Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN
ratifikasi Konvensi Paris dan Persetujuan TRIPs, Indonesia perlu memberikan perlindungan hukum terhadap Hak Kekayaan Intelektual di bidang desain industri.
3
Untuk melindungi desain industri dari peniruan atau persaingan yang curang, maka desain industri tersebut harus didaftarkan di Direktorat Jenderal Hak
Kekayaan Intelektual. Hak atas desain industri tercipta karena pendaftaran dan hak eksklusif atas suatu desain akan diperoleh karena pendaftaran. Pendaftaran adalah
mutlak untuk terjadinya suatu hak desain industri. Oleh karena itu sistem pendaftaran yang dianut UU No. 31 Tahun 2000 adalah bersifat konstitutif, yakni
sistem yang menyatakan hak itu baru terbit setelah dilakukan pendaftaran first to file.
4
Berarti bahwa orang yang pertama mengajukan permohonan hak atas desain industri itulah yang akan mendapatkan perlindungan hukum dan bukan
orang yang mendesain pertama kali. Sistem pendaftaran pertama first to file system mempunyai kekuatan hukum dan menjamin suatu keadilan setelah
diundangkan dan sebagai bukti telah dilakukannya pendaftaran hak dan telah dipenuhinya, baik persyaratan substantif maupun persyaratan administrasi, maka
pendaftar akan memperoleh sertifikat hak desain industri. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan landasan perlindungan hukum agar pemegang hak desain
3
Abdul Kadir Muhammad, Kajian Hukum Ekonomi Hak Kekayaan Intelektual, Cetakan Kedua, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2007, h. 291-292.
4
Insan Budi Maulana, A-B-C Desain Industri Teori dan Praktek Di Indonesia, Cetakan Pertama, Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2010, h. 15.
industri dilindungi dari berbagai bentuk pelanggaran berupa penjiplakan, pembajakan, atau peniruan atas desain industri terkenal.
5
Hak desain industri adalah hak eksklusif yang diberikan oleh negara kepada pendesain atas hasil kreasinya untuk selama waktu tertentu melaksanakan
sendiri kreasi tersebut, atau memberikan persetujuannya kepada pihak lain untuk melaksanakan hak tersebut. Pemegang hak desain industri memiliki hak eksklusif
untuk melaksanakan hak desain industri dan melarang orang lain yang tanpa persetujuannya membuat, memakai, menjual, atau mengimpor, mengekspor dan
mengedarkan barang yang diberi hak desain industri. Namun demikian pelaksanaan hak tersebut dikecualikan terhadap pemakaian desain industri untuk kepentingan
penelitian dan pendidikan sepanjang tidak merugikan kepentingan yang wajar dari pemegang hak desain industri.
6
Pada dasarnya pemegang hak desain industri saling bersaing untuk menciptakan suatu barang inovatif pada produk yang sama. Walaupun di akhir
hasilnya akan terlihat berbeda dan sama-sama mendaftarkan produk inovatifnya ke Direktorat Jenderal Hak Kekayaan intelektual. Namun kurangnya pemahaman
dibidang Hak Kekayaan Intelektual khususnya dibidang desain industri membuat pemegang hak desain industri menjadi salah dalam menafsirkan tentang sistem
5
Abdul Kadir Muhammad, Kajian Hukum Ekonomi Hak Kekayaan Intelektual, Cetakan Kedua, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2007, h. 292.
6
Abdul Kadir Muhammad, Kajian Hukum Ekonomi Hak Kekayaan Intelektual, Cetakan Kedua, Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2007, h. 296.
pendaftaran pertama desain industri. Oleh karena itu, penulis mencoba menganalisis kasus yang berkaitan dengan pemegang hak desain industri terkait
dengan sistem pendaftaran pertama. Seperti salah satu kasus yang terjadi mengenai sistem pendaftaran pertama
yaitu desain industri yang dimiliki PT Cahaya Buana Intitama adalah pemegang hak desain industri yang bergerak dalam industri lemari CBK 124 yang telah
terdaftar dengan Nomor ID 0 006 689 yang permohonannya diajukan pada tanggal 1 Agustus 2003 dan mendapatkan sertifikat pada 23 Desember 2003. Kemudian
Robert Ito mengajukan permohonan pendaftaran desain industri pada tanggal 28 Oktober 2003 telah terdaftar dalam daftar umum desain industri dengan Nomor ID
0 006 357dan mendapatkan sertifikat pada tanggal 13 April 2004 berupa lemari. Dalam hal ini PT Cahaya Buana Intitama merasa keberatan dengan
pendaftaran desain industri lemari yang diajukan oleh Robert Ito. Karena desain industri lemari milik Robert Ito bukan desain industri yang baru yang telah
terungkap dan telah ada sebelumnya, yaitu desain industri lemari CBK 124 milik penggugat. Maka sudah sepatutnya desain industri milik Robert Ito tidak dapat
didaftarkan. Dan harus dibatalkan oleh Pengadilan Niaga dan diikutsertakan turut Robert Ito untuk memuat pembatalannya dalam berita resmi desain industri.
Pada Putusan Hakim Niaga Jakarta Pusat Nomor 46Desain Industri2004PN menyatakan bahwa desain industri yang dimiliki Robert ito
adalah lemari tidak mempunyai kebaruan dan bukan merupakan dan bukan yang baru. Akan tetapi dalam Putusan Kasasi, Mahkamah Agung Nomor
01KNHaki2005 mengabulkan permohonan kasasi Robert Ito dan membatalkan Putusan Pengadilan Niaga Jakarta Pusat Nomor 46Desain Industri2004PN.
Mahkamah Agung berpendapat mempertimbangkan Bahwa lemari CBK 124 dengan milik Robert Ito tampak pada konfigurasi ukir yang menonjol pada lemari
CBK 124 tidak memiliki tonjolan demikian pula konfigurasi yang terdapat pada pintu, berupa garis-garis seperti anyaman tikar yang tidak sama dan tidak ditiru
pada lemari pintu milik Robert Ito. Berdasarkan putusan tersebut, penulis tertarik memilih judul
“ Perlindungan Hukum Bagi Pemegang Hak Desain Industri Terkait Asas Sistem Pendaftaran Pertama Analisis Putusan MA Nomor 01
KNHaKI2005 ”