Periode Izmir Kegiatan Dakwah Gülen di Turki 1956-1976

49 Masjid. Dia menggunakan pengaruhnya untuk mendorong individu untuk membuka asrama, kursus persiapan masuk perguruan tinggi, memulai pendirian media dan perusahaan penerbitan, dan mendirikan pusat-pusat komunitas. Dia akan menghabiskan usahanya dalam ibadah dan pendidikan dan menghindari kegiatan yang tidak bermakna atau sia-sia dan politik. Dalam lembaga Kestanepazar ı tersebut Fethullah Gülen bersama-sama dengan para pengurus mengorganisir kemah musim panas Summer Camp untuk siswa SMP dan SMA serta mahasiswa dengan bantuan dana dari para pengusaha lokal. Kemah-kemah musim panas ini adalah salah satu cara untuk mengajarkan iman dan prinsi-prinsip Islam kepada para pemuda karena di lembaga pendidikan formal sama sekali tidak diajarkan pelajaran agama. Dalam kegiatan ini selain diajarkan kursus pelajaran sains yang sekuler seperti fisika dan biologi, diajarkan pula diskusi tentang agama yang menyangkut peran Islam dalam wilayah publik. Dalam diskusi tersebut Gülen memberikan ceramah tentang kehidupan Nabi Muhammad dan sejarah Turki Usmani abad pertengahan yang menyimbolkan kejayaan dan kesetiaan terhadap Islam. Gülen berpendapat bahwa jika Turki ingin sekali lagi menjadi bangsa yang besar, maka setiap orang harus setia kepada Islam dan mengakui Allah dalam setiap lembaga negara. 46 Selanjutnya pada tahun 1968 untuk pertama kalinya Gülen melakukan perjalanan ibadah Haji ke Tanah suci Makkah. Menurutnya ibadah tersebut mendatangkan berkah baginya karena ia bisa tekun beribadah dan mendekatkan diri pada Allah. 47 Sepulangnya dari tanah suci pada tahun selanjutnya dia menyelenggarakan berbagai pertemuan di kedai kopi dan memberikan ceramah di seluruh wilayah Aegean dan Antalya. 48 46 Helen Rose Ebaugh, The Gülen Movement, h. 27 47 Latif Erdoğan, Kücük Dünyam, h. 117 48 Latif Erdoğan, Ibid., h. 97 50 Pada 1 Mei 1970 sejumlah tokoh Muslim termasuk Fethullah Gülen yang telah mendukung Kestanepazar ı dan kegiatan yang terencana bagi para pemuda di wilayah itu ditangkap sebagai akibat dari kudeta militer tanggal 12 Maret. Gülen bersama rekan-rekannya ditahan selama 6 bulan tanpa tuduhan hingga ia dilepaskan pada tanggal 9 November, padahal dia tidak memberikan banyak ceramah ketika itu. Kejadian yang aneh ini ternyata adalah akal-akalan dari pihak yang berwenang yang telah menangkap orang-orang dari kelompok kiri dan bahwa mereka juga harus menahan beberapa tokoh muslim agar tidak dianggap curang. 49 Setelah kejadian itu pada tahun 1971 Gülen meninggalkan jabatannya di Kestanepazar ı tetapi tetap menjalani statusnya sebagai seorang dai negara. Dia mulai berceramah dan sekaligus mengorganisir berbagai kajian mahasiswa dan boarding-hall di wilayah Aegean dan Marmara hingga tahun 1975; ia juga kemudian ditugaskan di beberapa kota seperti Edremit, Manisa dan Bornova. Kegiatan-kegiatan ini bertujuan untuk menyebarkan gagasannya mengenai pendidikan dan etika Islam yang dia telah kembangkan. Adapun pendanaan atas berbagai kegiatan ini berasal dari pengusaha dan penduduk setempat. 50 Kelompok pertama orang-orang yang berkumpul di bawah ajaran Gülen beserta pendengar- pendengar ceramahnya pun mulai membentuk sebuah cemaat Jamaah yang mirip dengan gerakan Nurcu. Kelompok baru ini terdiri dari kalangan menengah keatas dan mahasiswa. Gülen juga membantu para pelajar dan mahasiswa dengan menyediakan asrama, mengikuti ide dari gerakan Nurcu tentang Dershane Rumah Belajar atau İşik Evler Rumah cahaya dimana pendidikan dan etika 49 Latif Erdoğan, Kücük Dünyam, h. 122 50 Muhammed Çetin, Pencerahan Gülen, h. 41 51 Islam beserta karya-karya Nursi diajarkan. Asrama-asrama ini yang menjadi basis bagi kader-kader pendidik yang nantinya membangun sekolah-sekolah yang terinspirasi dari ajaran-ajaran Fethullah Gülen. 