Jumlah Orifisi Gigi Molar Satu Mandibula Permanen Di Medan (In Vitro)

(1)

JUMLAH ORIFISI GIGI MOLAR SATU MANDIBULA

PERMANEN DI MEDAN (IN VITRO)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh:

JOSEPH DEDE HARTANTA GINTING NIM: 100600042

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

Kedokteran Gigi

Bagian Biologi Oral

Tahun 2014

Joseph Dede Hartanta Ginting

Jumlah Orifisi Gigi Molar Satu Mandibula Permanen

viii + 47 halaman

Perawatan saluran akar sering mengalami kegagalan, yang umumnya disebabkan oleh ketidakmampuan dokter gigi dalam menemukan orifisi dari saluran akar gigi. Menemukan orifisi saluran akar gigi bukanlah hal yang mudah, khususnya pada gigi yang telah direstorasi berulang, karies, dan gigi yang telah dirawat saluran akarny, dimana anatomi normalnya telah disamarkan oleh perubahan yang terjadi berupa kalsifikasi pada kamar pulpa. Gigi molar satu mandibula permanen dapat memiliki jumlah orifisi yang beranekaragam dari dua hingga lima orifisi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui vatiasi jumlah orifisi, baik di mesial, maupun distal gigi molar satu mandibula permanen, serta untuk melihat hubungan antara jumlah akar gigi molar satu mandibula permanen dengan jumlah orifisi. Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif, dengan pendekatan cross sectional. Sampel yang digunakan adalah 25 gigi molar satu mandibula permanen (kiri dan kanan). Penelitian ini dilakukan dengan memotong gigi secara horizontal pada titik terendah cemento enamel junction, ekstirpasi saluran akar, dan pengamatan dengan kaca pembesar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variasi jumlah orifisi gigi molar satu mandibula permanen yang ditemukan adalah orifisi dua (44%), tiga (48%), dan empat (8%). Variasi jumlah orifisi mesial adalah orifisi satu (44%) dan dua (56%). Variasi jumlah orifis distal adalah orifisi satu (92%) dan dua (8%). Tidak ada hubungan antara jumlah akar gigi molar satu mandibula permanen dengan jumlah


(3)

orifisi (P=0,289). Berdasarkan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terdapat variasi jumlah orifisi pada gigi molar satu mandibula permanen. Tidak ada hubungan antara jumlah akar gigi molar satu mandibula permanen dengan jumlah orifisi.

Kata kunci : Orifisi gigi, jumlah orifisi gigi, jumlah akar gigi, gigi molar satu mandibula permanen


(4)

PERNYATAAN PERSETUJUAN Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan

di hadapan tim penguji skripsi

Medan, Juni 2014

Pembimbing: Tanda tangan

1. Rehulina Ginting, drg., M.Si


(5)

TIM PENGUJI SKRIPSI

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan tim penguji

pada tanggal 3 Juli 2014

TIM PENGUJI

KETUA : Rehulina Ginting, drg., M.Si

ANGGOTA : 1. Yendriwati, drg., M.Kes


(6)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas kasih dan karuniaNya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran Gigi di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Rehulina Ginting, drg., Msi., selaku Ketua Departemen Biologi Oral Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara, juga selaku dosen pembimbing skripsi yang telah banyak memberikan masukan, bimbingan, arahan, saran, waktu yang sangat berguna dalam meningkatkan semangat dan motivasi penulis untuk penyelesaian skripsi ini. Pada kesempatan ini dengan rendah hati penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Nazruddin, drg., Sp. Ort, Ph.D selaku Dekan Fakultas Kedokteran Gigi USU.

2. Seluruh staf pengajar Departemen Biologi Oral Fakultas Kedokteran Gigi USU yang telah memberikan saran, masukan dan semangat dalam penyelesaian skripsi.

3. Staf Departemen Biologi Oral, khususnya Kak Ngaisah dan Kak Dani yang telah membantu dalam hal administrasi penulis sehingga skripsi ini selesai.

4. Prof. Trimurni Abidin, drg. M.Kes, Sp.KG(K) selaku Dosen Pembimbing Akademis yang telah membimbing dan mengarahkan penulis selama menjalani pendidikan di Fakultas Kedokteran Gigi USU.

5. Seluruh Staf Pengajar Fakultas Kedokteran Gigi USU atas bimbingan yang telah diberikan selama penulis menjalani kuliah.

6. Bu Maya dan dr. Juliandi Harahap, MA yang telah memberikan waktu dan bimbingan dalam rancangan penelitian dan pengolahan data.

7. Teristimewa kepada kedua orang tua tercinta Ayah Sarjana Ginting dan Ibu Anilonna Panjaitan yang selalu memberikan semangat, nasehat, kesabaran, doa, kasih sayang dan dukungan baik moral maupun materil sehingga penulis dapat


(7)

menyelesaikan skripsi ini. Tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada abang dan adik tersayang Yosua Ginting dan Monica Ginting serta kakek dan nenek tercinta Paksana Ginting, Taty Karniati, AHM Panjaitan dan Tiodor br Hutapea untuk semua doa, semangat, dukungan dan kasih sayangnya

10. Sahabat-sahabat terbaik penulis yaitu Cynthia, Dea, Nurul, Ivan, Brian, Vincent, Beactris, Jessica, Aryani yang telah bersedia meluangkan waktu dalam membantu penelitian. Serta teman-teman yang membuat skripsi di Departemen Biologi Oral yaitu May, Yosua, Cindy, Michelle, Aryani, Bang Wanda, Colvin, dan Ervi yang telah memberikan semangat tiada henti kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan di dalam penulisan skripsi ini dan penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk menghasilkan karya yang lebih baik lagi di kemudian hari.

Akhir kata penulis mengharapkan semoga hasil karya atau skripsi ini dapat memberikan sumbangan pikiran yang berguna bagi fakultas dan mahasiswa.

Medan, ………… 2014 Penulis,

(………..) Joseph Dede Hartanta Ginting


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ...

HALAMAN PERSETUJUAN ...

HALAMAN TIM PENGUJI SKRIPSI ...

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah Penelitian ... 2

1.3 Tujuan Penelitian ... 2

1.3.1 Tujuan Umum ... 2

1.3.2 Tujuan Khusus ... 3

1.4 Hipotesa Penelitian ... 3

1.5 Manfaat Penelitian ... 3

1.5.1 Manfaat Teoritis ... 3

1.5.2 Manfaat Praktis ... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Embriologi Gigi ... 4

2.2 Pembentukan Akar ... 4

2.2 Anatomi Gigi ... 5

2.4 Komponen Saluran Akar Gigi ... 6

2.4.1 Tanduk Pulpa... 6

2.4.2 Kamar Pulpa ... 7

2.4.3 Saluran Akar ... 7


(9)

2.4.6 Saluran Kanal Aksesori ... 11

2.5 Kalsifikasi Pulpa ... 12

2.6 Gigi Molar Satu Permanen ... 12

2.6.1 Gigi Molar Satu Maksila Permanen ... 13

2.6.2 Gigi Molar Satu Mandibula Permanen... 14

2.7 Kerangka Teori ... 17

2.8 Kerangka Konsep ... 18

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 19

3.2 Tempat Dan Waktu Penelitian ... 19

3.2.1 Tempat Penelitian ... 19

3.2.2 Waktu Penelitian ... 19

3.3 Populasi Dan Sampel ... 19

3.3.1 Populasi ... 19

3.3.2 Sampel ... 19

3.3.2.1 Besar Sampel ... 20

3.4 Kriteria Inklusi Dan Ekslusi ... 21

3.4.1 Kriteria Inklusi ... 21

3.4.2 Kriteria Eksklusi ... 21

3.5 Variabel ... 21

3.5.1 Variabel Bebas ... 21

3.5.2 Variabel Terikat ... 21

3.5.3 Variabel Terkendali ... 22

3.5.4 Variabel Tidak Terkendali ... 22

3.6 Definisi Operasional... 23

3.7 Bahan dan Alat Penelitian ... 24

3.7.1 Bahan Penelitian... 24

3.7.2 Alat Penelitian ... 24

3.8 Prosedur Penelitian... 26

3.9 Pengolahan dan Analisa Data... 31

3.10 Kerangka Penelitian ... 22

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 34

BAB V PEMBAHASAN ... 38


(10)

DAFTAR PUSTAKA ... 45


(11)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1 Distribusi Persentase Jumlah Orifisi Gigi Molar Satu Mandibula Permanen ... 35

2 Distribusi Persentase Jumlah Orifisi Mesial Gigi Molar Satu

Mandibula Permanen ... 36

3 Distribusi Persentase Jumlah Orifisi Distal Gigi Molar Satu

Mandibula Permanen ... 36

4 Uju Korelasi Hubungan Jumlah Akar Dengan Jumlah Orifisi Gigi


(12)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1 Anatomi gigi ... 6

2 Komponen saluran akar gigi ... 8

3 Jumlah orifisi pada gigi mandibula ... 8

4 Orifisi terletak pada floor wall junction ... 10

5 Orifisi terletak pada sudut antara lantai kamar pulpa dan FWJ ... 10

6 Orifisi terletak pada developmental root fusion line ... 11

7 Hukum kesimetrisan letak orifisi gigi ... 11

8 Anatomi gigi molar satu maksila permanen ... 13

9 Anatomi gigi molar satu mandibula permanen ... 14

10 Variasi jumlah orifisi molar satu mandibula permanen ... 15

11 Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ... 25

12 Pembersihan sampel gigi dengna bur sikat dan bubuk pumice ... 26

13 Pencucian sampel gigi dibawah air mengalir ... 26

14 Perendaman gigi didalam NaOCl 5,25% ... 27

15 Pengamatan dan pencatatan jumlah akar gigi ... 27

16 Penandaan sampel gigi dengan pensil... 28

17 Sampel gigi yang sudah ditanam ... 28

18 Pemotongan sampel dengan menggunakan bur disc ... 29

19 Irigasi NaOCl kedalam kamar pulpa... 29

20 Pencarian orifisi dengan eksplorer endodontik ... 30

21 Pencarian orifisi dengan gates glidden bur ... 30


(13)

