commit to user 45
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. HASIL PENELITIAN
1. Gambaran Umum Kota Salatiga dan Pemilu Legislatif Tahun 2004.
a. Gambaran Umum Kota Salatiga
Salatiga adalah salah satu Kota di wilayah Provinsi Jawa Tengah. Kota ini berbatasan sepenuhnya dengan atau dikelilingi Kabupaten
Semarang. Salatiga terletak 49 km sebelah selatan Kota Semarang atau 52 km sebelah utara Kota Surakarta dan berada di jalan negara yang
menghubungan Semarang-Surakarta. Salatiga terdiri atas 4 kecamatan, yakni Argomulyo, Tingkir, Sidomukti dan Sidorejo serta 22
Kelurahan. Kota Salatiga terletak di lereng timur Gunung Merbabu, membuat Kota ini berudara cukup sejuk.
Terdapat beberapa sumber yang dijadikan rujukan untuk mengungkap asal-usul Salatiga, yaitu yang berasal dari cerita
rakyat, prasasti maupun penelitian dan kajian ilmiah dari berbagai lembaga peneliti, terutama dari kalangan perguruan tinggi lokal seperti
yang pernah dilakukan UKSW Salatiga. Dari beberapa sumber tersebut Prasasti Plumpungan-lah yang terutama dijadikan rujukan utama
dalam menentukan asal-usul Kota Salatiga sekarang. Berdasarkan isi prasasti tersebut, Hari Jadi Kota Salatiga
dibakukan yakni tanggal 24 Juli 750 yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah Tingkat II Kota Salatiga Nomor 15 Tahun 1995 tentang Hari
Jadi Kota Salatiga. Prasasti Plumpungan, cikal bakal lahirnya Salatiga, tertulis dalam batu besar berjenis andesit berukuran panjang 170 cm,
lebar 10 cm dengan garis lingkar 5 meter yang selanjutnya disebut Prasasti Plumpungan. Berdasarkan tulisan pada prasasti yang terletak
di Dukuh Plumpungan, Desa Kauman Kidul, Kecamatan Sidorejo
commit to user 46
maka Salatiga didirikan sejak tahun 750 Masehi, pada waktu itu Salatiga merupakan wilayah Perdikan. Perdikan artinya suatu daerah
dalam wilayah kerajaan tertentu. Daerah ini dibebaskan dari segala kewajiban pajak atau upeti karena daerah tersebut memiliki
kekhususan dan jasa besar tertentu bagi kerajaan induk, daerah tersebut harus digunakan sesuai dengan kekhususan yang dimiliki. Wilayah
kerajaan yang diberi status menjadi perdikan diberikan oleh Raja Bhanu yang meliputi Salatiga dan sekitarnya.
Menurut sejarahnya, di dalam Prasasti Plumpungan berisi ketetapan hukum, yaitu suatu ketetapan status tanah perdikan atau swa
tantra bagi Desa Hampra. Pada zamannya, penetapan ketentuan Prasasti Plumpungan ini merupakan peristiwa yang sangat
monumental, khususnya bagi masyarakat di daerah Hampra. Penetapan prasasti merupakan titik tolak berdirinya daerah Hampra
secara resmi sebagai daerah perdikan atau swa tantra. Desa Hampra tempat prasasti itu berada, kini masuk wilayah administrasi Kota
Salatiga. Dengan demikian, daerah Hampra yang diberi status sebagai daerah perdikan yang bebas pajak pada zaman pembuatan prasasti itu
adalah juga merupakan daerah Salatiga sebagaimana dikenal sekarang ini. Konon, para pakar telah memastikan bahwa penulisan Prasasti
Plumpungan dilakukan oleh seorang Citralekha Penulis disertai para Pendeta Resi. Raja Bhanu yang disebut-sebut dalam prasasti
tersebut adalah seorang raja besar pada zamannya yang banyak memerhatikan nasib rakyatnya. Isi Prasasti Plumpungan ditulis dalam
Bahasa Jawa Kuna dan Bahasa Sansekerta. Tulisannya ditatah sedemikian rupa dalam petak persegi empat bergaris ganda yang
menjorok ke dalam dan keluar pada setiap sudutnya. Dengan demikian, pemberian tanah perdikan merupakan peristiwa yang sangat istimewa
dan langka, karena hanya diberikan kepada desa-desa yang benar- benar berjasa kepada raja. Untuk mengabadikan peristiwa itulah maka
raja menulis dalam Prasasti Plumpungan Shrir Astu Swasti
commit to user 47
Prajabhyah, yang artinya: Semoga Bahagia, Selamatlah Rakyat Sekalian. Ditulis pada hari Jumat, tanggal 24 Juli tahun 750 Masehi.
Pada masa kolonial, Salatiga tercatat sebagai tempat ditandatanganinya perjanjian antara Pangeran Sambernyawa atau
Raden Mas Said kelak menjadi KGPAA Mangkunegara I di satu pihak dan Kasunanan Surakarta serta VOC di pihak lain. Perjanjian ini
menjadi dasar hukum berdirinya Kadipaten Mangkunegaran. Pada zaman penjajahan Belanda telah cukup jelas batas dan status Kota
Salatiga, berdasarkan Staatsblad 1917 No. 266 maka mulai 1 Juli 1917 didirikan Stadsgemeente Salatiga yang daerahnya terdiri dari 8 desa.
