (Hadi, 2000).

Pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif menekankan analisisnya pada data-data angka numerikal (angka) yang diolah dengan metode statistika. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian komparatif. Metode komparatif merupakan metode penelitian yang bersifat membandingkan dua variabel atau lebih (Azwar, 2004).

A.Identifikasi Varibel

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

Variabel tergantung : Moril Kerja


(38)

B.Definisi Operasional

Definisi operasional adalah definisi yang didasarkan atas sifat-sifat hal yang didefinisikan yang dapat diamati (Suryabrata, 2002).Definisi operasional variabel-variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut, yaitu :

a. Moril Kerja

Moril kerja merupakan kondisi dimana karyawan bekerja secara energik, antusias dan memiliki kemauan yang tinggi untuk bekerja yang ditandai dengan adanya ciri selalu tersenyum dan tertawa, memiliki inisiatif, dapat berfikir secara kreatif dan luas, menyenangi apa yang sedang dilakukan, tertarik dengan pekerjaannya, bertanggung jawab dan memiliki kemampuan bekerjasama dan berinteraksi dengan atasan.

Pengukuran moril kerja akan diukur dengan menggunakan skala moril kerja yang disusun berdasarkan cir-ciri morilkerja yang dikemukakan oleh Carlaw, dkk (2003) . Berikut ini adalah kriterianya, yaitu tersenyum dan tertawa, memiliki inisiatif, berfikir kreatif dan luas, menyenangi apa yang sedang dilakukan, tertarik dengan pekerjaannya, bertanggung jawab, memiliki kemajuan bekerja sama, dan berinteraksi dengan atasan.

Skor total dari hasil pengisian skala ini merupakan petunjuk tinggi rendahnya moril kerja karyawan. Semakin tinggi skor yang dicapai maka semakin tinggi moril kerjanya. Sebaliknya, jika semakin rendah skor yang dicapai maka rendah juga moril kerjanya.


(39)

b. Shift Kerja

Shift kerja merupakan pekerjaan yang membutuhkan waktu kerja yang dijadwalkan secara bergiliran dalam sehari atau 24 jam dengan waktu kerja terbagi menjadi dua periode, yaitu pagi dan malam.

Pada perusahaan yang akan diteliti memiliki sistem kerja shift, yaitu shift pagi dan malam. Menggunakan sistem rotasi pendek atau disebut rotasi 2-2-2. Perusahaan memiliki waktu kerja yang berbeda-beda disetiap shift,yaitu shift pagi pada pukul 08.00-16.00 (8 jam kerja) dan shift malam pada pukul 22.00-08.00 (10 jam kerja). Setiap karyawan akan mendapatkan dua skala moril kerja dengan pernyataan yang sama akan tetapi situasi waktu yang berbeda, karena masing-masing karyawan menjalankan shift pagi dan malam.

C.Populasi Penelitian

Semua individu yang memiliki generalisai keadaan atau kenyataan yang sama disebut dengan populasi. Populasi adalah seluruh subjek yang dimaksudkan untuk diteliti. Populasi dibatasi sebagai sejumlah subjek atau individu yang paling sedikit memiliki sifat yang sama (Hadi, 2000). Menurut Azwar (2007) mendefinisikan populasi sebagai kelompok subjek yang hendak dikenai generalisasi hasil penelitian. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah operator di PT.PLN (Persero) yang bekerja shift di Tragi Glugur dan Tragi Paya Pasir.


(40)

Teknik pengambilan sampel dari populasi dengan menggunakan prosedur tertentu dan memperhatikan sifat-sifat serta penyebaran populasi agar diperoleh sampel yang dapat mewakili populasi.

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik total sampling yang berarti setiap individu dalam populasi penelitian dijadikan sebagai sampel (Hadi, 2000).

Berdasarkan uraian tersebut, maka jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 82 orang. Dengan perincian 50 subjek untuk diuji coba dan 32 orang subjek untuk penelitian.

D.Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode pengambilan data dengan skala. Skala adalah suatu prosedur pengambilan data yang merupakan alat ukur aspek afektif yang merupakan kontruksi atau konsep psikologi yang menggambarkan aspek kepribadian individu (Azwar, 2007).

1. Skala Moril Kerja

Skala moril kerja yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala psikologis yang terdiri dari aitem pernyataan yang disusun oleh peneliti berdasakan delapan ciri yang memiliki moril kerja yang tinggi, yang dikemukakan Carlaw, dkk (2003), yaitu :tersenyum dan tertawa, memiliki inisiatif, berfikir kreatif dan luas, menyenangi apa yang sedang dilakukan, tertarik dengan


(41)

pekerjaannya, bertanggung jawab, memiliki kemauan bekerja sama, berinteraksi dengan atasan.

Alasan menggunakan alat ukur skala didasarkan atas asumsi : 1. Subjek adalah individu yang paling tahu tentang dirinya

2. Apa yang dinyatakan subjek kepada peneliti adalah benar dan dapat dipercaya

3. Interpretasi subjek terhadap pernyataan-pernyataan yang diajukan peneliti adalah sama dengan pemahaman dan interpretasi peneliti (Hadi, 2000). Skala yang dikembangkan oleh peneliti berdasarkan ciri-ciri moril kerja yang terdiri dari 8 ciri yaitu dimana masing-masing ciri memiliki pernyataan yang mendukung (favorable) dan sebagian yang tidak mendukung (unfavorable). Jumlah keseluruhan dalam skala ini adalah 64 aitem, yang terdiri dari 40 aitem favorable dan 24 item unfavorable.

Alat ukur dalam penelitian ini menggunakan skala interval, dengan aitem-aitem yang disusun dengan penskalaan likert, yang mana setiap aitem-aitem memiliki lima kemungkinan jawaban. Penilaian subjek bergerak dari nilai satu sampai dengan lima, yaitu Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Netral (N), Tidak Sesuai (TS), Sangat Tidak Sesuai (STS). Aitem tersebut disusun berdasarkan favorable dan unfavorable.

Aitem favorable memiliki jawaban “sangat sesuai” akan diberi skor 5 demikian seterusnya sampai jawaban “sangat tidak sesuai” diberi skor 1. Untuk jawaban unfavorable, jawaban “sangat tidak sesuai” diberi skor 5 dan seterusnya sampai jawaban “sangat sesuai” diberi skor 1 (Azwar,2007).