23 Pengamatan jumlah orifisi dengan menggunakan kaca pembesar ... 31


(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1 Skema alur pikir

2 Tabel hasil pengamatan gigi molar satu mandibula permanen

3 Tabel gambar hasil penelitian

4 Hasil statistik penelitian


(15)

Kedokteran Gigi

Bagian Biologi Oral

Tahun 2014

Joseph Dede Hartanta Ginting

Jumlah Orifisi Gigi Molar Satu Mandibula Permanen

viii + 47 halaman

Perawatan saluran akar sering mengalami kegagalan, yang umumnya disebabkan oleh ketidakmampuan dokter gigi dalam menemukan orifisi dari saluran akar gigi. Menemukan orifisi saluran akar gigi bukanlah hal yang mudah, khususnya pada gigi yang telah direstorasi berulang, karies, dan gigi yang telah dirawat saluran akarny, dimana anatomi normalnya telah disamarkan oleh perubahan yang terjadi berupa kalsifikasi pada kamar pulpa. Gigi molar satu mandibula permanen dapat memiliki jumlah orifisi yang beranekaragam dari dua hingga lima orifisi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui vatiasi jumlah orifisi, baik di mesial, maupun distal gigi molar satu mandibula permanen, serta untuk melihat hubungan antara jumlah akar gigi molar satu mandibula permanen dengan jumlah orifisi. Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif, dengan pendekatan cross sectional. Sampel yang digunakan adalah 25 gigi molar satu mandibula permanen (kiri dan kanan). Penelitian ini dilakukan dengan memotong gigi secara horizontal pada titik terendah cemento enamel junction, ekstirpasi saluran akar, dan pengamatan dengan kaca pembesar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variasi jumlah orifisi gigi molar satu mandibula permanen yang ditemukan adalah orifisi dua (44%), tiga (48%), dan empat (8%). Variasi jumlah orifisi mesial adalah orifisi satu (44%) dan dua (56%). Variasi jumlah orifis distal adalah orifisi satu (92%) dan dua (8%). Tidak ada hubungan antara jumlah akar gigi molar satu mandibula permanen dengan jumlah


(16)

orifisi (P=0,289). Berdasarkan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terdapat variasi jumlah orifisi pada gigi molar satu mandibula permanen. Tidak ada hubungan antara jumlah akar gigi molar satu mandibula permanen dengan jumlah orifisi.

Kata kunci : Orifisi gigi, jumlah orifisi gigi, jumlah akar gigi, gigi molar satu mandibula permanen


(17)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Dewasa ini, terjadi perubahan terhadap strategi perawatan gigi dimana pasien dan klinisi lebih berminat untuk mempertahankan gigi dengan perawatan konservatif dan menjadikan ekstraksi gigi sebagai pilihan terakhir dalam perawatan.1

Perawatan endodonti atau perawatan saluran akar adalah prosedur perawatan secara kimia dan mekanis yang dapat diterima secara biologis pada saluran akar untuk mengeliminasi penyakit pulpa dan periradikular serta untuk mempromosikan penyembuhan dan perbaikan jaringan radikular. Perawatan saluran akar memiliki tingkat kesulitan yang tinggi, sehingga sering terjadi kegagalan dalam perawatan.2,3

Penelitian Tavares dkk (2009) pada 1035 gigi yang telah dirawat saluran akar di Perancis menunjukkan bahwa tingkat kegagalan perawatan saluran akar mencapai 34%. Kegagalan dalam perawatan endodonti dapat disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu : pembersihan dan pengisian yang tidak adekuat pada saluran akar, restorasi mahkota yang tidak memadai, serta pengetahuan yang tidak adekuat mengenai anatomi saluran akar yang dapat menyebabkan adanya saluran akar yang tidak terawat dalam perawatan endodonti. 4,5 Penelitian Hoen dkk (2002) pada 1100 kasus perawatan endodonti yang mengalami kegagalan menunjukkan bahwa 42% dari penyebab kegagalan disebabkan oleh adanya saluran akar yang tidak terawat.6 Dalam melakukan perawatan endodonti, jumlah dan letak dari orifisi saluran akar pada gigi yang akan dirawat tidak dapat diprediksi, khususnya pada gigi yang telah direstorasi berulang kali, karies, dan gigi yang telah dipreparasi saluran akarnya, dimana anatomi normal dari gigi telah tersamarkan oleh perubahan yang terjadi, seperti : pembentukan dentin sekunder dan tersier.6,7

Penelitian Ahmed, dkk (2009) menyatakan bahwa gigi yang paling sering mendapat perawatan endodonti adalah gigi molar satu mandibula, karena gigi molar satu mandibula adalah gigi yang memiliki durasi paling lama didalam rongga mulut


(18)

dan memiliki variasi anatomis yang beranekaragam.8 Secara umum, gigi molar satu mandibula memiliki dua akar , dengan satu saluran akar di akar distal dan dua saluran akar pada akar mesial, akan tetapi berbagai variasi anatomis dapat dijumpai pada gigi ini, khususnya variasi dalam hal jumlah dari orifisi saluran akarnya. Ahmed, dkk (2013) pada penelitiannya di India menunjukkan bahwa dapat terjadi variasi jumlah orifisi saluran akar yang beranekaragam pada gigi molar satu mandibula permanen.9,10,11

Kurangnya pengetahuan mengenai variasi jumlah dari orifisi saluran akar dapat mengakibatkan terjadinya peningkatan resiko kegagalan perawatan saluran akar khususnya pada gigi molar satu mandibula permanen.8 Oleh karena itu, dibutuhkan pengetahuan yang adekuat mengenai variasi jumlah dari orifisi saluran akar gigi ini untuk mendukung keberhasilan dalam perawatan endodonti secara visual.

Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian jumlah orifisi gigi molar satu mandibula permanen.

1.2 Perumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan uraian di atas dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut : 1. Berapakah jumlah orifisi gigi molar satu mandibula permanen di Medan ? 2. Berapakah jumlah orifisi mesial gigi molar satu mandibula permanen di

Medan ?

3. Berapakah jumlah orifisi distal gigi molar satu mandibula permanen di Medan? 4. Apakah terdapat hubungan antara jumlah akar gigi molar satu mandibula

permanen dengan jumlah orifisi ?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini dapat dibagi menjadi dua, yaitu tujuan umum dan khusus :

1.3.1 Tujuan Umum

Penelitian ini memiliki tujuan umum untuk melihat variasi orifisi gigi molar satu mandibula permanen di Medan.


(19)

1.3.2 Tujuan Khusus

Penelitian ini memiliki tujuan khusus, yaitu :

1. Untuk melihat variasi jumlah orifisi mesial pada gigi molar satu mandibula permanen di Medan.

2. Untuk melihat variasi jumlah orifisi distal pada gigi molar satu mandibula permanen di Medan.

3. Untuk melihat hubungan jumlah akar gigi molar satu mandibula permanen dengan jumlah orifisi.

1.4 Hipotesa Penelitian

Ada hubungan jumlah akar gigi molar satu mandibula permanen dengan jumlah orifisi

1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Manfaat Teoritis

Sebagai bahan masukan untuk perkembangan ilmu pengetahuan kedokteran gigi, khususnya dibidang biologi oral dan ilmu konservasi gigi.

1.5.2 Manfaat Praktis

Sebagai informasi mengenai jumlah orifisi gigi molar satu mandibula di Medan dalam mendukung keberhasilan perawatan saluran akar gigi.


(20)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Embriologi Gigi

Pembentukan gigi dimulai dengan terbentuknya lamina dental dari epitel oral. Lamina dental kemudian berkembang menjadi selapis sel epitel dan berpenetrasi kedalam jaringan mesenkim disekitar maksila dan mandibula yang kemudian akan membentuk benih gigi.12

Benih gigi kemudian akan melalui tahap perkembangan yang disebut tahap bud, pada tahap ini terjadi perkembangan sel epitel yang dikelilingi oleh sel mesenkim. Secara bertahap sel epitel yang berbentuk bulat ini semakin membesar hingga memperoleh bentuk permukaan yang cekung yang merupakan pertanda dimulainya tahap perkembangan selanjutnya, yaitu tahap cap. Pada tahap cap sel epitel berkembang menjadi organ enamel dan sel mesenkim berkembang menjadi papila dental yang akan berkembang menjadi pulpa, jaringan yang mengelilingi kedua struktur ini disebut folikel dental. Folikel dental nantinya akan berkembang menjadi sementum, ligamen periodontal dan tulang alveolar.12

Setelah tahap cap gigi memasuki tahap morfodiferensisasi dan histodiferensiasi yang disebut tahap bell, pada tahap ini enamel organ telah berdifferensiasi menjadi sel epitel enamel dalam yang mengelilingi organ enamel dan sel epitel enamel luar yang akan berkembang menjadi ameloblas yang membentuk enamel pada mahkota gigi, sedangkan papila dental berkembang membentuk pulpa dan odontoblas yang akan berkembang lebih lanjut menjadi dentin.12

2.2 Pembentukan Akar

Seiring dengan pembentukan mahkota, terjadi proliferasi sel yang berlanjut pada bagian servikal atau dasar dari organ enamel, dimana sel epitel enamel luar dan dalam bergabung dan membentuk sarung akar. Ketika mahkota selesai terbentuk, sel pada bagian ini berkembang menjadi sel dengan lapisan berlapis ganda yang disebut


(21)

sarung epitel akar atau sering disebut juga sarung akar hertwig’s, yang perkembangannya akan menentukan panjang, kelengkungan, ketebalan serta jumlah dari akar gigi. 12

Seiring pembentukan dentin pada bagian akar, sarung akar mendeposit sementum intermediat , kemudian sarung akar memecah dan membentuk epithelial rest, yang kemudian berpindah ke daerah folikular. Di daerah folikular sel mesenkim dari folikel gigi bergerak diantara epithelial rest kearah permukaan akar gigi, kemudian berdifferensiasi menjadi sementoblas dan mulai mensekresi sementoid pada permukaan dari sementum intermediat. Sementoid adalah sementum yang belum terkalsifikasi yang nantinya akan berkalsifikasi menjadi sementum.12

