commit to user 36
juga berimbas pada mekanisme dan besaran Bantuan Keuangan Kepada Partai Politik, jika dalam Undang Undang Nomor 31 Tahun
2002 diatur bahwa besaran bantuan keuangan diberikan berdasarkan kursi yang diperoleh di lembaga legislatif, maka Undang Undang
Nomor 2 Tahun 2008 diatur bahwa besaran bantuan keuangan didasarkan kepada jumlah suara yang diperoleh pada Pemilu
Legislatif Tahun 2009. Pelaksanaan bantuan keuangan kepada partai politik kemudian diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah
Nomor 5 Tahun 2009 tentang Bantuan Keuangan Kepada Partai Politik.
B. KERANGKA BERFIKIR
Pada salah satu tujuan nasional Bangsa Indonesia seperti yang secara jelas tersebut di atas yaitu Mencerdaskan kehidupan bangsa, yang di antaranya
mencerdaskan masyarakat di bidang Politik. Peran masyarakat dalam hal politik dan pemerintahan di Indonesia dapat kita lihat dengan adanya
Pemilihan Umum secara Langsung, Umum, Bebas Rahasia. Pemilu diselenggarakan dengan tujuan untuk memilih wakil rakyat dan wakil daerah,
serta untuk membentuk pemerintahan yang demokratis, kuat, memeroleh dukungan rakyat dalam rangka mewujudkan tujuan nasional.
Kehadiran partai politik dalam sistem pemerintahan yang demokratis tidak dapat dihindari. Kemerdekaan seseorang untuk berserikat, berkumpul
dan menyuarakan pendapatnya diidentikan dengan kehadiran partai politik dalam suatu pemerintahan yang demokratis. Dalam mempertahankan
demokrasi kehidupan berpolitik masyarakat yang terwakilkan dalam partai politik, maka pemerintah di dalam Pasal 17 ayat 4 Undang- Undang Nomor
31 Tahun 2002 Tentang Partai Politik, memberikan bantuan keuangan kepada partai politik, yang dalam pelaksanaanya didasarkan kepada Peraturan
Pemerintah Nomor 29 Tahun 2005 tentang Bantuan Keuangan Kepada Partai Politik.
commit to user 37
Bantuan keuangan adalah bantuan yang berbentuk uang yang diberikan oleh pemerintah dan atau pemerintah daerah kepada partai politik yang
mendapatkan kursi Lembaga Perwakilan Rakyat. Bantuan Keuangan diberikan untuk membantu kegiatan dan kelancaran administrasi danatau sekretariat
partai politik yang mendapatkan kursi di Lembaga Perwakilan Rakyat berdasarkan hasil Pemilihan Umum Tahun 2004.
Pemerintah Kota Salatiga merealisasikan dasar pemberian Bantuan Keuangan Partai Politik melalui Peraturan Daerah Kota Salatiga Nomor 13
Tahun 2007 tentang Bantuan Keuangan Kepada Partai Politik Yang Mendapatkan Kursi Di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Salatiga.
Bantuan keuangan kepada partai politik sesuai dengan Peraturan Daerah Nomor 13 Tahun 2007 terdiri dari 3 tiga tahap, yaitu:
1. Tahap permohonan, Penelitian dan Pemeriksaan; 2. Tahap pencairan bantuan;
3. Tahap Laporan Penggunaan. Tahap Laporan Penggunaan sesuai dengan Peraturan Daerah Nomor
13 Tahun 2007 adalah disampaikan kepada Walikota Salatiga melalui Kepala Kantor Kesbang dan Linmas Kota Salatiga, selambat-lambatnya 4 empat
bulan setelah tahun anggaran berakhir. Dalam pelaksanaannya penyerahan Laporan Pertanggungjawaban
Bantuan Keuangan kepada partai politik tahun 2007 di Kota Salatiga, sampai dengan 4 empat bulan setelah berakhirnya tahun anggaran 2007 bulan Mei
Tahun 2008 hanya ada 1 satu Partai Politik yang menyerahkan Laporan Penggunaan Bantuan Keuangan kepada Partai Politik kepada Walikota
Salatiga melalui Kepala Kantor Kesbang dan Linmas Kota Salatiga. Berangkat dari kenyataan di atas, dapat dilihat bahwa Peraturan
Daerah Salatiga Nomor 13 Tahun 2007 khususnya yang berkaitan dengan laporan pertanggung jawaban bantuan keuangan kepada partai politik tidak
dapat dilaksanakan sebagaimana mestinya. Faktor-faktor penghambat
commit to user 38
penyerahan laporan pertanggung jawaban bantuan keuangan kepada partai politik tidak dilaksanakan sebagaimana mestinya dapat dilihat dari beberapa
sudut pandang, yaitu: 1. Peraturan perundang-undangannya khususnya Peraturan Daerah Kota
Salatiga Nomor 13 Tahun 2007 dalam hubungannya dengan penegak hukum norma dan Partai politik sebagai obyek, serta adanya pengaruh
kekuatan personal dan sosial di dalam pembuatannya. 2. Pemegang peranan, yaitu partai politik dalam pemahaman dan ketaatan
terhadap penegakan hukumnya, adanya pengaruh kekuatan personal dan sosial di dalamnya.