(42)

Tabel 1. Cara Penilaian Skala Moril Kerja

Benyuk Pertanyaan Skor

1 2 3 4 5

Favorable SS S N TS STS

Unfavorable STS TS N S SS

Skor total merupakan petunjuk tinggi rendahnya morilkerja pada karyawan yang bekerja pada shift pagi dan malam jika semakin tinggi skor yang dicapai maka semakin tinggi moril kerjanya. Sebaliknya, jika semakin rendah skor yang dicapai maka semakin rendah moril kerjanya. Pengklasifikasian tinggi rendahnya moril kerja pada karyawan dilakukan dengan metode SPSS 16.0 for Windows.

Tabel 2. Distribusi Aitem-Aitem Skala Moril Kerja

No. Ciri-ciri Item Jumlah Bobot

Favorable Unfavorable 1. Tersenyum dan tertawa 5, 9, 17, 25,

36, 49

42, 58 8 12,5%

2. Memiliki inisiatif 3, 26, 34, 44, 53

10, 18, 62 8 12,5%

3. Berfikir kreatif dan luas 4, 19, 27, 55 11, 33, 43, 61 8 12,5% 4. Menyenangi apa yang

sedang dilakukan

1, 20, 28, 37 12, 45, 54, 63 8 12,5%

5. Tertarik dengan

pekerjaannya


(43)

6. Bertanggung jawab 22, 30, 40, 46 7, 14, 52, 57 8 12,5% 7. Memiliki kemauan bekerja

sama

23, 31, 39, 47, 51, 59

6, 15 8 12,5%

8. Berinteraksi dengan atasan 8, 16, 24,32, 35, 41, 48

50 8 12,5%

Jumlah 40 24 64 100%

E.Uji Validitas, Reliabilitas Alat Ukur dan Daya Beda Aitem

Azwar (2000) mengatakan bahwa pengujian validitas diperlukan untuk mengetahui apakah skala penelitian ini mampu menghasilkan data akurat sesuai dengan tujuan ukurnya. Uji coba yang memiliki karakteristik hampir sama dengan karakteristik subjek penelitian.

1. Uji Validitas alat ukur

Menurut Azwar (2010) validitas diperlukan untuk mengetahui apakah skala psikologi mampu menghasilkan data yang akurat dengan tujuan ukurnya. Salah satu alat ukur dikatakan memiliki validitas tinggi apabila alat ukur tersebut menjalankan fungsi ukurnya atau data yang dihasilkan relevan dengan tujuan pengukurannya. Suatu alat ukur yang tinggi validitasnya akan menghasilkan error pengukuran yang kecil, artinya skor setiap subjek yang akan diperoleh alat ukur tersebut tidak jauh berbeda dengan skor yang sesunggunya.

Adapun konsep validitas yang hendak dicapai dalam penelitian ini validitas isi (content validity). Validitas isi merupakan validitas yang diestimasi lewat pengujian terhadap isi tes dengan analisis rasional atau lewat professional


(44)

judgment. Validitas isi bertujuan untuk mengungkap sejauhmana aitem-aitem tes tersebut mewakili komponen-komponen dalam keseluruhan kawasan isi objek yang hendak diukur dan sejauh mana aitem-aitem tes mencerminkan ciri perilaku yang hendak di ukur (Azwar, 2010).

2. Uji Reliabilitas alat ukur

Reliabilitas adalah sejauh mana hasil dari suatu pengukuran dapat dipercaya. Artinya dalam beberapa kali pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok subyek yang sama diperoleh hasil yang relatif sama selama aspek dalam diri subyek yang diukur memang belum berubah (Azwar, 2004).

Uji reliabilitas alat ukur menggunakan pendekatan konsistensi internal. Prosedurnya hanya memerlukan satu kali pengenaan tes kepada sekelompok responden (single-trail administration). Pendekatan ini dipandang ekonomis, praktis, dan berefisiensi tinggi. (Azwar, 2010).

Reliabilitas dinyatakan oleh koefisien reliabilitas yang angkanya berada dalam rentang 0 sampai dengan 1. Koefisien reliabilitas yang semakin mendekati angka 1 menandakan semakin tinggi reliabilitas. Sebaliknya, koefisien yang semakin mendekati angka 0 berarti semakin rendah reliabilitas yang dimiliki. Menurut Azwar (2010) pengukuran pada aspek-aspek sosial-psikologis yang mencapai angka koefisien reliabilitas 1 tidak pernah dijumpai, dikarenakan manusia sebagai subjek pengukuran psikologis merupakan sumber error yang potensial.


(45)

Menurut Triton (2006) kategori reliabilitas pengukuran terbagi atas 5 (lima) bagian, yaitu:

1. 0,00 s/d 0,20 (kurang reliabel)

2. >0,20 s/d 0,40 (agak reliabel)

3. >0,40 s/d 0,60 (cukup reliabel)

4. >0,60 s/d 0,80 (reliabel)

5. >0,80 s/d 1,00 (sangat reliabel)

Teknik yang digunakan adalah teknik koefisiensi alpha Cronbach. Selanjutnya, pengujian reliabilitas ini akan menghasilkan reliabilitas dari skala. Uji reliabilitas alat ukur dilakukan dengan menggunakan program SPSS for Windows Versi 16.0.

3.Uji Daya Beda Aitem

Daya beda aitem adalah sejauh mana aitem mampu membedakan antara individu atau kelompok individu yang memiliki dan yang tidak memiliki atribut yang diukur. Uji daya beda aitem untuk skala moril dilakukan dengan menghitung koefisien kolerasi antar skor aitem dengan skor total skala. Teknik analisa kolerasi yang digunakan adalah teknik kolerasi product momentpearson. Penghitungan dilakukan dengan menggunakan batasan program SPSS version 16.0 for windows.

Semakin tinggi koefisien korelasi positif antara skor aitem dengan skor skala berarti semakin tinggi konsitensi antara aitem tersebut dengan skala secara


(46)

keseluruhan yang berarti semakin tinggi daya bedanya. Bila koefisien kolerasinya rendah mendekati nol maka fungsi aitem tersebut tidak cocok dengan fungsi ukur skala dan daya bedanya tidak baik. Bila koefisien korelasi yang dimaksud ternyata bernilai negatif, artinya terdapat cacat serius pada aitem yang bersangkutan (Azwar, 2010).

