Kehidupan Gülen Perjuangan dakwah fethullah gülen di turki (1956-1976)

35 pula Gülen mendapatkan pandangan yang mendasar bagi kebutuhan manusia modern akan pendidikan keagamaan sejak dini tanpa menjauh dari realitas kehidupan serta tanpa rasa takut dan khawatir pada masa yang akan datang. 5 Selain itu Fethullah Gülen mempunyai kepribadian yang santun dan selalu menjaga hubungan baik dengan kerabat dan keluarganya. Ia juga memiliki energi yang luar biasa, sangat aktif, pemberani, berpandangan tajam terhadap sejarah, sekaligus memiliki semangat yang tak pernah padam. Itu karena ia dibesarkan di tengah kondisi dan lingkungan yang sangat kondusif dan berpengaruh bagi perkembangan kepribadiannya. 6 Salah satu kejadian yang amat berpengaruh dalam kehidupan Fethullah Gülen adalah ketika pada 10 Januari 1954 kakek dan nenek yang sangat dicintainya meninggal dunia. 7 Saat itu Gülen sedang menempuh pendidikan dasarnya di Erzurum. Ia mengenang kejadian tersebut dalam kata-katanya: Dunia seakan runtuh bagiku, aku sangat terguncang, setelah kelas berakhir aku keluar, tentu saja, aku tak bisa hadir ke upacara pemakaman mereka. Aku menangis berhari-hari. Aku berdoa siang dan malam dengan mengatakan, ‘ya Allah ambilah juga nyawaku, agar aku dapat bergabung dengan kakek dan nenekku.’ Aku benar-benar tidak bisa menerima kematian mereka. 8 Ketika Gülen beranjak dewasa dan telah menyelesaikan pendidikan agamanya hingga mendapatkan ijazah tradisional, ia kemudian tinggal di Kota Edirne sebagai Imam dan Khatib. Di Edirne, Gülen mempunyai gaya hidup yang sangat sederhana namun tetap bergaul dengan anggota masyarakat yang memiliki 5 Do ğu Ergil, Fethullah Gülen and the Gülen Movement in 100 Question, New York, Blue Dome Press, 2012, h. 5 6 Muhammad Fethullah Gülen, Bangkitnya Spiritualitas Islam, h. XII 7 “1941-1959 Hayat Kronolojisi”, http:tr.fgülen.comcontentview3502128 diakses tanggal 19 Januari 2015 8 Latif Erdoğan, Kücük Dünyam: Fethullah Gülen, Istanbul: Ufuk Kitap, 2006, h. 38 36 hubungan baik dengan otoritas sipil dan militer yang ia temui dalam menjalankan tugasnya. 9 Begitu pula saat menjalani wajib militer di Ankara dan Iskenderun, Gülen terus menjalankan gaya hidup wara’ dan sederhana sembari memberikan ceramah kepada para tentara tentang moralitas dan kepercayaan Islam. Keberanian Gülen dalam menyampaikan perilaku Islam yang positif dan bertanggung jawab banyak memberikan pencerahan terhadap lingkungan masyarakat tempat ia berdakwah. 10 Menurut Dr. Ali Ünsal salah seorang murid Gülen, Fethullah Gülen memiliki sifat rendah hati, kasih sayang yang amat besar terhadap seluruh makhluk hidup, kharismatis, memiliki kesetiaan loyality, istiqamah dan sensitif terhadap hak-hak manusia. Fethullah Gülen akan tersinggung bila ada yang memujinya berlebihan misalnya sebagai alim, ulama besar, mujtahid atau semacamnya. Gülen lebih suka hanya dipandang sebagai hamba dan muslim biasa. Ia juga sangat penyayang bukan hanya kepada sesama manusia tapi juga kepada seluruh makhluk hidup. Dalam hal ini Ünsal menuturkan satu kisah pada tahun 70-an ketika Gülen dan teman-temannya mengalami kecelakan mobil di sebuah kota. Mobil yang ia tumpangi menabrak sebatang pohon dan susah dikeluarkan karena salah satu cabang pohon tersebut menembus badan mobil. Salah seorang temannya mengatakan bahwa ia akan memperbaiki mobil tersebut dengan memotong pohonnya. Namun Gülen bersikeras bagaimana caranya untuk menyelamatkan mobil dan pohonnya sekaligus. Karena desakan Gülen yang kasihan kepada pohon tersebut, akhirnya mereka pun memutuskan untuk 9 Muhammed Çetin, Pencerahan Gülen: Gerakan Sosial Tanpa Batas. terj Pipin Sophian dkk, Jakarta: UI-Press, 2013, h. 31 10 Muhammed Çetin, Ibid., h. 39 37 memotong mobilnya untuk menyelamatkan pohon tersebut. Hal yang menarik dari cerita di atas adalah ternyata ia tidak melupakan kejadian tersebut hingga sebulan kemudian dan bertanya kembali tentang kabar pohon tersebut kepada temannya. Dalam hal kesetiaan, Gülen selalu ingat kepada teman dan sahabatnya meskipun mereka telah melupakannya, menanyakan kabar mereka, mengunjungi mereka dan memberi mereka hadiah-hadiah. Ia juga selalu istiqamah dalam menjalan sesuatu khususnya ibadah. Ia beranggapan bahwa dakwah harus dimulai dari diri sendiri lalu kepada sekitarnya. Segala perkataannya ia tepati hingga sedetail apa pun. Ini dibuktikan dengan sensitifitasnya terhadap hak-hak manusia. Selama bertugas di sekolah Al- Qur’an ia tidak pernah mengambil gaji, tidak pernah memakai barang milik murid-muridnya dan selalu membayar apa yang ia gunakan dan apa yang ia makan. Sensitifitasnya dan keistiqamahannya ini yang membawanya menjadi dai yang paling berpengaruh di Turki. 11

