oleh perusahaan serta mempunyai alternatif untuk tetap bekerja dalam perpanjangan operasi dan biasanya dibagi atas kerja pagi, sore dan malam.
2. Sistem Shift Kerja
Sistem shift kerja dapat berbeda antar instansi atau perusahaan, walaupun biasanya menggunakan tiga shift setiap hari dan pada umumnya dengan delapan
jam kerja setiap shift. Menurut William 1992 mengenalkan dua macam sistem shift kerja yang terdiri dari:
a. Shift Permanen Karyawan yang bekerja seperti biasa setiap harinya dalam waktu yang sama,
sesuai dengan jadwal. Jika karyawan masuk malam, maka jadwalnya malam hingga selanjutnya.
b. Sistem Rotasi Pegawai yang bekerja pada waktu bekerja yang berbeda-beda, kadang
mendapatkan shift pagi, sore atau malam, yang setiap waktu digilir hari kerjanya.
ILO 1982 menyatakan pergantian shift yang normal 8 jamshift. Shift kerja yang dilaksanakan 24 jam termasuk hari Minggu dan hari libur memerlukan
4 regu kerja. Regu ini dikenal dengan regu kerja terus-menerus 3x8. Inggris menggunakan sistem 2-2-2, sistem ini disebut dengan sistem rotasi
pendek masing-masing shift lamanya 2 hari dan pada akhir shift diberikan libur 2 hari. Selain itu sistem 2-2-3 juga merupakan system rotasi pendek dimana salah
Universitas Sumatera Utara
satu shift dilaksanakan 3 hari untuk 2 shift dilaksanakan 2 hari dan pada akhir periode shift diberikan libur 2 hari. Siklus ini bergantian untuk stiap shift. Pada
akhir shift malam diperlukan istirahat sekurang-kurangnya 24 jam. Sistem rotasi ini dianjurkan oleh pakar yang berpandangan modern dengan mempertimbangkan
faktor sosial dan psikologi untuk industri yang pada bagian manufaktur Pulat, 1992.
Menurut Muchinsky 1997 tidak ada keseragaman waktu shift kerja, setiap perusahaan memiliki bermacam-macam shift yang berbeda. Biasanya dalam
sehari dibagi menjadi tiga shift selama delapan jam, yaitu :shift pagi pukul 07.00 – 15.00, shift sore pukul 15.00 – 23.00, dan shift malam pukul 23.00 – 07.00.
Grandjean 1988 membagi sistem shift menjadi tiga periode yang sama dari delapan jam masing-masing, sistem secara umum adalah shift pagi pukul
06.00 – 14.00, shift sore pukul 14.00 – 22.00, dan shift malam pukul 22.00 – 06.00. Sistem rotasi yang beragam tergantung dari kebutuhan dan spesifikasi pada
pekerjaan yang dilakukan. Sistem rotasi cepat perubahan shift setiap 2-3 hari dan rotasi tiap minggu disebut rotasi lambat. Di Indonesia sendiri menggunakan
sistem rotasi metropolitan rotation rotasi pendek 2-2-2 dengan shift pagi-pagi- sore-sore-malam-malam-libur-libur, atau continental rotation 2-2-3.
Berdasarkan kesimpulan beberapa uraian diatas, bahwa shift kerja pada umumnya terdiri dari 8 jam dalam sehari. Dimana shift dibagi pada tiga shift,
yaitu pagi, sore, malam.
Universitas Sumatera Utara
3.Sikap Tenaga Kerja Terhadap Shift Kerja
Kuswadji 1997 juga mengemukakan bahwa tanggapan karyawan terhadap tiga shift kerja adalah sebagai berikut :
1. Shift pagi : memberikan waktu luang baik untuk kehidupan keluarga dan tidak terbatas kehidupan sosialnya.
2. Shift siang : terbatas kehidupan sosial, waktu siang terbuang dan sedikit lelah. 3. Shift malam : lelah, kehidupan sosial terbatas, kurang baik untuk kehidupan
keluarga, gangguan tidur, memberikan banyak waktu luang terbuang.
4 Efek Shift Kerja
Menurut Fish 2000 mengemukakan bahwa efek shift kerja yang dapat dirasakan antara lain :
1. Efek fisiologis a. Kualitas tidur : tidur siang tidak seefektif tidur malam, banyak gangguan
dan biasanya dipelukan waktu istirahat untuk menebus kurang tidur selama kerja malam.
b. Menurunnya kapasitas kerja fisik kerja akibat timbulnya perasaan mengantuk dan lelah.
c. Menurunnya nafsu makan dan gangguan pencernaan. 2. Efek psikososial
Efek menunjukkan masalah lebih besar dari efek fisiologis, antara lain adanya gangguan kehidupan keluarga, hilangnya waktu luang, kecil kesempatan
Universitas Sumatera Utara
untuk berinteraksi dengan teman, dan menggangu aktivitas kelompok dalam masyarakat.