F. Hasil Uji Coba Alat Ukur

Uji coba dilakukan pada tanggal 4 November 2013 s/d 15 November 2013 yang dilakukan pada karyawan PT.PLN (Persero) yang bekerja sebagai operator di Sibolga dan Asahan. Skala disebarkan sebanyak 70 skala. Penyebaran dilakukan oleh peneliti dan dibantu oleh pihak PT.PLN. Kemudian dari 70 skala yang disebarkan, hanya 50 skala yang memenuhi persyaratan untuk pengolahan data. Untuk melihat daya beda aitem dilakukan analisis uji coba. Peneliti membandingkan nilai corrected item total correlation yang diperoleh dengan menggunakan koefisien korelasi product moment dengan interval kepercayaan 95% yang memiliki nilai kritis 0.3. Peneliti memakai kriteria pemilihan aitem berdasarkan koefisien korelasi sebesar 0.3 karena menurut Azwar (2000) semua aitem yang mencapai koefisien korelasi minimal 0.3 daya pembedanya dianggap memuaskan.

1. Hasil Uji Coba Skala Moril Kerja

Hasil uji coba skala Moril Kerja dilakukan pada 50 karyawan yang bekerja pada shift pagi dan malam. Hasil uji coba skala Moril Kerja menghasilkan 48


(47)

aitem yang diterima dari 64 aitem yang diuji coba. Indeks diskriminasi item rix ≥ 0.3 dengan koefisien reliabilitas rxx = 0.927. Indeks aitem yang memiliki daya beda tinggi bergerak dari rix = 0.316 sampai dengan rix = 0.789.

Tabel 3. Distribusi Aitem – aitem Kuesioner Moril Kerja Setelah Uji Coba

No. Ciri-ciri Item Jumlah Bobot

Favorable Unfavorable 1. Tersenyum dan tertawa 5, 9, 17, 25,

36, 49

58 7 14.5%

2. Memiliki inisiatif 3, 26, 34, 44 18, 62 6 12.5 % 3. Berfikir kreatif dan luas 4, 19, 27, 55 33, 43, 61 7 14.5% 4. Menyenangi apa yang

sedang dilakukan

1, 20, 28, 37 12, 45, 63 7 14.5%

5. Tertarik dengan

pekerjaannya

2, 21, 29 13, 60, 64 6 12.5%

6. Bertanggung jawab 22, 30, 40, 46 7, 14, 57 7 14.5% 7. Memiliki kemauan bekerja

sama

23, 31, 51 15 4 8.5%

8. Berinteraksi dengan atasan 8, 16, 24, 35 - 4 8.5%


(48)

G.Prosedur Penelitian 1. Persiapan penelitian

Pelaksanaan penelitian ini memerlukan beberapa persiapan yang dilakukan peneliti, antara lain :

a. Pada tahap ini, skala moril dibuat sendiri oleh peneliti berdasarkan teori yang telah diuraikan sebelumnya. Penyusunan aitem yang dibuat oleh peneliti dibantu oleh dosen pembimbing peneliti sebagai profesional judgment. Peneliti membuat 64 aitem untuk skala moril. b. Skala ini dibuat dalam bentuk booklet ukuran kertas A4 dan setiap

pernyataan memiliki 5 alternatif jawaban sehingga memudahkan subjek dalam memberikan jawaban.

c. Permohonan izin, sebelum peneliti melakukan pengambilan data terlebih dahulu diawali dengan mengurus surat izin untuk pengambilan data.

1. Uji coba alat ukur, sebelum pengambilan data sebenarnya alat ukur dicoba terlebih dahulu, kepada subjek yang berbeda. Akan kita ketahui alat ukur yang digunakan sudah cukup baik atau tidak. Uji coba alat ukur dilakukan pada tangga 4 – 15 November 2013. Total skala yang disebar berjumlah 70 skala, skala yang dikembalikan kepada peneliti berjumlah 65 skala dan yang memenuhi syarat dan kriteria pengisian hanya 50 skala.

2. Revisi alat ukur, setelah peneliti melakukan uji coba alat ukur yang akan dilakukan pada 50 subjek. Peneliti menguji reliabilitas skala moril


(49)

dengan menggunakan koefisien reliabilitas Alpha Cronbch dengan bantuan aplikasi SPSS 16.0 for windows. Setelah mengetahui daya beda aitem dan validitas isi skala, peneliti kemudian menjadikan aitem-aitem tersebut sebagai skala yang akan digunakan untuk mengambil data penelitian.

2.Pelaksanaan penelitian

Berikut tahap pelaksanaan penelitian yang dilakukan oleh peneliti.

a. Setelah alat ukur penelitian lulus dalam uji validitas dan reliabilitas, maka aitem dalam skala tersebut disusun kembali. Selanjutnya aitem-aitem yang sudah lulus dan yang telah disusun kembali dijadikan sebagai alat pengumpulan data pada sampel penelitian yang sesungguhnya.

b. Meminta izin kepada perusahaan untuk mengambil data di delapan gardu yang ada di kota Medan. Pengambilan data dilakukan pada tanggal 18 November 2013 – 30 November 2013. Dengan jumlah sampel dalam penelitian 32 orang karyawan yang bekerja di shift pagi dan malam.

c. Setelah mendapatkan izin, peneliti kemudian menyebar skala tersebut kepada karyawan yang bekerja sebagai operator. Dan setiap operator mendapatkan dua skala yang harus di isi dan peneliti memberikan kepada SPV masing-masing gardu.

d. Dua skala moril kerja yang sama, akan tetapi dengan waktu atau situasi yang berbeda. Skala moril kerja pagi dan malam. Yang diberikan kepada satu operator yang sama.


(50)

3. Tahap pengolahan data

Setelah skala terkumpul, maka data hasil penelitian dari skor skala moril kemudian diolah dan dianalisis dengan bantuan program komputer SPSS 16.0 for windo ws.