2.3 Anatomi Gigi

Berdasarkan anatomi eksternalnya, gigi dibagi atas tiga bagian, yaitu : mahkota, servikal gigi/cemento enamel junction, dan akar gigi. Mahkota gigi adalah bagian gigi yang dapat dilihat pada rongga mulut yang dilapisi oleh enamel. Gigi geligi memiliki bentuk mahkota yang beranekaragam, sesuai dengan fungsinya di dalam rongga mulut.13

Secara histologis, lapisan gigi tersusun atas empat jaringan utama : enamel, dentin, sementum, dan pulpa. Enamel, dentin, dan sementum merupakan jaringan keras gigi yang mengandung mineral dan material inorganik, sedangkan pulpa merupakan jaringan lunak yang mengandung jaringan ikat, jaringan saraf dan pembuluh darah.14 Berbeda dengan mahkota gigi, Akar gigi adalah bagian dari gigi yang diselimuti oleh sementum.13

Enamel adalah jaringan bewarna putih dan merupakan jaringan paling keras pada tubuh manusia yang melindungi permukaan eksternal dari mahkota anatomis gigi. Sementum adalah jaringan keras yang menyelimuti akar gigi, dan memiliki ketebalan yang sama dengan tulang. Dentin adalah jaringan keras bewarna kuning yang berada dibawah lapisan enamel dan sementum, yang menyusun sebagian besar dari mahkota dan akar gigi (gambar 1). Ditengah-tengah dentin terdapat jaringan lunak tidak terkalsifikasi yang mengandung jaringan ikat, saraf dan pembuluh darah


(22)

yang disebut pulpa (gambar 1). Dentin dan pulpa tidak dapat dilihat dengan mata telanjang, kecuali pada gigi yang telah dipotong, dipreparasi, ataupun mengalami karies yang dalam.13,14

Berdasarkan waktu pembentukannya didalam gigi, dentin dibagi menjadi tiga jenis, yaitu : dentin primer, dentin sekunder, dan dentin tersier. Dentin primer adalah dentin yang terbentuk didalam gigi sebelum foramen apikal terbentuk sempurna. Dentin sekunder adalah dentin yang terbentuk didalam gigi setelah foramen apikal terbentuk sempurna, dan pembentukannya berlanjut seumur hidup. Dentin tersier adalah dentin yang terbentuk pada daerah tertentu sebagai respon terhadap injuri pada dentin yang terpapar pada daerah tersebut.13 Pembentukan dentin sekunder dan dentin tersier dapat menyebabkan volume kamar pulpa semakin mengecil dan pencarian orifisi saluran akar menjadi semakin sulit.15

Gambar 1. Anatomi gigi.16

2.4 Komponen Saluran Akar Gigi

Ruang pulpa dibagi menjadi dua bagian, yaitu pulpa korona (kamar pulpa) dan pulpa akar (saluran akar). Gambaran lainnya adalah tanduk pulpa, orifisi , saluran akar aksesoris (lateral), dan foramen apikalis.9

Seiring dengan bertambahnya usia, volume ruang pulpa semakin berkurang karena deposisi dentin sekunder yang terus terjadi, deposisi dari dentin ini terjadi


(23)

secara perlahan-lahan, dan meningkat setelah usia 35-40 tahun. Deposit dentin sekunder dapat menutupi orifisi saluran akar, sehingga menyebabkan pencarian orifisi saluran akar menjadi lebih sulit.15

2.4.1 Tanduk Pulpa

Tanduk pulpa adalah proyeksi kecil dari jaringan pulpa vital yang berada tepat dibawah cusp atau developmental lobe.17 Walaupun tanduk pulpa berbeda ketinggian dan lokasinya, tanduk pulpa tunggal cenderung berhubungan dengan tiap tonjol gigi posterior, sementara tanduk pulpa mesial dan distal cenderung terletak pada insisivus. Secara umum, tanduk pulpa gigi berusia muda terletak paling tinggi, tetapi pada gigi yang berusia lebih tua ketinggiannya menurun ke arah margin servikal .9

2.4.2 Kamar Pulpa

Kamar pulpa adalah ruangan di dalam gigi yang berisi pulpa dan dikelilingi oleh dentin. (gambar 3).17 Bentuk kamar pulpa, baik dalam arah longitudinal maupun dalam dimensi potongan melintangnya, bergantung pada bentuk mahkota; konfigurasi ini bervariasi sesuai proses penuaan dan/atau iritasi yang mengenainya.9 Pada dasar kamar pulpa terdapat orifisi yang merupakan jalan masuk kedalam saluran akar.7

2.4.3 Saluran Akar

Saluran akar adalah saluran utama yang berada didalam akar gigi yang berisi jaringan pulpa. Saluran akar berada sepanjang akar, dimulai sebagai orifisi berbentuk corong dan keluar sebagai foramen apikalis (gambar 3).9

Bentuk saluran akar bervariasi sesuai dengan bentuk, lengkung, dan besarnya akar. Ketidakteraturan dan penyimpangan pada anatomis saluran akar adalah hal yang biasa dijumpai, terutama pada gigi posterior.9


(24)

Gambar 2. Komponen saluran akar gigi.18

2.4.3.1 Orifisi Saluran Akar

Orifisi saluran akar adalah lubang jalan masuk ke dalam saluran akar.18 Orifisi merupakan bagian paling atas dari saluran akar gigi, yang dijadikan indikator oleh dokter gigi dalam mencari saluran akar gigi. Dalam melakukan perawatan saluran akar, dokter gigi harus mampu menemukan seluruh orifisi untuk mencegah adanya saluran akar yang tidak terawat, selain itu orifisi saluran akar juga menjadi penentu dari batas perluasan dari outline form eksternal dari preparasi kavitas pada perawatan saluran akar.

Gambar 3. Jumlah orifisi pada gigi mandibula.5


(25)

Dalam mengidentifikasi jumlah serta letak dari orifisi saluran akar pada gigi molar mandibula, dapat digunakan hukum anatomis sebagai berikut :

1.Hukum lokasi orifisi 1 : Orifisi dari saluran akar selalu terletak pada floor- wall junction (gambar 4).

2.Hukum lokasi orifisi 2 : Orifisi dari saluran akar terletak pada sudut yang dibentuk pada floor-wall junction (gambar 5).

3.Hukum lokasi orifisi 3 : Orifisi dari saluran akar terletak pada terminus dari developmental root fusion line (gambar 6).

4.Hukum simetris I : Orifisi saluran akar memiliki jarak yang sama dari garis yang ditarik dari arah mesial-distal sepanjang lantai kamar pulpa (gambar 7).

5.Hukum simetris 2 : Orifisi dari dari saluran akar terletak pada garis yang tegak lurus dengan garis yang ditarik dari arah mesi-distal sepanjang bagian tengah dari lantai kamar pulpa (gambar 7).

Hukum kesimetrisan dan hukum lokasi orifisi dapat digunakan untuk mengidentifikasi jumlah dan posisi dari orifisi saluran akar pada gigi, karena seluruh orifisi hanya dapat ditemukan disepanjang floor-wall junction , dengan menggunakan hukum lokasi orifisi kedua lokasi pasti dari orifisi saluran akar dapat ditemukan; sudut vertikal dari bentuk geometrik lantai ruang pulpa yang gelap dapat digunakan untuk mengidentifikasi secara spesifik lokasi dari orifisi saluran akar.7


(26)

Gambar 4. Orifisi (OL) terletak pada floor-wall junction (FWJ).9

Gambar 5. Orifisi (OL) terletak pada sudut antara lantai kamar pulpa dan FWJ.9


(27)

Gambar 6. Orifisi terletak pada development root fusion line (DRFL).9

Gambar 7. Hukum kesimetrisan letak orofisi gigi.9

2.4.4 Saluran Kanal Aksesori

Saluran kanal aksesori (lateral) adalah cabang lateral dari saluran akar utama yang membentuk hubungan antara pulpa dan periodonsium (gambar 2). Saluran akar ini mengandung jaringan ikat, pembuluh darah dan saraf serta dapat dijumpai di setiap ketinggian dibawah furkasi ke arah apeks, walaupun cenderung lebih banyak


(28)

dijumpai di sepertiga apeks dan pada gigi posterior. Dengan kata lain, semakin ke apeks dan semakin ke posterior letak giginya, semakin besar kemungkinan terdapatnya saluran akar aksesori pada gigi tersebut. 9

2.5 Kalsifikasi Pulpa

Kalsifikasi pulpa adalah proses deposisi substansi yang terkalsifikasi didalam pulpa gigi yang disebabkan oleh proses mineralisasi karena pengaruh berbagai iritan dan deposisi dari dentin karena proses penuaan. Kalsifikasi pulpa dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu : usia, kekuatan mastikasi , dan iritan jangka panjang seperti karies yang dalam.15,21,22

Seiring bertambahnya usia, terjadi pengurangan ukuran pulpa gigi karena deposisi dari dentin sekunder dan dentin tersier. Deposisi dentin sekunder merupakan bagian dari proses penuaan yang terjadi secara perlahan dan bertahap sepanjang hidup manusia dan semakin meningkat laju pembentukannya pada usia 35-40 tahun. Lokasi dari deposit dentin sekunder pada pulpa yang terkalsifikasi ditentukan oleh arah datangnya tekanan pengunyahan pada gigi tersebut. 15,21

Pada gigi yang terpapar iritan jangka panjang, seperti karies yang dalam, atrisi maupun tekanan pengunyahan yang berlebih, akan terjadi pembentukan dentin yang terlokalisir sesuai dengan arah datangnya iritan tersebut, dentin yang terbentuk disebut dengan dentin tersier atau dentin reparatif. Pembentukan dentin reparatif bersama dengan dentin sekunder dapat menyebabkan perawatan saluran akar menjadi semakin sulit, karena pada gigi yang terkalsifikasi ruang pulpa semakin kecil dan orifisi dapat menjadi tidak terlihat dan semakin sulit untuk ditemukan.15,22

2.6 Gigi Molar Satu Permanen

Gigi molar permanen adalah gigi permanen yang terletak paling posterior dan memiliki ukuran paling besar diantara seluruh gigi permanen. Gigi molar umumnya memiliki akar jamak, dimana gigi molar maksila umumnya memiliki tiga akar, sedangkan gigi molar manfibula umumnya memiliki dua akar.23


