LATAR BELAKANG MASALAH PENDAHULUAN

commit to user 1

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Pembangunan adalah alternatif terbaik yang dapat dilaksanakan oleh suatu negara di dalam meningkatkan taraf hidup serta mewujudkan kesejahteraan masyarakatnya. Demikian juga bangsa Indonesia yang sejak mencantumkan Pembangunan Lima Tahun Pertama pada tanggal 1 April 1969 sampai sekarang tidak pernah berhenti melaksanakan program-program pembanguan demi untuk mewujudkan tujuan nasionalnya. Tujuan Nasional Bangsa Indonesia yang secara tegas tercantum pada Pembukaan Undang- Undang Dasar 1945 pada Alinea IV, yaitu melindungi segenap Bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk mewujudkan ketertiban umum, mencardaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Salah satu tujuan nasional Bangsa Indonesia seperti yang secara jelas tersebut diatas yaitu Mencerdaskan kehidupan bangsa, diantaranya mencerdaskan masyarakat di bidang kehidupan berpolitik. Politik pada umumnya dapat dikatakan “bermacam-macam kegiatan dalam suatu sistem politik atau negara yang menyangkut proses menentukan tujuan-tujuan dari sistem itu dan melaksanakan tujuan-tujuan itu” 1 . Peran masyarakat dalam hal politik dan pemerintahan di Indonesia dapat kita lihat dengan adanya pemilihan umum secara langsung, umum, bebas rahasia. Pemilu diselenggarakan dengan tujuan untuk memilih wakil rakyat dan wakil daerah, serta untuk membentuk pemerintahan yang 1 Miriam Budihardjo, Demokrasi di Indonesia, Demokrasi Parlementer Demokrasi Pancasila, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1994, hlm.8 commit to user 2 demokratis, kuat, memperoleh dukungan rakyat dalam rangka mewujudkan tujuan nasional sebagaimana diamanatkan dalam UUD 1945 Pasal 22E yaitu : 1 Pemilu dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil setiap lima tahun sekali. 2 Pemilu diselenggarakan untuk memilih anggota DPR, DPRD, Presiden dan Wakil Presiden, dan DPD. 3 Peserta Pemilu untuk memilih anggota DPR dan anggota DPRD adalah partai politik. 4 Peserta Pemilu untuk memilih anggota DPD adalah perseorangan. 5 Pemilu diselenggarakan oleh suatu Komisi Pemilu yang bersifat nasional, tetap dan mandiri. 6 Ketentuan lebih lanjut tentang Pemilu diatur dengan UU. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2003 Pasal 22E ayat 1 UUD 1945, Pemilu dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil luber jurdil. Pengertian azas Pemilu adalah : 1 Langsung yaitu rakyat sebagai pemilih mempunyai hak untuk memberikan suaranya secara langsung sesuai dengan kehendak hati nuraninya, tanpa perantara. 2 Umum yaitu pada dasarnya semua warga negara yang memenuhi persyaratan sesuai dengan undang-undang ini berhak mengikuti Pemilu. Pemilihan yang bersifat umum mengandung makna menjamin kesempatan yang berlaku menyeluruh bagi semua warga negara, tanpa diskriminasi berdasarkan suku, agama, ras, golongan, jenis kelamin, kedaerahan, pekerjaan, dan status sosial. 3 Bebas yaitu setiap warga negara yang berhak memilih bebas menentukan pilihannya tanpa tekanan dan paksaan dari siapapun. Dalam melaksanakan haknya, setiap warga negara dijamin keamanannya, sehingga dapat memilih sesuai dengan kehendak hati nurani dan kepentingannya. commit to user 3 4 Rahasia yaitu dalam memberikan suaranya, pemilih dijamin bahwa pilihannya tidak akan diketahui oleh pihak manapun dan dengan jalan apapun. Pemilih memberikan suaranya pada surat suara dengan tidak dapat diketahui oleh orang lain kepada siapapun suara diberikan. 