H.Metode Analisis Data

Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis statistika dengan bantuan komputerisasi program SPSS version 16.0 for windows. Menurut Azwar (2000) menyatakan bahwa pengolahan data penelitian yang sudah diperoleh dimaksudkan sebagai suatu cara mengorganisasikan data sedemikian rupa sehingga dapat dibaca dan dapat diinterpretasikan. Alasan yang mendasari digunakannya analisis statistik adalah karena statistik dapat menunjukkan kesimpulan atau generalisasi penelitian.

a. Analisis Data

Analisis data yang digunakan adalah uji beda dua nilai yaitu menggunakan Paired-Sampel T Test. Paired-Sampel T Test digunakan untuk menguji perbedaan moril kerja karyawan ditinjau dari shift kerja pagi dan malam. Syarat uji ini dapat dilakukan apabila data yang digunakan memenuhi uji asumsi yaitu normalitas.dan linearitas.

1. Uji Normalitas

Uji ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah data penelitian kedua variabel terdistribusi secara normal atau tidak. Hal ini berarti uji normalitas


(51)

diperlukan untuk menjawab pertanyaan apakah syarat sampel yang representatif terpenuhi atau tidak, sehingga hasil penelitian dapat digeneralisasi pada populasi (Hadi, 2000). Uji normalitas ini menggunakan teknik Kolmogorov-Smirnov test yang dikatakan normal jika p > 0,05. Menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov ini dikarenakan teknik ini dapat digunakan untuk semua ukuran sampel. Penghitungan uji normalitas pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan program SPSS version 16.0 For Windows.

2. Uji Homogenitas

Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah subjek yang digunakan dalam penelitian ini homogen atau tidak, uji homogenitas mengguakan Levene’s Test. Pendekatan Levene menggunakan mean sebagai ukuran tendensi sentral, oleh karena itu lebih peka terhadap ketidak normalan data. Penghitungan uji homohenitas pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan program SPSS version 16.0 For Windows.


(52)

BAB IV

ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini diuraikan hasil yang didapat dari penelitian yang dilakukan. Pengolahan data sendiri dilakukan dengan menggunakan software SPSS 16.00 for Windows.Berikut ini adalah penjelasan umum tentang penelitian, analisa, serta hasil penelitian dan pembahasan.

A. Gambaran Umum Partisipan Penelitian

Partisipan dalam penelitian ini berjumlah 32 orang pegawai yang bekerja di PT. PLN (Persero) Medan yang memiliki bidang pekerjaan sebagai operator. Semua partisipan berjenis kelamin pria. Berikut ini adalah gambaran Umum partisipan penelitian berdasarkan jenis kelamin, usia, dan lama bekerja.

1. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin

Berdasarkan jenis kelamin subjek penelitian, maka penyebaran subjek penelitian dapat dilihat pada tabel 7 berikut ini.

Tabel 4. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin Jumlah (N) Persentase

Laki – laki 32 orang 100%


(53)

Berdasarkan Tabel 4. di atas dapat dilihat bahwa keseluruhan subjek yang berpartisipasi dalam penelitian ini adalah laki-laki yakni sejumlah 32 orang (100%).

2. Berdasarkan Usia

Penggolongan subjek berdasarkan usia dilakukan berdasarkan teori Super (1984) tentang perkembangan karier manusia. Pengelompokkan subjek berdasarkan usia ini terdiri atas dua kategori, yaitu fase pemantaban (establishment) antara usia 25-44 tahun dan fase kemandirian (maintenance)

antara usia 45-64 tahun, dengan gambaran penyebaran subjek seperti yang terlihat pada tabel 5 berikut ini.

Tabel 5. Gambaran Subjek Berdasarkan Usia

No. Rentang Umur Jumlah %

1. <25 tahun – 44tahun 20 orang 62.5 %

2. 45 tahun – 64 tahun 12 orang 37.5 %

Total 32 orang 100 % Sumber : Data Primer yang diolah

Berdasarkan data pada tabel 5, diketahui bahwa jumlah subjek yang berusia < 25 tahun – 44 tahun adalah 20 orang (62.5%) dan usia 45 tahun – 64 tahun sebanyak 12 orang (37.5%).


(54)

3. Lama Bekerja

Berdasarkan pengelompokkan lamanya bekerja, maka diperoleh gambaran penyebaran seperti pada tabel 6 berikut :

Tabel 6. Gambaran Subjek Penelitian Beradasarkan Lama Bekerja Lama Bekerja Jumlah Subjek Persen

<6 thn 19 59.37 %

6-10 thn 5 15.63 %

>10 thn 8 25 %

Sumber : Data Primer yang diolah

Tabel 6 menunjukkan jumlah karyawan yang bekerja di perusahaan selama <6 tahun sejumlah 19 orang (59.37%), karyawan yang diantara 6-10 tahun berjumlah 5 orang (15.63%), dan karyawan yang bekerja lebih dari 10 tahun berjumlah 8 orang (25%).

B .Hasil Penelitian 1. Hasil Uji Asumsi

Sebelum dilakukan analisa data dengan menggunakan Paired Sampel T-Test, maka terlebih dahulu dilakukan uji asumsi penelitian.


(55)

a. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah distribusi data penelitian setiap variabel telah menyebar secara normal. Uji normalitas menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov satu sampel. Kaidah yang digunakan yaitu jika p > 0.05 maka sebaran data normal, sedangkan jika p < 0.05 maka sebaran data tidak normal. Hasil uji normalitas dapat dilihat pada Tabel 7 berikut ini :

Tabel 7.Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Shiftpagi shiftmalam

N 32 32

Normal Parametersa Mean 1.0394E2 124.2188

Std. Deviation 1.34595E1 15.19706

Most Extreme Differences Absolute .092 .134

Positive .091 .134

Negative -.092 -.098

Kolmogorov-Smirnov Z .521 .759

Asymp. Sig. (2-tailed) .949 .613

a. Test distribution is Normal.

Berdasarkan data pada tabel 7, dapat dilihat nilai probabilitas skor moril kerja untuk shift pagi adalah p = 0.949 dan untuk shift malam adalah p = 0.613; dengan p > 0.05, maka dapat dikatakan bahwa data yang diperoleh telah terdistribusi secara normal. Data yang terdistribusi secara normal berarti memiliki sebaran yang normal juga, dengan profil data yang terdistribusi normal berarti data yang peneliti gunakan dapat dikatakan mewakili.