3. Penegak hukum, dalam hal ini yaitu Pemerintah Kota Salatiga dalam pelaksanaan Bantuan Keuangan kepada partai politik antara lain dalam
penerapan sanksi dan adanya pengaruh kekuatan personal dan sosial di dalam penegakan Peraturan Daerah Nomor 13 Tahun 2007.
4. Penerapan sanksi apabila terjadi pelanggaran dalam penegakan Peraturan Daerah Nomor 13 Tahun 2007 dari Pemerintah Kota Salatiga kepada
partai politik penerima bantuan sebagai pemegang peran. 5. Umpan balik flash back dari Pemerintah Kota Salatiga sebagai pelaksana
dan partai politik penerima bantuan sebagai pemegang peran, terhadap Peraturan Daerah Nomor 13 Tahun 2007.
commit to user 39
Kebebasan Berpolitik Warga Negara
Partai Politik
Bekerjanya kekuatan-kekuatan personal sosial
PP No.29 Tahun 2005 tentang Bantuan Keuangan Kepada Partai Politik
Peraturan Daerah Kota Salatiga No.13 Tahun 2007 tentang Bantuan Keuangan Kepada Partai Politik Yang Mendapatkan
Kursi Di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Salatiga.
Umpan Balik
Umpan Balik
Peran yg dimainkan
Norma
Pemerintah Kota Salatiga Partai Politik penerima
Bantuan Keuangan
Penerapan Sanksi Bekerjanya kekuatan-kekuatan
personal sosial Bekerjanya kekuatan-kekuatan
personal sosial
commit to user 40
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian untuk menyusun tesis ini
termasuk jenis penelitian hukum sosiologis non doktrinal, sedangkan dilihat dari sifatnya termasuk penelitian deskriptif kualitatif yaitu penelitian untuk
memberikan data seteliti mungkin dengan mendiskripsikan Pelaksanaan Peraturan Daerah Kota Salatiga Nomor 13 Tahun 2007 tentang Bantuan
Keuangan kepada Partai Politik. Dalam mempelajari hukum, tentunya tidak boleh lepas dari lima konsep
hukum yang menurut Soetandyo Wignjosoebroto sebagaimana yang dikembangkan oleh Setiono
40
adalah sebagai berikut: 1. Asas Kebenaran dan keadilan yang bersifat kodrati dan berskala universal
yang menurut bahasa Setiono disebut dengan hukum alam 2. Norma-norma positif dalam sistem perundang-undangan.
3. Apa yang diputuskan hakim. 4. Pola-pola perilaku sosial yang terlembagakan, eksis sebagai variabel sosial
yang empirik. 5. Manifestasi makna-makna simbolik perilaku sosial sebagai tampak dalam
interaksi mereka .
Dalam penulisan ini, penulis menggunakan konsep hukum ke Lima yaitu manifestasi makna-makna simbolik perilaku sosial sebagai tampak dalam
interaksi mereka yang menurut bahasa Setiono disebut sebagai hukum yang ada dalam benak manusia
40
Setiono, Metodologi Penelitian hukum, Program Pasca Sarjana UNS, Surakarta, 2005, hlm 20- 21.