Saksono 1991 menyatakan bahwa pekerjaan malam berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat yang biasanya dilakukan pada siang atau sore
hari. Sementara pada saat itu bagi pekerja malam dipergunakan untuk istirahat atau tidur, sehingga tidak dapat beradaptasi aktif dalam kegiatan tersebut, akibat
tersisih dari lingkungan masyarakat. 3. Efek kinerja
Kinerja menurun selama kerja shift malam yang diakibatkan oleh efek fisiologis dan psikososial. Menurunnya kinerja dapat mengakibatkan kemampuan
mental menurun yang berpengaruh terhadap perilaku kewaspadaan pekerjaan seperti kualitas kendali dan pemantauan.
4. Efek terhadap kesehatan Shift kerja menyebabkan gangguan gastrointesnal, masalah ini cenderung
terjadi pada usia 40-50 tahun. Shift kerja juga dapat menjadi masalah terhadap keseimbangan kadar gula dalam darah bagi penderita diabetes.
5. Efek terhadap keselamatan kerja Survei pengaruh shift kerja terhadap kesehatan dan keselamatan kerja yang
dilakukan Smith et. al, melaporkan bahwa frekuensi kecelakaan paling tinggi terjadi pada akhir rotasi shift kerja malam dengan rata-rata jumlah kecelakaan
0,69 per tenaga kerja. Tetapi tidak semua penelitian menyebutkan bahwa kenaikan tingkat kecelakaan industri terjadi pada shift malam. Terdapat suatu
Universitas Sumatera Utara
kenyataan bahwa kecelakaan cenderung banyak terjadi pada shift malam Adiwardana, 2001.
C.
Perbedaan Shift Kerja Pagi dan Malam Terhadap Moril Kerja
Moril kerja merupakan sikap antusias yang ditandai dengan adanya kepercayaan diri, motivasi diri yang kuat untuk melaksanakan pekerjaannya,
kegembiraan dan sikap positif terhadap perusahaan serta kemauan untuk bekerja sama dengan rekan kerja demi mencapai tujuan yang ingin dicapai perusahaan
atau organisasi Carlaw dkk, 2003. Menurut Carlaw dkk 2003 ciri-ciri karyawan yang memiliki moril kerja
yang tinggi adalah karyawan yang mampu memperlihatkan keceriaan seperti tersenyum dan tertawa, memiliki inisiatif, berfikir kreatif dan luas, menyenangi
pekerjaan apa yang dilakukan, tertarik dengan pekerjaan, bertanggung jawab, memiliki kemauan bekerja sama, berinteraksi dengan atasan berpengaruh terhadap
moril kerja. Karyawan yang memiliki moril yang rendah memiliki ciri-ciri : bosan,
tidak bergairah, dan bermalas-malasan dalam melaksanaakan pekerjaan. Kondisi pekerja yang memiliki moril seperti ini dapat menimbulkan masalah ditempat
kerja, kecendrungan karyawan untuk keluar dari pekerjaan, datang terlambat ketempat kerja, pulang kerja lebih awal daripada waktu yang telah ditentukan
Gibson, 2003.
Universitas Sumatera Utara
Fish 2000 mengatakan dampak dari moril kerja memiliki efek pada kinerja karyawan, kinerja akan menurun pada karyawan yang bekerja
shift.Sehinggadapat menimbulkan efek fisiologis dan psikososial. Efek fisiologis disebabkan oleh faktor lingkungan fisik ditempat kerja, antara lain kualitas tidur
yang tidak baik, menurunkan kapasitas kerja fisik akibat timbulnya perasaan mengantuk dan lelah, menurunnya nafsu makan dan gangguan pencernaan.
Sedangkan efek psikososial dari kerja shift adalah gangguan kehidupan keluarga, hilangnya waktu luang, sedikitnya waktu untuk berinteraksi dengan teman atau
kelompok masyarakat. Hal ini berkaitan dengan yang dikemukakan Grandjean 1988 mengenai
circadian yang disebabkan oleh irama kerja siang atau malam dapat mengakibatkan fungsi tubuh bervariasi baik hewan atau pun manusia. Circadian
dalam tubuh manusia mengalami peningkatan pada siang hari karena seluruh organ dan fungsi tubuh siap untuk melakukan aktivitas ergotropic phase dan
mengalami penurunan pada malam hari menyebabkan fungsi tubuh mengalami penurunan dan organisme mengalami pemulihan dan pembaharuan energi, seperti
menurunnya suhu tubuh, denyut jantung, tekanan darah, volume pernafasan, produksi adrenalin, kemampuan mental, ekspresi dan kapsitas fisik. Jika fungsi
tubuh mengalami gangguan maka akan mengganggu perasaan seseorang. PT.PLN merupakan salah satu perusahaan yang menggunakan sistem kerja shift. Tidak
tertutup kemungkinan juga pegawai yang bekerja shift pagi dan malam memiliki moril kerja yang berbeda. Menurut pemaparan diatas, pemberian waktu kerja yang
berbeda yang diberikan pihak perusahaan dan waktu kerja yang memiliki dampak
Universitas Sumatera Utara
negatif yang lebih panjang, sehingga dapat menimbulkan moril kerja yang rendah pada karyawan.
D. Hipotesis Penelitian