51 Pada masa ini kesempatan pendidikan masih langka bagi orang biasa di Anatolia. Sebagian besar akomodasi pelajar dan mahasiswa di kota-kota besar dikontrol atau diinfiltrasi oleh kelompok kiri dan kanan yang ekstrem yang memanaskan susasana perpolitikan di Turki. Orang tua pelajar di daerah-daerah menghadapi dilema antara harus memilih apakah menyerahkan pengasuhan anak mereka kepada ideologi tertentu atau tidak melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi dan tinggal di rumah. Karena itu asrama yang disediakan oleh Gülen dan rekan-rekannya memberikan alternatif dan ketenangan pada orang tua yang khawatir akan dampak lingkungan politik yang berlebihan. Untuk mendukung upaya pendidikan ini, para simpatisan yang sering mendatangi ceramah-ceramah Gülen mulai memberikan beasiswa bagi pelajar dan mahasiswa. Pendanaan ini memberi ruang bagi penyebaran gagasan Gülen secara lebih luas di masyarakat. 52 Pada tahun 1974, pelatihan persiapan masuk perguruan tinggi pertama dibentuk di kota Manisa dimana Gülen ditugaskan sebagai penceramah. Para mahasiswa baru tersebut sebagian besar berasal dari keluarga kaya dan terpandang serta memiliki akses ke perguruan tinggi. Pelatihan ini memberikan harapan lebih baik bagi anak-anak dari kalangan keluarga biasa di Anatolia, karena mereka dapat memperoleh kesempatan belajar di perguruan tinggi. Mobilisasi terhadap ajaran-ajaran Fethullah Gülen dilakukan untuk membentengi dampak negatif 51 Helen Rose Ebaugh, The Gülen Movement, h. 27 52 Muhammed Çetin, Pencerahan Gülen, h. 43 52 ideologi kekerasan terhadap anak-anak mereka. Keberhasilan-keberhasilan yang dicapai oleh para pendukung Gülen tentang pendidikan mengakibatkan ia diundang untuk berbicara dalam seri kuliah di seluruh Turki. Sejak saat itu dukungan terus mengalir kepada model pendidikan yang diajarkannya. Banyak di antara para pendukung ajaran Gülen secara sukarela membagi pengalaman dan ilmunya kepada orang di kota dan desa sekitarnya. Mereka secara sadar menyebarkan ajaran Gülen kepada orang yang mereka kenal. Rekaman ceramah- ceramah-ceramahnya kemudian tersebar luas melalui jaringan yang sudah ada ke seluruh negeri. 53 Pada tahun 1976, Direktorat Urusan Agama menempatkan Gülen ke Bornova, Izmir, tempat beberapa perguruan tinggi terkemuka di Turki berada dengan populasi mahasiswa yang paling besar dan banyak kegiatan aktivis militan di perguruan-perguruan tinggi pada tahun 1970-an. Di sana Gülen memberikan perhatian khusus terhadap kelompok-kelompok ekstrim kiri yang melakukan kerusuhan dan menarik uang keamanan dari para pengusaha kecil dan penjaga toko serta mengganggu kegiatan usaha dan kehidupan sosial. Para pemeras ini telah membunuh sejumlah korban. Namun dalam khutbahnya Gülen berbicara dan mendorong mereka yang terancam untuk tidak membalas dengan melakukan kekerasan yang sama, ia menganjurkan kepada mereka untuk melaporkan setiap kejahatan kepada pihak yang berwenang sehingga proses hukum dapat dilakukan. Pada waktu yang bersamaan ia menantang mahasiswa kiri dan kanan untuk datang ke Masjid dan membahas gagasan mereka dengannya dan menawarkan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tentang sekularitas dan agama. 53 Muhammed Çetin, Ibid., h. 44 53 Banyak mahasiswa menerima tawaran ini. Dengan demikian, selain kewajibannya memberikan pengajaran dan khutbah agama, Gülen juga menyediakan waktu setiap minggu malam untuk sesi diskusi ini. 54 54 Muhammed Çetin, Pencerahan Gülen, h. 47 54 BAB IV HASIL DAKWAH GÜLEN