(29)

2.6.1 Gigi Molar Satu Maksila Permanen

Gigi molar satu maksila permanen adalah gigi yang pertama erupsi dan memiliki ukuran terbesar di rahang atas. Gigi ini memiliki bentuk oklusal yang rhomboid dan memiliki empat cusp fungsional, dua cusp dibagian bukal (mesiobukal dan distobukal) dan dua di bagian palatinal (mesiopalatal dan distopalatal) (gambar 8). Gigi ini umumnya memiliki tiga akar yang terletak di bagian mesiobukal, distobukal, dan palatal (gambar 8).23


(30)

2.6.2 Gigi Molar Satu Mandibula Permanen

Gigi molar satu mandibula permanen merupakan gigi yang paling sering direstorasi, dan mendapat perawatan saluran akar. Gigi ini merupakan gigi permanen yang pertama erupsi di rongga mulut, yaitu pada usia 6-7 tahun.23

Mahkota dari gigi ini memiliki lima cusp fungsional; tiga cusp di bagian bukal (mesiobukal, distobukal, dan distal) dan dua cusp di bagian lingual (mesiolingual dan distolingual) (gambar 9). Cusp mesiobukal merupakan cusp yang memiliki ukuran paling besar dan lebar pada gigi ini.18


(31)

Secara umum, gigi molar satu mandibula memiliki dua akar (gambar 9), satu di bagian mesial dan satu di distal. Akar mesial pada gigi ini memiliki ukuran yang lebih lebar dan melengkung ke arah mesial dari garis servikal hingga sepertiga akar, kemudian melengkung ke arah distal hingga apeks gigi. Gigi molar satu mandibula permanen juga memiliki variasi jumlah akar yang beranekaragam, dimana dapat dijumpai jumlah akar lebih dari dua, seperti : akar distal yang bercabang menjadi dua, ataupun adanya akar tambahan di bagian distolingual yang disebut radix entomolaris.18,23

Gigi molar satu mandibula umumnya memiliki tiga saluran akar; dua saluran akar di akar mesial dan satu saluran akar besar berbentuk oval di bagian distal. Pada akar mesial terdapat saluran akar mesiobukal dan mesiolingual, akan tetapi terkadang dapat terjadi variasi dimana ditemukan saluran akar tambahan diantaranya yang disebut saluran akar mesial tengah dengan insidensi hingga 15%. 25

Orifisi dari saluran akar mesial umumnya terpisah satu sama lain dan dihubungkan oleh developmental groove. Orifisi mesiobukal umumnya berada dibawah cusp mesiobukal, orifisi mesiolingual terletak pada bagian lingual dari groove utama, jika terdapat saluran akar mesial tengah, orifisi dari saluran akar ini terletak pada groove diantara orifisi mesiobukal dan mesiolingual. 26

Jika hanya ditemukan satu saluran akar distal, orifisi nya berbentuk oval dan terletak pada bagian distal dari groove bukal, meskipun umumnya hanya terdapat satu saluran akar distal, praktisi tetap harus mencari dengan asumsi adanya saluran akar tambahan, karena meskipun jarang, dapat terjadi variasi dimana terdapat orifisi tambahan di bagian mesiodistal.26


(32)

Gambar 10. Variasi jumlah orifisi molar satu mandibula permanen (B=bukal, L = Lingual, M = Mesial, D = Distal, MB = Mesiobukal, MM = Middle Mesial, ML=Mesiolingual).18


(33)

2.7 Kerangka Teori Benih Gigi Organ Enamel Retikulum Stellata Stratum Intermedium Epitel Enamel Luar Epitel Enamel Dalam Dental Papila Folikel Dental Odontoblas Dentin Seludang akar Hertwig’s Sementum

Jumlah Akar Gigi

Pulpa

Kamar Pulpa Undifferentiated

Mesenchymal cells fibroblast

Orifisi Saluran Akar Sekresi

sementoid Sementum Intermediat


(34)

2.8 Kerangka Konsep

Benih Gigi

Organ Enamel

Dental Papila

Undifferentiated Mesenchymal cells fibroblast

Orifisi Saluran Akar

Pengamatan jumlah orifisi

saluran akar Pulpa

Kamar Pulpa

Data persentase jumlah orifisi saluran akar pada gigi molar satu

mandibula permanen Seludang akar

Hertwig’s

Sementum

Jumlah Akar Gigi Sekresi sementoid

Akar Gigi Sementum Intermediat


(35)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian deskriptif dengan pendekatan cross-sectional yang dimana setiap sampel diperiksa satu kali pada suatu saat tertentu.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2.1 Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Departemen Biologi Oral Fakultas Kedokteran Gigi USU.

3.2.2 Waktu Penelitian

Waktu penelitian yang dibutuhkan untuk melakukan penelitian ini adalah dua bulan yaitu bulan Maret sampai April 2014.

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian 3.3.1 Populasi Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah gigi molar satu mandibula permanen yang sudah diekstraksi.

3.3.2 Sampel Penelitian

Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah gigi molar satu mandibula yang sudah diekstraksi dan diperoleh dari beberapa tempat praktek dokter gigi dan puskesmas di Medan tanpa mempertimbangkan gen, jenis kelamin, suku, dan umur.


(36)

Pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah consecutive sampling. Consecutive sampling adalah teknik pengambilan sampel yang sesuai dengan kriteria pemilihan hingga jumlah sampel terpenuhi.

3.3.2.1 Besar Sampel

Adapun rumus yang digunakan untuk menentukan banyaknya sampel pada penelitian ini adalah:22

Besar sampel =

Zα = Derajat kepercayaan penelitian sebelumnya (95% = 1,96) P = Proporsi penelitian sebelumnya (66 % = 0,66)

Q = 1- P (1-0,66 = 0,34)

D = limit error atau presisi absolut (20%)

Maka, banyak sampel yang diperlukan dalam penelitian ini adalah

n=

=

=


(37)

Jadi banyaknya sampel yang diperlukan dalam penelitian ini 22 gigi.

3.4 Kriteria Inklusi dan Ekslusi 3.4.1 Kriteria Inklusi

1. Gigi molar satu mandibula permanen dengan fraktur pada sepertiga apikal.

2. Gigi molar satu mandibula permanen dengan karies mencapai enamel. 3. Gigi molar satu mandibula permanen dengan atrisi mencapai enamel. 4. Gigi molar satu mandibula permanen dengan abrasi mencapai enamel 5. Gigi molar satu mandibula permanen dengan restorasi tambalan mencapai

enamel.

3.4.2 Kriteria Eksklusi :

1. Gigi pasca perawatan endodonti. 2. Gigi dengan atrisi patologis. 3. Gigi dengan karies profunda. 4. Gigi yang telah ditrepanasi.

5. Gigi yang telah direstorasi crown dan onlay.

6. Gigi dengan kelainan gigi bawaan seperti mikrodontia dan makrodontia.

3.5 Variabel Penelitian 3.5.1 Variabel Bebas

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah gigi molar satu mandibula permanen.

3.5.2 Variabel Terikat

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah jumlah orifisi gigi molar satu mandibula permanen.


(38)

3.5.3 Variabel Terkendali 1. Teknik pemotongan gigi

2. Teknik ekstirpasi saluran akar (teknik standardized)

3.5.4 Variabel Tidak Terkendali 1. Genetik

2. Suku

3. Jenis kelamin

4. Umur

Variabel Bebas :

• Gigi molar satu mandibula permanen

Variabel Terikat :

• Jumlah orifisi gigi molar satu mandibula permanen

Variabel Terkendali:

• Teknik pemotongan gigi

• Teknik ekstirpasi saluran akar ( teknik standardized)

Variabel Tidak Terkendali :

• Genetik

• Suku

• Jenis kelamin


(39)

3.6 Defenisi Operasional

Defenisi operasional dalam penelitian ini yaitu :

1. Gigi molar satu mandibula adalah gigi yang pada anatomi normal terletak pada urutan keenam dihitung dari garis tengah wajah pada rahang bawah baik kiri maupun kanan, memiliki lima cusp yaitu cusp mesiobukal, mesiolingual, distolingual, distobukal, dan distal.

2. Orifisi Saluran akar adalah lubang jalan masuk ke dalam saluran akar.

3. Dentin sekunder adalah dentin yang terbentuk didalam gigi setelah foramen apikal terbentuk sempurna, dan pembentukannya berlanjut seumur hidup.

4. Dentin tersier adalah dentin yang terbentuk pada daerah tertentu sebagai respon terhadap injuri pada dentin yang terpapar pada daerah tersebut.

5. Karies superfisial adalah karies yang hanya mengenai enamel gigi. 6. Karies profunda adalah karies yang mencapai pulpa

7. Fraktur gigi adalah terputusnya kontinuitas jaringan gigi yang umumnya disebabkan oleh trauma.

8. Kalsifikasi pulpa adalah proses kalsifikasi yang terjadi didalam pulpa yang disebabkan oleh proses mineralisasi sebagai respon terhadap iritan dan proses penuaan.

9. Abrasi gigi adalah hilangnya struktur gigi akibat keausan mekanik yang abnormal. 10.Atrisi gigi adalah ausnya permukaan gigi akibat kontak yang terjadi antar gigi

maupun antara gigi dengan tambalan karena gerakan pengunyahan.

11.Pumice adalah bahan polish kedokteran gigi yang berbentuk bubuk yang digunakan untuk membersihkan debris gigi.


(40)

3.7 Bahan dan Alat Penelitian 3.7.1 Bahan Penelitian

a. Gigi molar satu mandibula permanen sesuai kriteria inklusi dan eksklusi

b. Natrium Hipoklorit (NaOCl) 5,25% ( Baycline, PT. Johnson Home Hygine Product, Indonesia)

c. Tissue

3.7.2 Alat Penelitan

a. Bur diamond bentuk disc (Microdont, Brazil) b. Gates glidden bur (Sendoline, Swedia) c. Bur sikat (dentsply, Amerika)

d. Masker

e. Eksplorer Endodonti (Dentica, Pakistan) f. Sarung tangan

g. Pinset (Dentica, Pakistan)

h. Jarum Ekstirpasi (IMD, Amerika) i. Micromotor (Strong, Korea) j. Spuit 1,5cc (Terumo, Indonesia) k. Wadah perendaman


(41)

Gambar 11. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian; Mikromotor, strong korea (A), Jarum ekstirpasi (Nerve Broach), IMD-Amerika (B), spuit, terumo-Indonesia (C), Wadah penanaman (D), Kaca Pembesar, Joyko-Cina.