B. Pendidikan Gülen

1. Pendidikan Agama

Fethullah Gülen menyelesaikan pendidikan agamanya di bawah bimbingan sejumlah ulama terkemuka dan sufi, serta memperoleh ijazah Islam tradisional lisensi untuk mengajar. Pendidikan agama ini diberikan hampir seluruhnya dalam sistem informal. Sebenarnya sistem ini diabaikan dan tidak diakui oleh negara meskipun tetap berjalan beriringan dengan sistem pendidikan formal. Ketika itu rezim Republik memperbolehkan shalat di masjid secara berjamaah, tetapi seluruh bentuk ajaran dan praktik agama dilarang. Meskipun 11 Wawancara dengan Dr. Ali Ünsal, Direktur Fethullah Gülen Chair pada tanggal 26 Mei 2015 38 begitu, kedua orang tua Gülen seperti masyarakat Turki lainnya pada umumnya tetap menjaga tradisi Islam warisan Turki Usmani dan memastikan anak-anak mereka mendapatkan pelajaran Al- Qur’an dan praktik dasar agama termasuk shalat sembari menghindari konfrontasi dengan penguasa rezim sekuler. 12 Kedua orang tua Gülen mendidik sendiri pendidikan dini dan ajaran agama anaknya. Itulah sebabnya Gülen pertama kali mendapatkan pengajaran membaca Al- Qur’an langsung dari ibundanya. Pada tahun 1945 ketika usianya baru menginjak empat tahun, Fethullah Gülen telah mampu mengkhatamkan Al- Qur’an hanya dalam waktu satu bulan. Hal itu dikarenakan setiap tengah malam ibundanya membangunkan Gülen dan menyampaikan nasehat serta mengajari Gülen bacaan Al- Qur’an. 13 Dalam buku “Contemporary Islamic Conversation” Gülen mengungkapkan kekaguman dan kebanggaannya terhadap ibunya tersebut dalam kata-katanya. I was nine or ten, I was completing my memorization of the Qur’an and the same time I used to help my mother. I used to help her make dough, cook, wash the dishes and clothes. Of course she still had a lots of thing left to do. She also milked the sheep and the cows. For th e reason, my mother’s life was a hardship on whole. Despite all this, she is struggle to rise us. 14 Saat saya berusia sembilan atau sepuluh tahun, saya telah menyelesaikan hafalan Al- Qu’an saya dan dalam waktu yang sama saya juga membantu ibu saya. Saya membantunya membuat adonan, memasak dan mencuci piring dan pakaian. Tentu saja ibu saya masih mempunyai banyak pekerjaan lain yang harus dilakukan. Dia juga memerah susu kambing dan sapi. Untuk alasan ini, secara keseluruhan hidup ibu saya begitu berat. Meskipun demikian dia tetap berjuang untuk membesarkan kami. 12 Muhammed Çetin, Pencerahan Gülen, h. 25 13 Latif Erdoğan, Kücük Dünyam, h. 28 14 Nevval Sevendi, Contemporary Islamic Conversation: M Fethullah Gülen on Turkey, Islam and The West, New York: States University of New York Press, 2008, h. 16. Lihat juga: Latif Erdoğan, Kücük Dünyam: Fethullah Gülen, Istanbul: Ufuk Kitap, 2006, h. 29 39 Fethullah Gülen mendapatkan pendidikan bahasa Arab dan Persia langsung dari Ayahnya sebagai bekal memasuki pelajaran di Medrese pada tahun 1951. 15 Itu karena Gülen tidak dapat mengenyam pendidikan menengah disebabkan tugas ayahnya di sebuah desa yang tidak mempunyai sekolah menengah. Ramiz Gülen menekankan kepada anaknya tentang kecintaan kepada Rasulullah dan para Sahabatnya, karena itu Gülen mendapati rumahnya dipenuhi buku-buku tentang sejarah hidup Rasulullah yang lusuh karena sering dibaca. 16 Berkat pengajaran dari ayahnya inilah, ketika Fethullah Gülen dewasa ia banyak menulis buku dan berceramah tentang sejarah dan kehidupan Rasulullah beserta Sahabat beliau. Pada tahun 1952 Gülen belajar Ilmu t ajwid dari Haji Sıtkı Efendi di Hasankale yang ia lakukan dengan berjalan kaki setiap pagi sekitar 7 hingga 8 kilometer dari desanya dan kembali pada sore hari dengan jarak yang sama. 17 Dari sekian banyak guru-gurunya, yang paling berpengaruh adalah Muhammed Lutfi Efendi seorang Imam di desa Alvar. Mengenai Lutfi Efendi Gülen berkomentar bahwa “Seakan-akan kata-kata beliau adalah ilham yang datang dari alam lain.” Pernyataan ini dilontarkan Gülen karena ia sangat menghormati dan mencermati setiap kata-kata yang didengarnya dari gurunya tersebut. Di lain kesempatan Gülen juga mengatakan. “Saya dapat mengatakan bahwa saya telah berutang banyak kepada beliau Lutfi Efendi atas semua yang telah beliau ajarkan dan 15 “1941-1959 Hayat Kronolojisi”, http:tr.fgülen.comcontentview3502128 diakses tanggal 19 Januari 2015 16 Latif Erdoğan, Kücük Dünyam, h. 27 17 Do ğu Ergil, Fethullah Gülen and the Gülen Movement in 100 Question, h. 4