A. Media dan Sasaran Dakwah

Media dakwah didefinisikan sebagai sarana yang digunakan dai untuk memudahkan penyampaian materi kepada mad’u komunikan dalam suatu kegiatan dakwah. 1 Media dakwah dapat merujuk kepada alat maupun pesan, baik verbal maupun non verbal, seperti cahaya dan suara. Sering pula disebut bahwa apa yang dikategorikan sebagai media disebut juga sebagai cara atau metode. 2 Dakwah yang dilakukan Fethullah Gülen di Turki hingga tahun 1976 menggunakan media diantaranya berbentuk lisan, tulisan dan rekaman. Selain itu akhlak dan perilaku yang baik uswah hasanah juga menjadi media pendorong kesuksesan dakwahnya. Sebagaimana telah dibahas sebelumnya bahwa Fethullah Gülen memiliki sifat-sifat yang luhur, rendah hati, penyayang, loyalitas dan sensitif terhadap hak-hak manusia. Ia juga memiliki kepribadian dan akhlak yang amat santun, jujur, aktif, berani dan tidak egois. Ia tidak segan berkorban untuk orang lain dan melayani mereka. Kehidupannya ia jalani dengan berusaha mencontoh Rasulullah SAW dan Sahabat-sahabatnya. Selama berdakwah Gülen sangat wara’ dan sederhana sehingga banyak orang yang percaya sekaligus terinspirasi dengan pemikiran-pemikirannya. 3 Ia memulai dakwahnya dari masjid ke masjid dengan berbagai ceramah, khutbah, diskusi ilmiah, dan pengajian. 1 M. Munir Wahyu Ilaihi, Manajemen Dakwah, Jakarta: Kencana, 2012, h. 32 2 Acep Aripudin, Pengembangan Metode Dakwah: Respon Da’i Terhadap Dinamika Kehidupan Beragama di Kaki Ciremai, Jakarta: Rosdakarya, 2011, h. 13 3 Wawancara dengan Dr. Ali Ünsal, Direktur Fethullah Gülen Chair pada tanggal 26 Mei 2015 55 Berdasarkan aktifitas ceramah dan kajiannya yang semakin banyak, dia kemudian menggunakan media rekaman untuk menyebarkan dakwahnya. Rekaman diskusi dan kuliahnya telah beredar sejak tahun 1966 ke seluruh wilayah Turki melalui pihak ketiga 4 , rekaman ceramah dan khutbahnya sejak awal dipublikasikan oleh Nil Production. 5 Adapun sasaran dakwah Fethullah Gülen adalah merangkul semua lapisan masyarakat di seluruh wilayah Turki utamanya para generasi muda yang merupakan masa depan sebuah bangsa. Gülen melihat ada dua permasalahan yang dialami oleh rakyat Turki yaitu kebodohan dan kemiskinan. Menurutnya pendidikan merupakan syarat untuk modernisasi sosial, ekonomi dan politik. Pendidikan agama dan sains adalah dua macam pendidikan yang saling memperkuat satu sama lain dan akan berperan besar dalam realitas sosial, intelektual dan etika. 6 Karena itu Gülen berusaha mendidik generasi muda agar memiliki kepribadian yang sesuai dengan prinsip-prinsip Islam dan Ilmu pengetahuan modern. Disini terlihat pengaruh dari ajaran-ajaran Said Nursi yang berusaha memadukan antara ilmu agama dan sains.

B. Asrama dan Kursus

Dalam bidang pendidikan Fethullah Gülen menyelenggarakan berbagai kegiatan, yaitu dengan mengadakan kemah musim panas Summer Camp untuk mengajarkan nilai-nilai keislaman, mengadakan diskusi-diskusi malam, membina dan mendirikan asrama bagi para pelajar dan mahasiswa. Kemudian untuk 4 Muhammed Çetin, Pencerahan Gülen: Gerakan Sosial Tanpa Batas. terj Pipin Sophian dkk, Jakarta: UI-Press, 2013, h. 43 5 M. Fethullah Gülen, Vaaz Külliyatı: Vaazlar, Hutbeler, Soru-Cevablar, Sohbetler, Konferanslar, Fihrist, Istanbul: Nil Production, 2013, h. 5 6 Helen Rose Ebaugh, Ibid, h. 35 56 pertama kalinya pada tahun 1974 ia berhasil mendirikan lembaga kursus persiapan masuk ke universitas di kota Manisa bagi para mahasiswa yang datang dari seluruh penjuru wilayah Turki. 7 Bahkan, Fethullah Gülen berhasil mengispirasi banyak orang untuk mengikuti gagasan-gagasannya di bidang tersebut, sehingga memudahkan penyebaran dakwahnya ke seluruh wilayah Turki serta pendanaan bagi seluruh kegiatan-kegiatannya. Ketika itu terjadi banyak konflik di Turki antara paham kiri Komunisme dan kanan Nasionalisme sehingga menyebabkan jatuhnya banyak korban. Masalah ekonomi juga makin memperburuk suasana dan meningkatkan pengangguran dan kekacauan di jalan-jalan. Situasi ini menimbulkan keengganan bagi para orang tua untuk meyekolahkan anak-anak mereka ke jenjang yang lebih tinggi di kota. Mereka takut anak-anak mereka menjadi korban dari konflik politik dan sosial yang tengah berlangsung. Namun Fethullah Gülen dengan pengaruhnya yang luas mendorong para orang tua untuk tetap memasukkan anak-anak mereka ke universitas agar orang- orang Komunis dan Ateis tidak menguasai negeri Turki di masa depan. Kemudian karena keberhasilannya meyakinkan masyarakat akan kelebihan sistem pendidikan yang ia kembangkan, para orang tua yang menitipkan anak mereka tidak khawatir lagi anak-anak mereka akan terjerumus kepada ideologi yang salah bila melanjutkan pendidikan mereka ke Universitas. Ia juga mendorong orang- orang yang setia mendengarkan pidato-pidatonya untuk mendirikan asrama- 7 Helen Rose Ebaugh, The Gülen Movement: A Sociological Analysis of a Civil Movement Rooted in Moderate Islam, New York: Springer, 2010, h. 27. Lihat juga: Muhammed Çetin, Pencerahan Gülen: Gerakan Sosial Tanpa Batas. terj Pipin Sophian dkk, Jakarta: UI-Press, 2013, h. 43-47