A B

C D


(42)

3.8 Prosedur Penelitian

A. Tahap Pembersihan sampel gigi

• Sampel gigi dibersihkan menggunakan bur sikat dan bubuk pumice (gambar 12).

• Sampel gigi dicuci dibawah air mengalir (gambar 13).

• Sampel gigi dikeringkan dengan tissue.

Gambar 12. Pembersihan sampel gigi dengan bur sikat dan bubuk pumice (dokumentasi).

Gambar 13. Pencucian sampel gigi dibawah air mengalir (dokumentasi).


(43)

B. Tahap Perendaman Sampel Gigi

• Sampel Gigi direndam dalam larutan natrium hipoklorit (NaOCl) 5,25% selama satu jam untuk menghilangkan jaringan yang tersisa (gambar 14).

• Sampel gigi dicuci dibawah air mengalir.

• Sampel gigi dikeringkan dengan tissue.

Gambar 14. Perendaman sampel gigi didalam NaOCl 5,25% (dokumentasi).

C. Tahap Pengamatan dan Pencatatan Jumlah Akar Sampel Gigi

• Sampel gigi diamati dan dicatat jumlah akarnya (gambar 15).

Gambar 15. Pengamatan dan pencatatan jumlah akar gigi (dokumentasi).


(44)

D. Tahap Penandaan Sampel Gigi

• Tarik garis horizontal pada setengah apikal gigi untuk panduan dalam penanaman gigi dengan menggunakan pensil (gambar 16).

• Tarik garis horizontal pada titik terendah cemento enamel junction sampel gigi untuk panduan dalam pemotongan gigi dengan menggunakan pensil (gambar 16).

Gambar 16. Penandaan sampel gigi dengan pensil (dokumentasi).

E. Tahap Penanaman Sampel Gigi

• Aduk dental stone dengan menggunakan rubber bowl dan spatel.

• Tuangkan adonan dental stone kedalam wadah.

• Tanam sampel gigi hingga batas yang telah ditentukan (gambar 17).

Gambar 17. Sampel gigi yang sudah ditanam (dokumentasi).


(45)

F. Tahap Pemotongan Sampel Gigi

• Potong sampel gigi dengan menggunakan bur disc pada garis yang telah ditentukan (gambar 18).

Gambar 18. Pemotongan sampel dengan menggunakan bur disc (dokumentasi).

G. Tahap Pencarian Orifisi Gigi

• Irigasi ruang pulpa dengan larutan natrium hipoklorit (NaOCl) 5,25% untuk membersihkan debris yang tersisa (gambar 19).

• Keringkan dengan menggunakan pus-pus.

• Lakukan pencarian orifisi dengan menggunakan eksplorer endodonti (gambar 20).

• Jika terjadi kalsifikasi dapat digunakan gates glidden bur (gambar 21).

Gambar 19. Irigasi NaOCl kedalam kamar pulpa (dokumentasi).


(46)

Gambar 20. Pencarian orifisi saluran akar gigi dengan eksplorer endodontik (dokumentasi).

Gambar 21. Pencarian orifisi dengan gates glidden bur (dokumentasi). H. Tahap Ekstirpasi Sampel Gigi

• Ekstirpasi saluran akar yang ditemukan dengan teknik standardized menggunakan file endodonti nomor 15.

• Irigasi saluran akar dengan larutan natrium hipoklorit (NaOCl) 5,25%

• Ekstirpasi saluran akar dengan file endodonti yang lebih besar


(47)

Gambar 22. Ekstirpasi saluran akar gigi (dokumentasi).

I. Tahap Pengamatan dan Pencatatan Hasil Pengamatan Sampel Gigi

• Amati jumlah orifisi yang telah ditemukan dengan menggunakan kaca pembesar (gambar 23).

• Catat hasil pengamatan pada tabel yang disediakan.

Gambar 23. Pengamatan jumlah orifisi dengan menggunakan kaca pembesar (dokumentasi).

3.9 Pengolahan dan Analisa Data

Pengolahan data pada penelitian ini dilakukan secara komputerisasi dengan menggunakan program spss versi 17. Pelaporan data penelitian adalah dengan memaparkan hasil pengamatan jumlah orifisi saluran akar gigi molar satu mandibula permanen dalam bentuk persentase, dan tabel


(48)

3.10 Kerangka Penelitian

I. Tahap Pembersihan Gigi dan Pengamatan Jumlah Akar

II. Tahap Penanaman Gigi

III. Tahap Pemotongan gigi

Penanaman gigi kedalam wadah berisi dental stone Pengamatan jumlah akar gigi

Cuci dan keringkan

Rendam dalam larutan natrium hipoklorit (NaOCl) 5,25% Molar Satu Mandibula

Rendam Dalam Larutan Saline (NaCl) 0,9%

Bersihkan dengan menggunakan bur sikat (Dentsply, Amerika)

Cuci dibawah air mengalir

Buat garis horizontal 1mm dibawah batas terendah cemento enamel junction dengan pensil


(49)

IV. Tahap Ekstirpasi Saluran Akar

V. Tahap Pengamatan

Irigasi kamar pulpa dengan NaOCl 5,25%

Amati jumlah dari orifisi yang telah ditemukan dengan kaca pembesar (Joyko, Cina)

Potong sampel gigi dengan bur disc (Microdont, Brazil) pada garis yang telah dibuat dari arah mesial-distal.

Cari orifisi dengan explorer endodonti ( Dentica, Pakistan) atau gates glidden bur (Sendoline, Swedia)

Ekstirpasi saluran akar dengan teknik standardized menggunakan file endodonti (IMD, Amerika)

Pencatatan hasil pengamatan.

Data persentase jumlah orifisi saluran akar gigi molar satu mandibula permanen


(50)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui variasi jumlah orifisi gigi molar satu mandibula permanen. Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan rancangan penelitian cross sectional. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret hingga Mei 2014. Subjek yang diteliti adalah sebanyak 25 sampel gigi molar satu mandibula permanen yang sesuai dengan kriterian inklusi dan eksklusi. Sampel merupakan gigi molar satu mandibula permanen yang telah dicabut, tanpa informasi umur, jenis kelamin, dan suku, karena sampel diperoleh berdasarkan gigi yang telah terkumpul di puskesmas dan praktek dokter gigi di kota Medan tanpa pencatatan informasi sebelumnya. Jumlah sampel yang digunakan terdiri dari 17 gigi molar satu mandibula kiri dan 8 gigi molar satu mandibula kanan, dengan satu sampel gigi memiliki fraktur pada 1/3 apikal.

Sampel yang akan diteliti dibersihkan terlebih dahulu dengan menggunakan bubuk pumis dan bur sikat, kemudian dicuci dibawah air mengalir, selanjutnya sampel yang telah dibersihkan direndam didalam larutan NaOCl 5,25% dan kembali dicuci dibawah air mengalir. Sampel yang telah dibersihkan kemudian ditandai, kemudian ditanam kedalam wadah berisi dental stone.7 Setelah dental stone mengeras, sampel gigi dipotong pada garis yang telah dibuat pada batas terendah dari cemento enamel junction dan diirigasi dengan larutan NaOCl 5,25% untuk membersihkan debris sisa pemotongan, kemudian dikeringkan dengan menggunakan pus-pus.7 Setelah ruang pulpa dikeringkan, dilakukan pencarian orifisi dengan menggunakan sonde lurus dan gates glidden bur. Orifisi yang telah ditemukan kemudian diekstirpasi dengan menggunakan file endodonti hingga file nomor 40 dan diamati dengan menggunakan kaca pembesar. Hasil pengamatan yang diperoleh kemudian dicatat didalam tabel pengamatan yang telah disediakan.7 Data hasil pengamatan kemudian diolah secara komputerisasi dengan menggunakan program SPSS versi 17.


(51)

4.1 Distribusi Persentase Jumlah Orifisi Gigi Molar Satu Mandibula Permanen

Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, jumlah orifisi gigi molar satu mandibula permanen pada sampel penelitian ini ditunjukkan pada tabel 1.

Tabel 1. Distribusi Persentase Jumlah Orifisi Gigi Molar Satu Mandibula Permanen.

Tabel 1 menunjukkan bahwa dari 25 sampel gigi, variasi jumlah orifisi dengan frekuensi tertinggi adalah jumlah orifisi tiga (48%), diikuti oleh jumlah orifisi dua (44%), dan jumlah orifisi empat (8%). Variasi jumlah orifisi tiga terdiri dari 32% molar satu mandibula permanen kiri dan 16% kanan. Variasi jumlah orifisi dua terdiri dari 32% molar satu mandibula permanen kiri dan 12% kanan. Variasi jumlah orifisi empat terdiri dari 4% molar satu mandibula kiri dan 4% kanan. Pada penelitian ini tidak ditemukan gigi molar satu mandibula permanen dengan variasi jumlah orifisi lima.

4.2 Distribusi Persentase Jumlah Orifisi Mesial Gigi Molar Satu Mandibula Permanen

Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, jumlah orifisi mesial gigi molar satu mandibula permanen pada sampel penelitian ini ditunjukkan pada tabel 2.

Molar Satu Mandibula Permanen Jumlah Orifisi Total (%) 2 (%) 3 (%) 4 (%) 5 (%)

Kiri 8

(32) 8 (32) 1 (4) 0 (0) 17 (68)

Kanan 3

(12) 4 (16) 1 (4) 0 (0) 8 (32)

Total 11

(44) 12 (48) 2 (8) 0 (0) 25 (100)


(52)

Tabel 2. Distribusi Persentase Jumlah Orifisi Mesial Gigi Molar Satu Mandibula Permanen.