(56)

b. Uji Homogenitas

Uji Homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah subjek penelitian adalah homogen. Uji homogenitas dilakukan dengan menggunakan anova

melalui Levene Statistic. Berikut ini hasil uji homogenitas subjek yang dilihat pada Tabel 8 berikut ini :

Tabel 8 : Hasil Uji Homogenitas

Test of Homogeneity of Variancesa

Pagi

Levene Statistic df1 df2 Sig.

1.731 3 29 .201

Berdasarkan tabel 8, hasil uji homogenitas antara moril kerja shift pagi dan

shift malam diperoleh F = 1.731 dan p = 0.201, dimana Sig (0.201) > α (0.05),

maka dari hasil data tersebut dapat disimpulkan bahwa sampel bersifat homogen.

2. Hasil Uji Analisa Data

Perbedaan Moril Kerja Ditinjau dari Shift Kerja Pagi dan Malam. Pengajuan hipotesis dalam penelitian ini adalah :

Ho : Ada perbedaan moril kerja karyawan yang bekerja shift pagi, dibandingkan dengan moril kerja karyawan yang bekerja shift malam.

Ha : Tidak ada perbedaan moril kerja karyawan yang bekerja shift pagi, dibandingkan dengan moril kerja karyawan yang bekerja shift malam.


(57)

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan Paired –Sampel T-Test, dan analisis hasil penelitian ini dilakukan dengan program statistik SPSS for Window verso 16.0.

Tabel 9. Hasil Uji T Penelitian Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean

Pair 1 Shiftpagi 103.9 32 13.45947 2.37932

Shiftmalam 124.2 32 15.19706 2.68649

Tabel 10. Paired – Sampel T-test

Berdasarkan hasil pengolahan data diperoleh mean pada shift malam lebih besar dibandingkan dengan mean pada shift pagi (124.2 > 103.9). Sedangkan dari uji Paired-sampel T-test, kita dapat melihat nilai sig.2-tailed adalah 0.000<0.05, dengan demikian hipotesis nol dapat diterima dan menolak hipotesis alternatif dimana moril kerja karyawan yang bekerja shift pagi lebih rendah, dibandingkan dengan moril kerja karyawan yang bekerja shift malam. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan moril kerja antara karyawan yang bekerja

shift pagi dan shift malam.

Paired Samples Test

Paired Differences

t df Sig. (2-tailed) Mean Std. Deviation Std. Error Mean

95% Confidence Interval of the Difference

Lower Upper

Pair 1

shiftpagi - shiftmalam


(58)

3. Kategorisasi Data Penelitian

Kategorisasi skor moril kerja subjek penelitian dapat diperoleh melalui uji signifikansi perbedaan antara mean empirik dan mean teoritik (Azwar, 2000). Data penelitian tentang kategori moril kerja seperti tertera pada tabel berikut :

Tabel 11. Perbandingan Mean Empirik dan Mean Hipotetik Moril Kerja

Purchase Variabel

Empirik Hipotetik

Min Max Mean SD Min Max Mean SD

Shift Pagi Moril Kerja

83 143 103.9 13.45 48 240 144 32

Shift Malam 90 182 124.5 15.14 48 240 144 32

Skala moril kerja terdiri dari 48 aitem dengan 5 alternatif jawaban dengan nilai yang bergerak dari rentang 1 sampai dengan 5, hingga diperoleh hasil total skor minimum sebesar 48 dan skor maksimum sebesar 240. Hingga luas jarak sebenarnya 240 – 48 = 192 dan standart deviasi sebesar 32. Perbandingan mean empirik dan mean hipotetik dapat dilihat dari tabel 11.

Selanjutnya subjek akan digolongkan kepada tiga kategori moril, yaitu rendah, sedang dan tinggi. Data dikelompokkan dalam tingkatan-tingkatan untuk kemudian disusun menurut norma tertentu. Data diketegorikan menjadi tiga kelompok dengan rumus (Azwar, 2004):


(59)

Tabel 12. Norma Moril Kerja

Rentang Nilai Kategori

X < (μ-1.0 SD) Rendah

(μ-1.0 SD) ≤ X < (μ+1.0 SD) Sedang

X ≥ (μ+1.0 SD) Tinggi

Sehingga dari perhitungan tabel 11 diatas, dapat dibuat kategorisasi moril kerja seperti yang diperoleh tabel 13 :

Tabel 13. Kategorisasi Data Variabel Penelitian

Shift Variabel Rentang Nilai Kategori

Jumlah Subjek

Persentase

Pagi

Moril Kerja

X<112 Rendah 25 orang %

112≤X< 176 Sedang 7 orang %

176≥X Tinggi - %

Total 32 orang 100%

Malam

X<112 Rendah 5 orang 3.1%

112 ≤X< 176 Sedang 26 orang 90.6%

176≥X Tinggi 1 orang 6.3%

Total 32 orang 100%

C.Pembahasan

Berdasarkan uji statistik dengan menggunakan analisa paired-sampel t-test

didapat bahwa hasil nilai t = -5.981 dimana p = 0.000 < 0.05. Hal ini menunjukkan hasil bermakna atau ada perbedaan moril kerja karyawan yang


(60)

bekerja shift pagi, dibandingkan dengan moril kerja karyawan yang bekerja shift

malam.

Dari penelitian yang dilakukan oleh peneliti di PT. PLN (Persero) didapat hasil yang menunjukkan bahwa karyawan yang bekerja shift pagi memiliki rata-rata 103.9, dengan skor moril tertinggi yang dialami oleh responden adalah 143 dan skor terendah 83. Sedangkan moril kerja shift malam berdasarkan nilai rata-rata 124.5 dengan skor moril tertinggi adalah 182 dan skor terendah 90.

Hasil nilai dan jumlah kategorisasi data moril kerja, dimana didapat jumlah subjek shift pagi memiliki nilai rendah sebanyak 25 orang, nilai sedang 7 orang dan tidak memiliki nilai tinggi. Shift malam memiliki nilai rendah 5 orang, sedang 26 orang dan tinggi 1 orang. Berdasarkan nilai kategorisasi ada perbedaan moril kerja karyawan pada saat bekerja shift pagi dan bekerja shift malam. Menunjukkan ada 25 orang karyawan yang bekerja pada pagi hari memiliki nilai moril yang rendah. Carlaw, dkk (2003) mengungkapkan moril kerja yang tinggi merupakan hal yang penting karena karyawan yang memiliki moril kerja yang tinggi akan melakukan pekerjaan dengan penuh energi, antusias dan kemauan yang tinggi.