5 Jujur yaitu dalam penyelenggaraan Pemilu, setiap penyelenggara Pemilu, aparat pemerintah, peserta Pemilu, pengawas Pemilu, pemantau Pemilu, pemilih, serta semua pihak yang terkait harus bersikap dan bertindak jujur sesuai dengan peraturan perundang-undangan. 6 Adil yaitu dalam penyelenggaraan Pemilu, setiap pemilih dan peserta Pemilu mendapat perlakuan yang sama, serta bebas dari kecurangan pihak manapun. Pasal 5 Ayat 1 UU Nomor 12 Tahun 2003 menyatakan bahwa “Peserta Pemilu untuk memilih anggota DPR, DPRD Provinsi, DPRD Kabupaten Kota adalah Partai Politik”. Sedangkan partai politik menurut Pasal 1 UU Nomor 31 Tahun 2002 tentang Partai Politik adalah organisasi politik yang dibentuk oleh sekelompok warga negara RI secara sukarela atas dasar persamaan kehendak dan cita-cita untuk memperjuangkan kepentingan anggota, masyarakat, bangsa, dan negara melalui Pemilu. Partai politik menurut Pasal 1 Ayat 10 UU Nomor 12 Tahun 2003 tentang Pemilu anggota DPR, DPD, DPRD peserta Pemilu adalah partai politik yang telah memenuhi persyaratan sebagai peserta Pemilu. Syarat sebagai peserta Pemilu dari partai politik diatur dalam Pasal 7 ayat 1 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2003. Partai politik dapat menjadi peserta Pemilu apabila memenuhi syarat : a. Diakui keberadaannya sesuai dengan Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2002 tentang Partai Politik; b. Memiliki pengurus lengkap sekurang-kurangnya di 23 dua pertiga dari seluruh jumlah provinsi; commit to user 4 c. Memiliki pengurus lengkap sekurang-kurangnya di 23 dua pertiga dari jumlah kabupaten kota di provinsi sebagaimana dimaksud dalam huruf b; d. Memiliki anggota sekurang-kurangnya 1.000 seribu orang atau sekurang- kurangnya 11.000 seperseribu dari jumlah penduduk pada setiap kepengurusan partai politik sebagaimana dimaksud dalam huruf c yang dibuktikan dengan kartu tanda anggota partai politik; e. Pengurus sebagaimana dimaksud dalam huruf b dan huruf c harus mempunyai kantor tetap; f. Mengajukan nama dan tanda gambar partai politik kepada KPU. Kehadiran Partai Politik dalam sistem pemerintahan yang demokratis tidak dapat dihindari. Kemerdekaan seseorang untuk berserikat, berkumpul dan menyuarakan pendapatnya diidentikan dengan kehadiran partai politik dalam suatu pemerintahan yang demokratis. Dalam mempertahankan demokrasi kehidupan berpolitik masyarakat yang terwakilkan dalam partai politik, maka pemerintah di dalam Pasal 17 ayat 4 Undang- Undang Nomor 31 Tahun 2002 Tentang Partai Politik, memberikan bantuan keuangan kepada partai politik, yang dalam pelaksanaanya didasarkan kepada Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 2005 tentang Bantuan Keuangan Kepada Partai Politik. Bantuan keuangan adalah bantuan yang berbentuk uang yang diberikan oleh pemerintah dan atau pemerintah daerah kepada partai politik yang mendapatkan kursi lembaga perwakilan rakyat. Bantuan keuangan diberikan untuk membantu kegiatan dan kelancaran administrasi danatau sekretariat partai politik yang mendapatkan kursi di lembaga perwakilan rakyat berdasarkan hasil Pemilihan Umum Tahun 2004. Penggunaan bantuan keuangan kepada partai politik sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 2005 tentang Bantuan Keuangan Kepada Partai Politik ditujukan untuk membantu kegiatan dan kelancaran commit to user 5 administrasi danatau sekretariat partai politik di antaranya diatur dalam Lampiran Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 25 Tahun 2006: 1. Honorarium 2. Uang lembur 3. Administrasi umum 4. Langganan daya dan jasa 5. Pos dan giro 6. Pemeliharaan gedung 7. Pemeliharaan data dan arsip 8. Biaya perjalanan 9. Komputer 10. Mesin tik 11. Maubiler kantor Pemerintah Kota Salatiga berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 2005 tentang Bantuan Keuangan Kepada Partai politik, yang kemudian dilaksanakan dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2005 tentang pedoman pengajuan, penyerahan dan laporan penggunaan bantuan keuangan kepada partai politik yang dirubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 25 Tahun 2006 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2005 tentang Pedoman Pengajuan, Penyerahan dan Laporan Penggunaan Bantuan Keuangan Kepada Partai Politik, pemerintah Kota Salatiga merealisasikan pemberian bantuan keuangan partai politik melalui Peraturan Daerah Kota Salatiga Nomor 13 Tahun 2007 tentang Bantuan Keuangan Kepada Partai Politik Yang Mendapatkan Kursi Di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Salatiga. commit to user 6 Partai Politik yang mendapatkan kursi menurut perolehan suara dan besaran bantuan keuangan yang diterima, berdasarkan hasil Pemilihan Umum Tahun 2004 di Kota Salatiga, adalah: Tabel I Besaran Bantuan Keuangan Yang Diterima No Nama Partai Politik Jumlah Perolehan Kursi Jumlah Perolehan Bantuan 1 2 3 4 5 6 7 8 Partai Golongan Karya Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia Partai Amanat Nasional Partai Demokrat Partai Kebangkitan Bangsa Partai Keadilan Sejahtera Partai Damai Sejahtera 6 Kursi 4 Kursi 4 Kursi 4 Kursi 2 Kursi 2 Kursi 2 Kursi 1 Kursi Rp. 124..800.000,- Rp. 83.200.000,- Rp. 83.200.000,- Rp. 83.200.000,- Rp. 41.600.000,- Rp. 41.600.000,- Rp. 41.600.000,- Rp. 20.800.000,- TOTAL 25 Kursi Rp. 520.000.000,- Sumber : Badan Kesbangpol dan Linmas Kota Salatiga Tahun 2007 Bantuan keuangan kepada partai politik sesuai dengan Peraturan Daerah Nomor 13 Tahun 2007 terdiri dari 3 tiga tahap, yaitu: 1. Tahap Permohonan, Penelitian dan Pemeriksaan; 2. Tahap Pencairan Bantuan; 3. Tahap Laporan Penggunaan. Laporan Penggunaan sesuai dengan Peraturan Daerah Nomor 13 Tahun 2007 adalah disampaikan kepada Walikota Salatiga melalui Kepala Kantor Kesbang dan Linmas Kota Salatiga, setelah diaudit oleh Badan commit to user 7 Pemeriksa Keuangan. Laporan Bantuan Keuangan tersebut diserahkan selambat-lambatnya 4 empat bulan setelah tahun anggaran berakhir. Dalam pelaksanaannya penyerahan Laporan Pertanggungjawaban Bantuan Keuangan kepada Partai Politik tahun 2007 di Kota Salatiga, sampai dengan 4 empat bulan setelah berakhirnya tahun anggaran 2007 bulan Mei Tahun 2008 hanya ada 1 satu Partai Politik yang menyerahkan Laporan Penggunaan Bantuan Keuangan kepada Walikota Salatiga melalui Kepala Kantor Kesbang dan Linmas Kota Salatiga. Akibat yang ditimbulkan dari tidak tepat waktunya partai politik Kota Salatiga melakukan pelaporan atas bantuan keuangan yang telah diterimanya antara lain: 1. Tidak terciptanya tertib administrasi keuangan dari partai politik, yang berimbas pada terganggunya pertanggung jawaban keuangan daerah; 2. Sesuai dengan keputusan hasil rapat yang ditetapkan oleh Tim Penelitian dan Pemeriksaan Bantuan Keuangan Partai Politik Kota Salatiga, bahwa bantuan keuangan kepada partai politik Kota Salatiga belum dapat dicairkan, apabila laporan pertanggung jawaban penggunaan bantuan keuangan partai politik pada tahun anggaran yang lampau, belum diserahkan. Sehingga berakibat pada belum dapat terlaksananya bantuan keuangan kepada partai politik Kota Salatiga Tahun Anggaran 2008, Berangkat dari kenyataan diatas, dapat dilihat bahwa Peraturan Daerah Salatiga Nomor 13 Tahun 2007 khususnya yang berkaitan dengan laporan pertanggung jawaban bantuan keuangan kepada partai politik belum dapat dilaksanakan sebagaimana mestinya. commit to user 8

B. Perumusan Masalah