Molar Satu Mandibula Permanen

Jumlah Orifisi Mesial

Total (%) 1 (%) 2 (%) 3 (%)

Kiri 8

(32) 9 (36) 0 (0) 17 (68)

Kanan 3

(12) 5 (20) 0 (0) 8 (32)

Total 11

(44) 14 (56) 0 (0) 25 (100)

Tabel 2 menunjukkan bahwa dari 25 sampel gigi, variasi jumlah orifisi mesial dengan frekuensi tertinggi adalah jumlah orifisi dua (56%), diikuti oleh jumlah orifisi satu (44%). Variasi jumlah orifisi dua terdiri dari 36% molar satu mandibula permanen kiri dan 20% kanan. Variasi jumlah orifisi satu terdiri dari 32% molar satu mandibula permanen kiri dan 12% kanan. Pada penelitian ini tidak ditemukan gigi molar satu mandibula permanen dengan variasi jumlah orifisi mesial tiga.

4.3 Distribusi Persentase Jumlah Orifisi Distal Gigi Molar Satu Mandibula Permanen

Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, jumlah orifisi distal gigi molar satu mandibula permanen pada sampel penelitian ini ditunjukkan pada tabel 3.

Tabel 3. Distribusi Persentase Jumlah Orifisi Distal Gigi Molar Satu Mandibula Permanen.

Molar Satu Mandibula Permanen

Jumlah Orifisi Distal

Total (%) 1 (%) 2 (%) 3 (%)

Kiri 16

(64 ) 1 (4) 0 (0) 17 (68)

Kanan 7

(28) 1 (4) 0 (0) 8 (32)

Total 23

(92) 2 (8) 0 (0) 25 (100)


(53)

Tabel 3 menunjukkan bahwa dari 25 sampel gigi, variasi jumlah orifisi distal dengan frekuensi tertinggi adalah jumlah orifisi satu (92%), diikuti oleh jumlah orifisi dua (8%). Variasi jumlah orifisi satu terdiri dari 64% molar satu mandibula permanen kiri dan 28% kanan. Variasi jumlah orifisi dua terdiri dari 4% molar satu mandibula permanen kiri dan 4% kanan. Pada penelitian ini tidak ditemukan gigi molar satu mandibula permanen dengan variasi jumlah orifisi distal tiga.

4.4 Hubungan Jumlah Akar dengan Jumlah Orifisi Gigi Molar Satu Mandibula Permanen.

Berdasarkan Pengamatan yang telah dilakukan, hubungan jumlah akar dengan jumlah orifisi dari gigi molar satu mandibula permanen pada sampel penelitian ini ditunjukkan pada tabel 4.

Tabel 4. Uji Korelasi Hubungan Jumlah Akar Dan Jumlah Orifisi Gigi Molar Satu Mandibula Permanen.

Molar Satu Mandibula Permanen

Jumlah

Akar Jumlah Orifisi Total (%) P 2 (%) 2 (%) 3 (%) 4 (%) 0,289

Kiri 17

(68) 8 (32) 8 (32) 1 (4) 17 (68)

Kanan 8

(32) 3 (12) 4 (16) 1 (4) 8 (32)

Total 25

(100) 11 (44) 12 (48) 2 (8) 25 (100)

Hasil analisa data menggunakan uji spearman menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara jumlah akar gigi molar satu mandibula permanen dengan jumlah orifisi (derajat signifikansi 5%) , hal ini ditunjukkan dari nilai p = 0,289 atau p>0,05.


(54)

BAB 5 PEMBAHASAN

Perawatan saluran akar memiliki tingkat kesulitan yang tinggi, Tavares dkk pada tahun 2009 di Perancis menyatakan bahwa tingkat kegagalan dalam perawatan saluran akar mencapai 34%. Kegagalan dalam perawatan saluran akar dapat disebabkan oleh berbagai hal, antara lain: pembersihan dan pengisian saluran akar yang tidak adekuat, restorasi mahkota gigi yang tidak adekuat, serta sulitnya menemukan orifisi gigi secara klinis.2,3,4,5

Hoen dkk pada tahun 2002 menunjukkan bahwa 42% dari 1100 perawatan endodonti yang gagal disebabkan oleh adanya saluran akar yang tidak terawat. Hal ini dapat terjadi, karena saat melakukan perawatan saluran akar, jumlah dan letak dari orifisi saluran akar tidak dapat diprediksi, khususnya pada gigi yang telah direstorasi berulang kali, karies, dan gigi telah dipreparasi saluran akarnya, dimana anatomi normal dari gigi telah tersamarkan oleh perubahan yang terjadi, seperti : pembentukan dentin tersier dan sekunder. Oleh sebab itu dibutuhkan pengetahuan dan informasi yang adekuat mengenai variasi jumlah orifisi dari gigi untuk mendukung keberhasilan dari perawatan saluran akar gigi.6,7

Penelitian Tareen, dkk (2012) pada 290 gigi yang membutuhkan perawatan endodonti, menunjukkan bahwa gigi yang paling sering mendapat perawatan endodonti adalah gigi molar satu mandibula permanen (22,75%) , karena gigi ini adalah gigi yang memiliki durasi paling lama di rongga mulut. Secara umum gigi molar satu mandibula permanen memiliki dua akar di mesial dan distal, dengan dua saluran akar pada akar mesial dan satu saluran akar pada akar distal, akan tetapi dapat terjadi berbagai variasi anatomis pada gigi ini, khususnya dalam hal jumlah dari orifisi saluran akarnya. Pada umumnya gigi ini memiliki tiga orifisi, dua orifisi pada akar mesial dan satu orifisi pada akar distal, akan tetapi dapat terjadi variasi jumlah yang beranekaragam pada gigi ini. Penelitian Ahmed, dkk (2013) pada 100 gigi molar satu mandibula permanen di Mumbai, menunjukkan bahwa jumlah orifisi


(55)

pada gigi molar satu mandibula permanen dapat bervariasi hingga lima orifisi dalam satu gigi. Oleh sebab itu dibutuhkan pengetahuan yang adekuat mengenai variasi jumlah orifisi saluran akar pada gigi molar satu mandibula permanen untuk mendukung keberhasilan dalam melakukan tindakan perawatan saluran akar pada gigi ini.8,9,10

Berdasarkan hal diatas, penelitian ini dilakuan dengan tujuan untuk melihat variasi jumlah dari orifisi saluran akar pada gigi molar satu mandibula permanen.

5.1 Variasi Jumlah Orifisi Gigi Molar Satu Mandibula Permanen

Keberhasilan dalam melakukan perawatan saluran akar ditentukan oleh kemampuan dokter gigi dalam menemukan dan merawat seluruh saluran akar yang ada didalam gigi. Saluran akar gigi terdiri dari : orifisi saluran akar gigi yang terletak di bagian paling atas dari komponen saluran akar, yang berbentuk lubang dan merupakan jalan masuk kedalam saluran akar, saluran akar gigi, dan foramen apikal yang terletak pada bagian paling bawah dari saluran akar (gambar 2). Oleh sebab itu untuk dapat merawat seluruh saluran akar gigi, dokter gigi harus terlebih dahulu menemukan seluruh orifisi dari saluran akar gigi.5,7,27

Jumlah orifisi dari gigi sangat beranekaragam dan tidak dapat bervariasi jumlahnya pada setiap individu. Gigi molar satu mandibula adalah gigi yang paling sering mendapat perawatan endodonti dan memiliki jumlah orifisi yang bervariasi. Secara umum literatur menunjukkan bahwa orifisi saluran akar gigi ini berjumlah tiga hingga empat buah, akan tetapi Ahmed, dkk (2013) pada penelitiannya di India menunjukkan bahwa, dapat terjadi variasi yang beraneka ragam dalam hal jumlah orifisi pada gigi ini, dari jumlah orifisi tiga hingga lima dalam satu gigi. 24,25,26 Pada penelitian ini variasi jumlah orifisi yang ditemukan adalah jumlah orifisi dua, jumlah orifisi tiga, dan jumlah orifisi empat. Tidak dijumpai gigi molar satu mandibula permanen dengan jumlah orifisi lima (tabel 1)5,18,26,28,29

Sampel yang digunakan di dalam penelitian ini adalah 25 gigi molar satu mandibula permanen yang diperoleh dari puskesmas dan praktek dokter gigi di kota medan. Sampel terdiri dari 17 gigi molar satu mandibula permanen kiri (68%) dan 8


(56)

gigi molar satu mandibula permanen kanan (32%) (tabel 1), yang sesuai kriteria inklusi dan eksklusi, karena pada gigi ini belum terjadi perubahan terhadap anatomi dari komponen saluran akar; seperti kalsifikasi yang disebabkan oleh pembentukan dentin sekunder pada proses penuaan, maupun pembentukan dentin tersier sebagai respon terhadap trauma. Pada penelitian ini diambil gigi dari kedua regio karena sulitnya memperoleh sampel yang seragam dan sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi.

Pada hasil penelitian ini (tabel 1) dapat dilihat variasi jumlah orifisi dengan frekuensi tertinggi adalah gigi molar satu mandibula permanen dengan tiga orifisi (48%), diikuti oleh jumlah orifisi dua (44%), dan jumlah orifisi empat (8%). Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya oleh Ahmed, dkk. (2013) di Mumbai India, dimana diperoleh variasi jumlah orifisi dengan frekuensi tertinggi adalah jumlah orifisi tiga (66%), diikuti oleh jumlah orifisi empat (30%), dan jumlah orifisi lima (4%).

Akar mesial dari gigi molar satu mandibula permanen umumnya memiliki orifisi berjumlah dua buah, akan tetapi beberapa laporan kasus menunjukkan bahwa dapat terjadi variasi yang beranekaragam hingga empat jumlah orifisi dalam satu akar mesial. 5,18,25,27 Pada penelitian ini variasi jumlah orifisi mesial yang ditemukan adalah jumlah orifisi mesial satu dan jumlah orifisi mesial dua.