Flippo (2005) mengemukakan adapun beberapa faktor yang mempengaruhi moril kerja pada karyawan. Salah satu faktornya adalah adanya pemimpin yang terbuka dan cakap, maka karyawan merasa dapat berkomunikasi dengan baik dengan kendala yang dialami. Individu yang pada ciri ini selalu merasa nyaman dan tanpa merasa takut dan tertekan karena adanya atasan


(61)

pimpinan, maka moril kerja tinggi, dan jika karyawan memiliki sikap negative maka moril kerjanya juga rendah seperti yang diungkapkan Nitisemito (2000). Hal ini juga sejalan dengan hasil statistik dan komunikasi personal dengan salah satu karyawan AG :

aku malas kerja kak, kalo ada managernya. Kalo spvnya baik-baik kak, ngertiin kami kali la kak. Makannya masuk pagi pasti ketemu manager, walaupun enaknya itu masuk pagi. Gara-gara ada managernya jadi malas-malasan la kak. Jarang pun kami bicara-bicara sama dia kak, anggap sepele kali dia sama kami” (Komunikasi Personal AG, 13 Januari 2014).

Berdasarkan komunikasi personal diatas yang dilakukan oleh salah seorang karyawan yang memiliki moril kerja yang rendah karena adanya tekanan dan pengawasan dari atasan saat jam kerja shift pagi sehingga karyawan tidak leluasa untuk bekerja dan berkomunikasi dengan rekan kerja lainnya selama bekerja.

Hasil observasi dan secara keseluruhan karyawan shift operator ini memiliki jam kerja yang berbeda dan beban kerja yang sama, yang harus berhadapan dengan mesin-mesin. Posisi waktu kerja pada karyawan terdiri dari

shift pagi 8 jam per haridan shift malam 10 jam per hari. Dengan waktu kerja yang berbeda, dapat dipastikan kondisi kerja yang dihadapi juga sangat berbeda, dapat dibayangkan resiko pekerjaan pada shift malam akan jauh berbeda dengan shift

pagi, ditambah kondisi fisik dan mental tenaga kerja pada malam hari cenderung menurun.

Namun jika dilihat dari perbedaan kondisi waktu yaitu pagi dan malam hari, maka dapat dipastikan tenaga kerja shift malam akan cendrung mengalami


(62)

penurunan moril kerja. Hal ini desebabkan karena pada malam hari kondisi dan fungsi fisologis tubuh kita tidak sama dengan pagi hari. Seharusnya pada malam hari tubuh digunakan untuk beristirahat bukan untuk bekerja. Tingkat konsentrasi juga telah menurun pada malam hari, terutama tengah malam menjelang subuh. Dengan keadaan dan kondisi seperti ini tubuh sangat dipaksa untuk tetap produktif pada malam hari, dan waktu kerja yang lebih lama serta panjang dapat menimbulkan kelelahan fisik dan mental.

Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan Grandjean (1988), shift malam dapat menimbulkan efek negatif, karena efek ini secara langsung berhubungan dengan pola circadian rhythm karena pada dasarnya jam malam digunakan untuk beristirahat. Dengan adanya tuntutan tugas dan tanggung jawab maka jam malam yang seharusnya digunakan untuk beristirahat dalam keadaan normal, digunakan untuk bekerja selayaknya pagi hari. Sehingga akibat dari perubahan yang dialami karyawan dengan shift malam adalah perubahan fisik, psikologis, maupun perilaku. Banyak penelitian yang menunjukkan bahwa tenaga kerja yang bekerja pada shift malam tentu merasa lebih lelah dan ngantuk. Akan tetapi tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan peneliti. Karyawan lebih memiliki moril kerja pada malam hari dari pada pagi hari.

Sehingga penelitian ini dapat disimpulkan bahwa tidak semua karyawan nyaman dengan pekerjaan pada waktu shift pagi. Karena dilihat dari hasil pengkategorisasian menunjukkan nilai karyawan yang bekerja pada shift pagi rendah dan hampir rata-rata menunjukkan pada kategori rendah. Hal ini dikarena


(63)

shift, sehingga tidak memerlukan penyesuai diri dengan waktu kerja yang berbeda dari waktu kerja normal pada umumnya.


(64)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini akan diuraikan kesimpulan dan saran berdasarkan dengan hasil yang diperoleh dari penelitian ini. Pada bagian pertama akan dijabarkan kesimpulan penelitian dan pada bagian akhir akan dikemukakan saran-saran baik yang bersifat praktis maupun metodologi yang mungkin dapat berguna bagi penelitian yang akan datang dengan topik yang sama.

A. Kesimpulan

Setelah dilakukan penelitian dan analisa data maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut :

1. Hasil uji hipotesis pada penelitian ini menunjukkan bahwa Hipotesa Alternatif (Ho) diterima, karena ada perbedaan moril kerja karyawan yang bekerja shift pagi, dibanding moril kerja karyawan pada shift

malam.

2. Pengkategorian dari penelitian ini menunjukkan bahwa moril kerja

shift pagi lebih rendah dari shift malam. Karena hasil pengkategorian

shift pagi 25 orang yang memiliki skor rendah, dan malam berjumlah 5 orang.


(65)

B. Saran

1. Saran Metodologi

Berdasarkan hasil penelitian ini, bagi peneliti yang berminat dengan penelitian sejenis atau mengembangkan penelitian lebih lanjut hendaknya memperhatikan beberapa hal sebagai berikut :

a. Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan untuk memperhatikan karakter sampel sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi hasil penelitian. Sebab faktor individu seperti umur, status, masa bekerja adalah aspek penting yang dapat mempengaruhi moril kerja subjek.

b. Peneliti hendaknya memperhatikan masa kerja, karena masa kerja dapat mempengaruh hasil dari penelitian ini. Masa kerja dapat membuat karyawan mengalami keterbiasaan dan sudah dapat beradaptasi dengan waktu kerja. Sehingga tidak memberikan hasil penelitian yang sesuai. c. Dalam pembuatan alat ukur peneliti sebaiknya melakukan penggalian

data awal kepada perusahaan. Sehingga peneliti dapat mengetahui masalah lebih dalam dan masalah apa saja yang berada diperusahaan.