Karena dukungan faktor geografis, udara sejuk dan letak yang sangat strategis maka Salatiga cukup dikenal keindahannya di masa
penjajahan Belanda, bahkan sempat kota ini memeroleh julukan Kota Salatiga sebagai yang Terindah di wilayah Jawa Tengah.
Kotamadya Daerah Tingkat
II Salatiga
adalah bekas
stadsgemeente yang dibentuk berdasarkan Staatsblad 1929 No. 393 yang kemudian dicabut dengan Undang-undang Nomor 17 Tahun 1950
tentang Pembentukan Daerah-daerah Kecil Dalam Lingkungan Provinsi Jawa Timur, Jawa Tengah dan Jawa Barat. Pada tahun 1992
dengan Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1992 tentang Perubahan Batas Wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II Salatiga dan
Kabupaten Daerah Tingkat II Semarang, Kota Salatiga dimekarkan menjadi 4 Kecamatan dan berangsur-angsur dimekarkan pula beberapa
Kelurahan dan perubahan status atas beberapa Desa hingga akhirnya menjadi 22 Kelurahan dengan antara lain mengambil sebagian
wilayah Kabupaten Semarang. Kota Salatiga terletak antara 00.17’ dan 007.17’23” Lintang
Selatan dan antara 110.27’.56,81” dan 110.32’4,64” Bujur Timur dan berada di cekungan kaki gunung Merbabu dan gunung-gunung kecil
lain, di antaranya : Gajah Mungkur, Telomoyo dan Payung Rong. Luas
commit to user 48
Kota Salatiga tercatat 5.678,110 hektar atau 56.781 km
2
. Luas yang ada, terdiri dari 798,932 hektar 14,07 persen lahan sawah, 4.680,195
hektar 82,43 persen merupakan lahan kering dan 198,983 hektar 3,5 persen merupakan lahan lainnya. Secara administratif Kota Salatiga
terbagi menjadi 4 kecamatan, 22 kelurahan, 198 Rukun Warga dan 1023 Rukun Tetangga.
Tabel II Jumlah RT dan RW di Wilayah Kota Salatiga
Nama Daerah Luas ha
Jumlah RW
Jumlah RT
Kecamatan Sidorejo 1.624.720 59
292 Kelurahan Blotongan
Kelurahan Sidorejo Lor Kelurahan Salatiga
Kelurahan Bugel Kelurahan Kauman Kidul
Kelurahan Pulutan 423.800
271.600 202.000
294.370 195.850
237.100 15
14 12
6 7
5 67
87 77
20 22
19 Kecamatan Tingkir
1.054.850 48 272
Kelurahan Kutowinangun Kelurahan Gendongan
Kelurahan Sidorejo Kidul Kelurahan Kalibening
Kelurahan Tingkir Lor Kelurahan Tingkir Tengah
293.750 68.900
277.500 77.599
177.300 137.801
14 5
8 3
8 10
146 38
28 9
23 28
commit to user 49
Kecamatan Argomulyo 1.852.690 55
245 Kelurahan Noborejo
Kelurahan Ledok Kelurahan Tegalrejo
Kelurahan Kumpulrejo Kelurahan Randuacir
Kelurahan Cebongan 332.200
187.330 188.430
629.030 377.600
138.100 10
13 9
10 7
6 33
63 54
42 31
22 Kecamatan Sidomukti
1.145.850 36 214
Kelurahan Kecandran Kelurahan Dukuh
Kelurahan Mangunsari Kelurahan Kalicacing
399.200 377.150
290.770 78.730
6 9
14 7
23 66
86 39
Sumber: Salatiga Dalam Angka Tahun 2009
Penduduk Kota Salatiga pada Tahun 2008, sejumlah 167.033 jiwa, dengan rasio jumlah penduduk berjenis kelamin perempuan
lebih besar dari jumlah penduduk laki-laki, ditunjukkan oleh rasio jenis kelamin Rasio Jumlah Penduduk Laki-laki terhadap jumlah penduduk
perempuan sebesar 97,69. Penduduk Kota Salatiga belum sepenuhnya tersebar pada seluruh wilayah Kota Salatiga. Pada umumnya penduduk
lebih padat berada pada wilayah kota. Rata-rata kepadatan jumlah penduduk Kota Salatiga tercatat sebesar 2.703 jiwa setiap kilometer
persegi. Guna
mendukung administrasi
dan pelayanan
kepada masyarakat, Kota Salatiga pada tahun 2008 mempunyai 3.941 orang
commit to user 50
Pegawai negeri Sipil di Lingkungan Pemerintah Kota Salatiga, yang mempunyai latar belakang pendidikan mulai dari lulusan Sekolah
Dasar sampai dengan yang berpendidikan Magister S2 dan Doktor S3 yang tersebar di 30 Satuan Kerja Perangkat Daerah SKPD.
b. Pemilu Legislatif Tahun 2004 Kota Salatiga