Pada penelitian ini (tabel 2) variasi jumlah orifisi mesial gigi molar satu mandibula permanen dengan frekuensi tertinggi adalah gigi molar satu mandibula permanen dengan dua orifisi pada akar mesial (56%), diikuti oleh satu orifisi (44%). Hal ini sesuai dengan hasil penelitian sebelumnya oleh Zaatar, dkk. (1998) di Kuwait, dimana dijumpai persentase gigi dengan jumlah orifisi mesial dua sebanyak 63,3% dan jumlah orifisi mesial satu sebanyak 34,7%. Pada penelitian ini tidak ditemukan gigi molar satu mandibula dengan tiga orifisi mesial, meskipun Ahmed, dkk. (2013) menunjukkan bahwa persentase variasi dari gigi molar satu mandibula permanen mencapai 15%.26,27,28

Akar distal umumnya memiliki satu orifisi, yang berada di tengah akar distal, tetapi beberapa penelitian menunjukkan bahwa dapat terjadi variasi jumlah orifisi


(57)

yang beranekaragam pada akar gigi ini dimana ditemukan variasi hingga tiga orifisi dalam satu akar distal.5,26,28,29,30

Pada penelitian ini (tabel 3) variasi jumlah orifisi pada akar distal dengan frekuensi tertinggi pada penelitian ini adalah gigi molar satu mandibula permanen dengan satu orifisi distal (92%). Hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya oleh Pattanshetti, dkk (2008) di Kuwait dimana ditemukan variasi jumlah orifisi saluran akar pada akar distal dengan frekuensi tertinggi adalah jumlah orifisi satu dengan persentase sebesar 95,5%. 26

Pada penelitian ini juga ditemukan gigi molar satu mandibula dengan dua orifisi distal dengan persentase yang jauh lebih sedikit, yaitu sebesar 8% (tabel 3), berbeda dengan penelitian sebelumnya oleh Ahmed, dkk (2013) di India dimana ditemukan gigi molar satu mandibula dengan dua orifisi distal mencapai 23%. Pada penelitian ini tidak ditemukan gigi molar satu mandibula dengan jumlah orifisi distal tiga, seperti yang ditemukan pada beberapa laporan kasus. 27,28,29,30

Perbedaan variasi jumlah orifisi yang ditemukan pada penelitian ini dengan penelitian sebelumnya dapat disebabkan oleh divergensi ras, dimana pada penelitan sebelumnya oleh Ahmed, dkk. (2013) penelitian dilakukan pada populasi di India, sedangkan penelitian ini dilakukan pada populasi di Indonesia, dimana sebelumnya belum pernah dilakukan penelitian mengenai jumlah orifisi di Indonesia. Chourasia, dkk. (2012) pada penelitiannya di India menyatakan bahwa populasi di India cenderung memiliki persentase kemunculan jumlah saluran akar empat yang lebih tinggi (36%).28,29

Perbedaan persentase variasi jumlah orifisi gigi molar satu mandibula permanen pada penelitian ini dan penelitian sebelumnya dapat disebabkan oleh perbedaan jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian, dimana penelitian sebelumnya menggunakan jumlah sampel sebanyak 100 gigi molar satu mandibula, sedangkan pada penelitian ini menggunakan 25 gigi molar satu mandibula, tanpa mempertimbangkan suku, jenis kelamin, dan genetik. Oleh sebab itu, dapat dilakukan penelitian lebih lanjut untuk melihat faktor-faktor yang dapat mempengaruhi jumlah dari orifisi gigi molar satu mandibula permanen


(58)

Uji korelasi Spearman jumlah akar dengan jumlah orifisi gigi molar satu mandibula permanen pada penelitian ini (tabel 4) menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara jumlah akar dengan jumlah orifisi gigi molar satu mandibula permanen (p>0,05) (H0 ditolak), dimana dari 25 sampel gigi molar satu mandibula permanen dengan akar dua yang diteliti, ditemukan jumlah orifisi dengan variasi yang beraneka ragam. Hal ini menunjukkan bahwa jumlah dari akar gigi tidak menentukan jumlah orifisi yang terdapat didalam gigi tersebut, oleh sebab itu jumlah akar gigi tidak dapat dijadikan pedoman dalam menentukan variasi jumlah orifisi yang terdapat didalam gigi tersebut.

Jumlah dari orifisi saluran akar gigi sering diidentikkan dengan jumlah dari saluran akar gigi, akan tetapi American Association of Endodontics (2010) menyatakan bahwa jumlah dari orifisi tidak selalu sama dengan jumlah dari saluran akar yang terdapat dibawahnya, dimana dapat ditemukan lebih dari satu saluran akar pada satu orifisi. Pada penelitian ini tidak dilakukan pengamatan terhadap saluran akar gigi, oleh sebab itu, untuk mengetahui lebih lanjut mengenai hubungan antara jumlah orifisi gigi dengan jumlah dari saluran akar gigi, dapat dilakukan penelitian lebih lanjut.31

Seiring dengan perkembangan teknologi, saat ini banyak metode yang dapat digunakan untuk mengamati anatomi orifisi saluran akar gigi, salah satunya adalah dengan menggunakan radiografi. Salah satu teknik radiografi yang dapat digunakan untuk mengamati anatomi saluran akar adalah CBCT ( Cone Beam Computed Tomography). Penggunaan CBCT menghasilkan gambaran radiografi dengan resolusi ketajaman gambar yang tinggi, sehingga memungkinkan pengamatan yang akurat mengenai jumlah dan letak dari orifisi saluran akar gigi.


(59)

Gambar 24. Hasil penggunaan CBCT untuk melihat jumlah orifisi gigi.33

Dengan menggunakan CBCT, dokter gigi dapat mengetahui jumlah orifisi dari gigi yang akan dirawat sebelum melakukan perawatan endodonti pada gigi tersebut.32,33 Dengan mengetahui jumlah dan lokasi dari orifisi saluran akar dari gigi yang akan dirawat, dokter gigi dapat merawat seluruh saluran akar dengan lebih efisien dan akurat, dan mencegah adanya saluran akar yang terlewat dalam melakukan perawatan.


(60)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah dilakukan dalam penelitian ini maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Variasi jumlah orifisi pada gigi molar satu mandibula permanen adalah variasi jumlah orifisi dua (44%), jumlah orifisi tiga (48%), dan jumlah orifisi empat (8%), tidak dijumpai variasi jumlah orifisi lima.

2. Variasi jumlah orifisi mesial pada gigi molar satu mandibula permanen adalah variasi jumlah orifisi satu (44%) dan jumlah orifisi dua (56%), tidak dijumpai variasi jumlah orifisi mesial tiga.

3. Variasi jumlah orifisi distal pada gigi molar satu mandibula permanen adalah jumlah orifisi satu (92%) dan jumlah orifisi dua (8%), tidak dijumpai variasi jumlah orifisi distal tiga.

4. Tidak ada hubungan antara jumlah akar gigi molar satu mandibula permanen dengan jumlah orifisi (P=0,289).

6.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dapat disarankan hal-hal sebagai berikut:

1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai variasi jumlah orifisi gigi molar satu mandibula permanen dengan jumlah sampel yang lebih banyak dengan menggunakan Cone Beam Computed Tomography (CBCT).

2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk melihat pengaruh jenis kelamin, gen, dan suku terhadap jumlah orifisi gigi molar satu mandibula permanen.


(61)

DAFTAR PUSTAKA

1. Tareen SU, Quareshi A, Rehman S. Frequency and distribution of teeth requiring endodontic treatment in patients attending a free dental camp in peshawar. JKCD 2012; 3: 7.

2. Chng HK, Chen NN, Koh ET, Lam EC, Lim KC, Sum CP. Guidelines for root canal treatment. SDJ 2004; 26: 60.

3. Tavares PB, Bonte E, Boukpessi T, Siqueira JF, Lasfargues JJ. Prevalence of apical periodontitis in root canal-treated teeth from the urban french population: influence of the quality of root canal fillings and coronal restorations. JOE 2009; 35: 811

4. Khan M, Rehman K, Saleem M. Causes of edodontic treatment failure – a study. Pakistan Oral Dent Jr 2010; 30: 232-6.

5. Cantatore G, Berutti E, Castellucci A. Missed anatomy : frequency and clinical impact. Endod Topics 2009; 15: 3, 12-3, 20-7.

6. Hoen MM, Pink FE. Contemporary endodontics retreatments : an analysis based on clinical treatment findings. JOE 2002; 28: 835.

7. Krasner P. Rankow HJ. Anatomy of pulp-chamber floor. Jendodon 2004; 30: 5-10.

8. Ahmed H, Sadaf D, Rahman M. Frequency and distribution of endodontically treated teeth. JCPSP 2009; 19: 606.

9. Welton RE, Torabinejad M. Prinsip & praktik ilmu endodonsia. Alih Bahasa. Sumawinata N. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2008: 33-4, 194-5, 220, 614-6.

10.Ballullaya SV, Vemuri S, Kumar PR. Variable permanent mandibular first molar: review of literature. J Conserv Dent 2013; 1-2.

11.Ahmed SA, Pawar MG. An in vivo study of variations in canal anatomy of maxillary and mandibular first molar using surgical operating microscope. World of Journal Dentistry 2013; 47-54.


(62)

12.Avery JK, Chiego DJ. Essentials of oral histology and embryology : a clinical approach. Missouri: Mosby, 2006: 64-75.

13.Short MJ, Goldstein DL. Head, Neck & Dental Anatomy. Canada: Delmar, 2002: 24-8.

14.Woelfel JB, Scheld RC. Dental Anatomy : its relevance to dentistry. Maryland: Lippincott Williams & Wilkins, 2002: 81-2.

15.Mahajan P, Monga P, Bahunguna N, Bajaj N. Principles of calcified canals. IJDS 2010 ; 2: 3-5.

16.Tewari S, Garg A, Garg N. Textbook of endodontics. 2nd. New Delhi: Jaypee, 2010 : 47.

17.Babbush CA, Fehrenbach MJ, Emmons M, Nunez DW. Mosby’s dental dictionary. 2nd. Missouri: Mosby, 2008: 107, 321.

18.Cohen S, Hargreaves KM. Pathways of the pulp. 10th. , Missouri: Mosby, 2011: 138.

19.Harty FJ, Ogston R. Kamus kedokteran gigi. Alih Bahasa. Sumawinata N. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, 1995: 218.

20.Carrotte P. Endodontics: part 4 morphology of the root canal system. British Dental Journal. 2004: 379-83.

21.Segner S, Cobankara FK, Akgunlu F. Calcifications of the pulp chamber : prevalence and implicated factor. J Clin Oral Invest 2009; 13: 209-15.