2. Saran Praktis

Hasil penelitian menunjukkan bahwa karyawan PT.PLN (Persero) umumnya memiliki moril kerja yang rendah pada pagi hari. Hal ini diharapkan dapat menjadi perhatian bagi perusahaan untuk meningkatkan hal-hal yang dapat memacu moril kerjakaryawan pada waktu berada di shift pagi.


(66)

DAFTAR PUSTAKA

Adiwardana, Sewadi. (1989). Pencegahan Kecelakaan. PPM. Jakarta:

PT.Gramedia

Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Edisi Revisi VI). Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Azwar, Saifuddin. (2004). Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Belajar

Azwar, Saifuddin. (2007). Dasar-Dasar Psikometri. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Azwar,Saifuddin.(2010).Penyusunan Skala Psikologi.Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Azwar, Saifuddin. (2010). Sikap Manusia : Teori Pengembangan Pengukurannya

(Edisi Kedua). Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Berry, Lilly. M. (1998). Psychology at Work. McGraw-Hill

Budiono, S. (2003). Bunga Rampai HIPERKES & Kesehatan Kerja (cetakan ke-1). Badan Penerbit Universitas Diponegoro Semarang.

Carlaw, dkk. (2003). Managing and Motivating Contact Center Employess.

Singapore: Mc Graw Hill Publishing Company

Charplin, J.P. (2006). Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta : PT.Raja Grafindo Persada.

Echols,J,M,. &Shadily, H.(1997). Kamus Inggris – Indonesia : An English Indonesia Dictionary. Jakarta : Indonesia. PT.Gramedia Pustaka Utama.

Firmansyah, H, et.al. (2010). Gambaran Tingkat Konsentrasi Perawat Shift

Malam Intensive Case Unit di Empat Rumah Sakit di Jakatra. Riset Tidak diPublikasikan. Jakarta: Universitas Indonesia

Fish, D., The Impact of Shift Work.Hot News, From Health Service. Australia. September 2000

Gibson, J.L. (2003). Organizations : Behavior Structure Processe. Eleventh

Edition. New York : Mc Graw Hill.

Grandjean, E. (1988). Fitting The Task To The Man. Taylor & Francis.


(1)

shift, sehingga tidak memerlukan penyesuai diri dengan waktu kerja yang berbeda dari waktu kerja normal pada umumnya.


(2)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini akan diuraikan kesimpulan dan saran berdasarkan dengan hasil yang diperoleh dari penelitian ini. Pada bagian pertama akan dijabarkan kesimpulan penelitian dan pada bagian akhir akan dikemukakan saran-saran baik yang bersifat praktis maupun metodologi yang mungkin dapat berguna bagi penelitian yang akan datang dengan topik yang sama.

A. Kesimpulan

Setelah dilakukan penelitian dan analisa data maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut :

1. Hasil uji hipotesis pada penelitian ini menunjukkan bahwa Hipotesa Alternatif (Ho) diterima, karena ada perbedaan moril kerja karyawan yang bekerja shift pagi, dibanding moril kerja karyawan pada shift malam.

2. Pengkategorian dari penelitian ini menunjukkan bahwa moril kerja shift pagi lebih rendah dari shift malam. Karena hasil pengkategorian shift pagi 25 orang yang memiliki skor rendah, dan malam berjumlah 5 orang.


(3)

B. Saran

1. Saran Metodologi

Berdasarkan hasil penelitian ini, bagi peneliti yang berminat dengan penelitian sejenis atau mengembangkan penelitian lebih lanjut hendaknya memperhatikan beberapa hal sebagai berikut :

a. Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan untuk memperhatikan karakter sampel sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi hasil penelitian. Sebab faktor individu seperti umur, status, masa bekerja adalah aspek penting yang dapat mempengaruhi moril kerja subjek.

b. Peneliti hendaknya memperhatikan masa kerja, karena masa kerja dapat mempengaruh hasil dari penelitian ini. Masa kerja dapat membuat karyawan mengalami keterbiasaan dan sudah dapat beradaptasi dengan waktu kerja. Sehingga tidak memberikan hasil penelitian yang sesuai. c. Dalam pembuatan alat ukur peneliti sebaiknya melakukan penggalian

data awal kepada perusahaan. Sehingga peneliti dapat mengetahui masalah lebih dalam dan masalah apa saja yang berada diperusahaan.

2. Saran Praktis

Hasil penelitian menunjukkan bahwa karyawan PT.PLN (Persero) umumnya memiliki moril kerja yang rendah pada pagi hari. Hal ini diharapkan dapat menjadi perhatian bagi perusahaan untuk meningkatkan hal-hal yang dapat memacu moril kerjakaryawan pada waktu berada di shift pagi.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Adiwardana, Sewadi. (1989). Pencegahan Kecelakaan. PPM. Jakarta: PT.Gramedia

Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Edisi Revisi VI). Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Azwar, Saifuddin. (2004). Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Belajar Azwar, Saifuddin. (2007). Dasar-Dasar Psikometri. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Azwar,Saifuddin.(2010).Penyusunan Skala Psikologi.Yogyakarta: Pustaka Pelajar Azwar, Saifuddin. (2010). Sikap Manusia : Teori Pengembangan Pengukurannya

(Edisi Kedua). Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Berry, Lilly. M. (1998). Psychology at Work. McGraw-Hill

Budiono, S. (2003). Bunga Rampai HIPERKES & Kesehatan Kerja (cetakan ke-1). Badan Penerbit Universitas Diponegoro Semarang.

Carlaw, dkk. (2003). Managing and Motivating Contact Center Employess. Singapore: Mc Graw Hill Publishing Company

Charplin, J.P. (2006). Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta : PT.Raja Grafindo Persada.

Echols,J,M,. &Shadily, H.(1997). Kamus Inggris – Indonesia : An English Indonesia Dictionary. Jakarta : Indonesia. PT.Gramedia Pustaka Utama. Firmansyah, H, et.al. (2010). Gambaran Tingkat Konsentrasi Perawat Shift

Malam Intensive Case Unit di Empat Rumah Sakit di Jakatra. Riset Tidak diPublikasikan. Jakarta: Universitas Indonesia

Fish, D., The Impact of Shift Work.Hot News, From Health Service. Australia. September 2000

Gibson, J.L. (2003). Organizations : Behavior Structure Processe. Eleventh Edition. New York : Mc Graw Hill.

Grandjean, E. (1988). Fitting The Task To The Man. Taylor & Francis. Ltd.London


(5)

Hadi, S. (2000). Metodologi Research : Jilid II. Yogyakarta: Penerbit Andi Hasibuan. (2005).Manajemen Sumber Daya Manusia. Edisi: Revisi Bumi Aksara Hasley, G.D. (1992). Asas-asas Manajemen. Bandung : Alumni

ILO. Encyclopedia of Occupational Health and Safety. International New York

Labour Office, Geneva. 1982. Vol. II

Kuswadji, S., (1997). Pengaturan Tidur Pekerja Shift. Cerminan Dunia Kedokteran. No.116/1997,48-52

Mautis, L.S. & Widodo, I.D. (2008). Faktor Penjadwalan Shift Kerja. Vol 13. No.2, 11-22. 02 Mei 2013.jurnal.uii.ac.id/index.php/Jurnal. Teknoin/ Article/ View/ 792/ 710

Moekijat. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung: Mandar Maju.2010. Nitisemito. A. S. (2000 ). Manajemen Personalia. Jakarta: Ghalia Indonesia

Occupational Health Clinics For Ontario Workers Inc. (2005). Shift Work: Health Effects And Solution. 20 April 2013. handbooks/ shift work/ shiftwork.pdf

Pulat, B. Mustafa. (1992). Fundamentals of Industrial Ergonomics. New Jersey: Prentice Hall International

Sirait. Psikologi yang Efektif Untuk Pimpinan, Pejabat dan Uasahawan. Jakarta: PT.Prakarsa Satria Utama. 1981.

Simanjuntak & Situmorang. (2010). Analisis Pengaruh Shift Kerja Terhadap Beban Kerja Mental Dengan Metode SWAT. Teknik Industri. Yogyakarta. Vol 3 nomor 1, 1 Juni 2010 52-60.

Soekidjo Notoatmojo. Pengembangan Sumber Daya Manusia”. Jakarta : Rineka Cipta.1997.

Suma’mur. P.K. (1994). Higienen Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta: Garuda Agung

Super, D.E. (1984). Career education and the meaning of work. Monographs On Career Education, pp 43-47, Washington: U.S Departement of Health, Education and Welfare.

Suryabrata, Sumadi. (2002). Pengmbangan Alat Ukur Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar


(6)

Susi Purnawati. (2005). Kelelahan Umum Pada Pekerja Shift Dan Faktor-Faktor Yang Berhubungan Pada Pekerja Inspectior Soft Drink Pabrik Minuman Botol Pt X Bali. Tesis Magister Sains. Universitas Indonesia.

Tayyari, F. & Smith,J.L. (1997). Occupational Ergonomics: Principles and Applications. Chaman & Hall. London.

Triton Prawira. (2006). SPSS 13.0 Terapan Statistik Parametik. Jakarta : CV ANDI OFFSET

Wicken, et al., (2004). An Introduction To Human Factors Enggineering. Prentice Hall. New Jersey.

Wijaya, Lientje S.M., Endang, Suparniati. (2006). Hubungan Antara Shift Kerja dengan Gangguan Tidur dan Kelelahan Kerja Perawat Instalasi Rawat Darurat Rumah Sakit dr. Sardjito Yogyakarta. Sains-Kesehatan, Volume 19, Nomor 2. April. Halaman 235-245 (Online). (http://i=lib.ugm.ac.id/jurnal/download.php?dataid=39)


Dokumen yang terkait

Perbedaan Kelelahan Kerja Pada Operator SPBU Antara Shift Pagi Dan Shift Malam Di SPBU 14203163 Tanjung Morawa Tahun 2009.

75 296 64

PERBEDAAN KELELAHAN AKIBAT KERJA ANTARA SHIFT PAGI, SIANG DAN MALAM PADA KARYAWAN DI BAGIAN PRODUKSI Perbedaan Kelelahan Akibat Kerja Antara Shift Pagi, Siang Dan Malam Pada Karyawan Di Bagian Produksi Winding Pt. Bintang Makmur Sentosa Tekstil Industri,

1 3 19

PERBEDAAN TINGKAT KELELAHAN KERJA PERAWAT ANTARA SHIFT PAGI, SORE DAN MALAM Perbedaan Tingkat Kelelahan Kerja Perawat Antara Shift Pagi, Sore Dan Malam Di Rsui Yakssi Gemolong.

0 3 16

PERBEDAAN STRESS KERJA PADA TENAGA KERJA Perbedaan Stress Kerja Pada Tenaga Kerja Shift Pagi, Shift Siang, Dan Shift Malam Di Bagian Weaving Pt. Iskandar Indah Printing Textile Surakarta.

0 2 16

PERBEDAAN STRESS KERJA PADA TENAGA KERJA SHIFT PAGI, Perbedaan Stress Kerja Pada Tenaga Kerja Shift Pagi, Shift Siang, Dan Shift Malam Di Bagian Weaving Pt. Iskandar Indah Printing Textile Surakarta.

0 0 18

PERBEDAAN TINGKAT KELELAHAN KERJA PADA TENAGA KERJA ANTARA SHIFT PAGI, SHIFT SORE, DAN SHIFT Perbedaan Tingkat Kelelahan Kerja Pada Tenaga Kerja Antara Shift Pagi, Shift Sore, Dan Shift Malam Di Bagian Weaving Pt. Iskandar Indah Printing Textile Surakart

0 2 13

Perbedaan Tingkat Kelelahan Ditinjau dari Shift Pagi, Shift Siang, dan Shift Malam Ubaya Repository

0 0 1

BAB II LANDASAN TEORI A. Moril Kerja - Perbedaan Moril Kerja Ditinjau Dari Shift Kerja Pagi Dan Malam Pada Karyawan PT.PLN (Persero) Operator Gardu Di Kota Medan

0 1 14

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah - Perbedaan Moril Kerja Ditinjau Dari Shift Kerja Pagi Dan Malam Pada Karyawan PT.PLN (Persero) Operator Gardu Di Kota Medan

0 1 8

Perbedaan Moril Kerja Ditinjau Dari Shift Kerja Pagi Dan Malam Pada Karyawan PT.PLN (Persero) Operator Gardu Di Kota Medan

0 0 12