22.Haque S, Hossain MZ. Pulp Calcification: case reports with difficult endodontic problem. City Dental College J 2012; 9: 19-22.

23.Balogh MB, Fehrenbach MJ. Dental embryology, histology, and anatomy. 2nd. Missouri: Elsevier, 2006: 305-8.

24.Fehrenbach MJ. Dental anatomy coloring book. Missouri: Elsevier, 2008: 145-9.

25.Poorni S, Kumar RA, Indira R. Canal complexity of a mandibular first molar: J Conserv Dent 2009; 37-40.

26.Cohen S, Hargreaves KM. Pathways of the pulp. 9th. Missouri: Mosby, 2009: 220-2.


(63)

27.Margarit R, Andrei OC. Anatomical variations of mandibular first molar and their implications in endodontic treatment. Rom J Morphol Embryol 2011; 1389-92.

28. Ahmed SA, Pawar MG. An in vivo study of variations in the canal anatomy of maxillary and mandibular first molar using surgical operating microscope. WJD 2013; 47-54.

29.Chourasia H, Meshram GK, Warhadpande M, Dakshindas D. Root canal morphology of mandibular first permanent molars in an indian population. Int Jour Dent 2012; 1-5.

30.Razmi H, Shokouhinejad N, Hooshyar M. An in vitro study of the number of distal roots and canals in mandibular first molars in iranian population. IEJ 2008; 126-8.

31.American Association of Endodontics. Access Opening and canal location. Endodontics : Colleagues for Excellence 2010: 1-6

32.American Association of Endodontics. Cone Beam Computed Tomography in Endodontics. Endodontics : Colleagues for Excellence 2011: 1-6

33. Pablo OV, dkk. CBCT study of root canal morphology of mandibular first molars in a spanish population. ROOTS 2012: 126-31.


(64)

Lampiran 1

Skema Alur Pikir

1. Perawatan endodonti atau perawatan saluran akar adalah prosedur perawatan secara

kimia dan mekanis yang dapat diterima secara biologis pada saluran akar untuk mengeliminasi penyakit pulpa dan periradikular serta untuk mempromosikan penyembuhan dan perbaikan jaringan radikular. (Chng H, dkk 2004)

2. Perawatan saluran akar memiliki tingkat kesulitan yang tinggi, sehingga sering

terjadi kegagalan dalam perawatan. (Tavares, dkk 2009)

3. Kegagalan dalam perawatan endodonti dapat disebabkan oleh beberapa faktor,

yaitu : pembersihan dan pengisian yang tidak adekuat dari saluran akar, restorasi mahkota yang tidak memadai, serta pengetahuan yang tidak adekuat mengenai anatomi saluran akar. (Cantatore G, dkk 2009, Khan M, dkk 2010)

4. 42% dari kegagalan perawatan endodonti disebabkan oleh adanya saluran akar yang

tidak terawat. (Hoen,dkk 2002)

5. Jumlah dari orifisi sakuran akar gigi tidak dapat diprediksi, khususnya pada gigi

yang telah direstorasi berulang, karies.dan gigi yang telah dipreparasi saluran akarnya, dimana anatomi normal dari gigi telah disamarkan oleh kalsifikasi. (Krasner, dkk 2004)

6. Gigi yang paling sering mendapat perawatan endodonti adalah gigi molar satu

mandibula, karena gigi molar satu mandibula adalah gigi yang memiliki durasi paling lama didalam rongga mulut dan memiliki variasi anatomis yang beranekaragam (Ahmed,dkk 2009)

Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk meneliti variasi jumlah orofisi dari gigi molar satu mandibula permanen. Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh data persentase dari jumlah orifisi saluran akar gigi molar satu mandibula permanen.


(65)

Masalah

1. Berapakah jumlah orifisi saluran akar gigi molar satu mandibula

permanen ?

2. Berapakah jumlah orifisi saluran akar gigi molar satu mandibula

permanen ?

3. Berapakah jumlah orifisi saluran akar gigi molar satu mandibula

permanen ?

4. Apakah terdapat hubungan antara jumlah akar gigi molar satu mandibula permanen dengan jumlah orifisi ?

Tujuan

1. Untuk melihat variasi jumlah orifisi baik mesial maupun distal pada gigi molar satu mandibula permanen

2. Untuk melihat hubungan antara jumlah akar gigi molar satu mandibula

permanen dengan jumlah orifisi

Manfaat

1. Sebagai bahan masukan untuk perkembangan ilmu pengetahuan

kedokteran gigi, khususnya dibidang biologi oral dan ilmu konservasi gigi.

2. Sebagai informasi mengenai variasi jumlah orifisi saluran akar gigi

molar satu mandibula permanen untuk mendukung keberhasilan perawatan saluran akar gigi.


(66)

(67)

Lampiran 2

Tabel Hasil Pengamatan Gigi Molar Satu Mandibula Permanen

No. Sampel

Molar Satu Mandibula

Permanen Jumlah

Akar

Jumlah

Orifisi

Letak Orifisi

Kanan Kiri Mesio

Bukal

Mesial

Tengah

Mesio

Lingual

Disto

Bukal

Distal

Tengah

Disto

Lingual

1. Sampel 1

2. Sampel 2

3. Sampel 3

4. Sampel 4

5. Sampel 5

6. Sampel 6

7. Sampel 7

8. Sampel 8


(68)

11. Sampel 11

12. Sampel 12

13. Sampel 13

14. Sampel 14

15. Sampel 15

16. Sampel 16

17. Sampel 17

18. Sampel 18

19. Sampel 19

20. Sampel 20

21. Sampel 21

22. Sampel 22

23. Sampel 23

24. Sampel 24


(69)

KETERANGAN :

A. Gigi molar satu mandibula permanen dengan tiga orofisi. (M = Mesial, D = Distal) B. Gigi molar satu mandibula permanen dengan empat orofisi. (M = Mesial, D = Distal)

C.Gigi molar satu mandibula permanen dengan dua akar. (M = Mesial, D = Distal) D.Gigi molar saru mandibula permanen dengan tiga akar. (M = Mesial, D = Distal)

A B


(70)

Lampiran 3

Tabel Gambar Hasil Penelitian

Tabel Gambar Hasil Penelitian Jumlah Akar Gigi Molar Satu Mandibula Permanen Kiri

No Sampel Pengamatan

Jumlah Akar

Setelah Penanaman

Sampel

Setelah Pemotongan

Sampel

Setelah Ekstirpasi Saluran Akar

Jumlah Orifisi

1. Sampel

1

3

2. Sampel

2

3

3. Sampel

3

2

4. Sampel

4


(71)

5. Sampel 6

3

6. Sampel

7

2

7. Sampel

9

2

8. Sampel

10

3

9. Sampel

11

3

10. Sampel 12


(72)

11. Sampel 13

2

12. Sampel 16

3

13. Sampel 17

3

14. Sampel 19

2

15. Sampel 21

4

16. Sampel 22


(73)

17. Sampel 23

2

Tabel Gambar Hasil Penelitian Jumlah Akar Gigi Molar Satu Mandibula Permanen Kanan

No Sampel Pengamatan

Jumlah Akar

Setelah Penanaman

Sampel

Setelah Pemotongan

Sampel

Setelah Ekstirpasi Saluran Akar

Jumlah Orifisi

1. Sampel

5

4

2. Sampel

8

3

3. Sampel

14

2

4. Sampel

15


(74)

5. Sampel 18

2

6. Sampel

20

3

7. Sampel

24

3

8. Sampel

25


(75)

Lampiran 4

Hasil Statistik Penelitian

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Jumlah Akar Molar Satu Mandibula Permanen Jumlah Orifisi Molar Satu Mandibula Permanen

N 25 25

Normal Parametersa,b Mean 2.04 2.64

Std. Deviation .200 .638

Most Extreme Differences

Absolute .539 .282

Positive .539 .282

Negative -.421 -.274

Kolmogorov-Smirnov Z 2.696 1.411

Asymp. Sig. (2-tailed) .000 .037

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.

Correlations Jumlah Akar Molar Satu Mandibula Permanen Jumlah Orifisi Molar Satu Mandibula Permanen Spearman's rho Jumlah Akar Molar

Satu Mandibula Permanen

Correlation Coefficient

1.000 -.221

Sig. (2-tailed) . .289

N 25 25

Jumlah Orifisi Molar Satu Mandibula Permanen

Correlation Coefficient

-.221 1.000

Sig. (2-tailed) .289 .


(76)

(1)

6. Sampel 7

2

7. Sampel 9

2

8. Sampel 10

3

9. Sampel 11

3

10. Sampel 12


(2)

11. Sampel 13

2

12. Sampel 16

3

13. Sampel 17

3

14. Sampel 19

2

15. Sampel 21

4

16. Sampel 22


(3)

Tabel Gambar Hasil Penelitian Jumlah Akar Gigi Molar Satu Mandibula Permanen Kanan No Sampel Pengamatan

Jumlah Akar

Setelah Penanaman

Sampel

Setelah Pemotongan

Sampel

Setelah Ekstirpasi Saluran Akar

Jumlah Orifisi

1. Sampel 5

4

2. Sampel 8

3

3. Sampel 14

2

4. Sampel 15


(4)

5. Sampel 18

2

6. Sampel 20

3

7. Sampel 24

3

8. Sampel 25


(5)

Jumlah Akar Molar Satu Mandibula Permanen Orifisi Molar Satu Mandibula Permanen

N 25 25

Normal Parametersa,b Mean 2.04 2.64

Std. Deviation .200 .638

Most Extreme Differences

Absolute .539 .282

Positive .539 .282

Negative -.421 -.274

Kolmogorov-Smirnov Z 2.696 1.411

Asymp. Sig. (2-tailed) .000 .037

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.

Correlations Jumlah Akar Molar Satu Mandibula Permanen Jumlah Orifisi Molar Satu Mandibula Permanen Spearman's rho Jumlah Akar Molar

Satu Mandibula Permanen

Correlation Coefficient

1.000 -.221

Sig. (2-tailed) . .289

N 25 25

Jumlah Orifisi Molar Satu Mandibula Permanen

Correlation Coefficient

-.221 1.000

Sig. (2-tailed) .289 .


(6)