Latar Belakang Masalah Kesiapan administratif guru dalam implementasi kurikulum 2013 di SMAN 3 Tangerang selatan

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan unsur utama dalam pengembangan manusia seutuhnya. Oleh karenanya, pengelolaan pendidikan harus berorientasi kepada bagaimana menciptakan perubahan yang lebih baik. Salah satu upaya itu ditempuh melalui penerapan kurikulum yang disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat dan perkembangan zaman. Pada dasarnya kurikulum bersifat dimanis, karena kurikulum itu sendiri terkait erat dengan perubahan dan perkembangan yang terjadi dalam kehidupan masyarakat, berbangsa dan bernegara, serta tidak terlepas dari pengaruh perubahan global, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta seni dan budaya. 1 Dengan demikian, suatu kurikulum harus terus beradaptasi pada berbagai perubahan dan perkembangan yang ada. Maka perubahan kurikulum adalah suatu hal yang sangat mungkin terjadi. Kurikulum akan terus menerus mengalami perubahan agar suatu kurikulum mampu menjawab tantangan zaman, dan untuk mempersiapkan peserta didik yang mampu bersaing di masa mendatang dengan segala kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sebagaimana dijabarkan dalam Pasal 36 UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pengembangan kurikulum dilakukan dengan mengacu pada standar nasional pendidikan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Kurikulum disusun sesuai dengan jenjang pendidikan dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan memperhatikan peningkatan iman dan takwa; peningkatan akhlak mulia; peningkatan potensi, kecerdasan, dan minat peserta didik; keragaman potensi daerah dan lingkungan; tuntutan pembangunan daerah dan nasional; tuntutan dunia kerja; perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni; agama; dinamika perkembangan global; dan persatuan 1 Imas Kurniasih dan Berlin Sani, Sukses Mengimplementasikan Kurikulum 2013, Kata Pena,2014, h. 3 nasional dan nilai-nilai kebangsaan. 2 Oleh karena itu, salah satu faktor keberhasilan mencapai tujuan pendidikan ditentukan dengan bagaimana penerapan kurikulum dengan sebaik mungkin. Maka diperlukan kesiapan yang matang untuk menerapkan suatu kurikulum. Dalam sejarah pendidikan di Indonesia sudah beberapa kali diadakan perubahan dan perbaikan kurikulum, diantaranya yaitu perubahan dari kurikulum 1947 dengan nama Rentjana Pembelajaran disempurnakan menjadi kurikulum 1952 dengan nama Rentjana Pembelajaran Terurai, kemudian perubahan kurikulum 1975, Kurikulum Berbasis Kompetensi KBK tahun 2004, serta Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP tahun 2006. 3 Perubahan kurikulum tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu ilmu dan teknologi, sosial, budaya, dan ekonomi, serta adanya perkembangan dan perubahan yang menuntut perlunya perbaikan sistem pendidikan nasional, termasuk penyempurnaan kurikulum untuk mewujudkan masyarakat yang mampu bersaing dan menyesuaikan diri dengan perubahan zaman. Unsur politik juga turut mempengaruhi perubahan kurikulum. Hal ini terbukti ketika pergantian kepemimpinan di Indonesia seringkali terjadi perubahan dalam penerapan kurikulum. Pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Kemendikbud telah memberlakukan kurikulum 2013 mulai tahun ajaran 20132014. Sebagai pengembangan dari kurikulum tingkat satuan pendidikan KTSP, secara umum materi rancangan kurikulum 2013 sebenarnya seperti kembali ke periode kurikulum berbasis kompetensi KBK. Namun, titik tekan pada kompetensi dan proses implementasi kurikulum sajalah yang hendak diubah. Menurut Mohammad Nuh dalam Mulyoto, menjelaskan bahwa “implementasi kurikulum 2013 akan menekankan pada pengembangan kreativitas siswa dan 2 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 36 3 Kurniasih dan Berlin Sani, Op.Cit, h. 4 penguatan karakter. Kurikulum ini akan memenuhi tiga komponen utama dalam pendidikan secara berimbang yaitu pengetahuan, keterampilan, dan sikap. ” 4 Dalam kurikulum 2013 kemampuan dan kreativitas guru sangat dinanti dalam rangka menumbuh kembangkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi secara efektif, berpikir jernih dan kritis, mempertimbangkan segi moral suatu permasalahan, menjadi warga negara yang bertanggung jawab, kemampuan mencoba untuk mengerti dan toleran terhadap pandangan yang berbeda, kemampuan hidup dalam masyarakat global, memiliki minat luas dalam kehidupan, memiliki kesiapan untuk bekerja, memiliki kecerdasan sesuai bakatminatnya, serta dengan bakatminatnya memiliki rasa tanggung jawab terhadap lingkungan. Hal ini sejalan dengan tujuan pendidikan nasional yang diamanatkan dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yaitu mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. 5 Untuk mencapai hal tersebut tentu diperlukan suatu pengelolaan yang baik berupa administrasi, termasuk dalam bidang kurikulum. Dengan adanya administrasi kurikulum maka komponen kurikulum dapat diatur dan dikelola dengan sebaik-baiknya, sehingga membantu dan mempermudah guru dalam mencapai tujuan pembelajaran yang mengacu pada tujuan pendidikan nasional. Guru sebagai perencana kurikulum pada tingkat satuan pendidikan diharuskan melakukan administrasi kurilukum dengan merencanakan proses pembelajaran yang baik. Administrasi tersebut merupakan hal penting dalam mencapai tujuan pembelajaran karena guru merupakan kunci untuk pencapaian tujuan pada proses belajar mengajar. Seluruh proses belajar mengajar dapat berjalan lancar dan berhasil baik jika pelaksanaannya melalui proses administrasi guru tersebut. Maka sangat penting 4 Mulyoto, Strategi Pembelajaran di Era Kurikulum 2013, Jakarta: Prestasi Pustakaraya, 2013, h. 114-115 5 E. Mulyasa, Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2013, h. 20 bagi seorang pendidik memenuhi administrasi sesuai dengan jenjang atau sekolah yang menjadi tempat pengabdiannya, terlebih lagi dengan diberlakukannya kurikulum 2013 mulai tahun ajaran 20132014. Di sini guru dituntut mampu menjalankan administratifnya dengan menyesuaikan ketentuan-ketentuan yang berlaku pada kurikulum 2013. Hal ini perlu dilakukan untuk mempermudah guru dalam mengimplementasikan kurikulum 2013, sehingga tercapainya keberhasilan pembelajaran sebagaimana tujuan pendidikan nasional yang diamanatkan dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Walaupun pemerintah telah menerapkan kurikulum 2013 sejak tahun ajaran 20132014 atau pada bulan Juli 2013 di sekolah-sekolah sasaran se-Indonesia, namun dalam implementasinya masih menghadapi berbagai kendala antara lain terkait dengan anggaran, kesiapan perangkat kurikulum, kesiapan guru, sosialisasi, dan distribusi buku. Di antara semua kendala di atas, masalah utama yang perlu diperhatikan adalah kesiapan guru sebagai kunci keberhasilan implementasi kurikulum ini. Kurikulum 2013 mengharuskan guru berperan optimal dalam pembelajaran. Untuk menyiapkan guru ideal dalam kurikulum 2013 diperlukan pendidikan dan pelatihan khusus. Sementara persiapan kurikulum 2013 dinilai terlalu tergesa-gesa dan kurang memperhatikan kesiapan satuan pendidikan dan guru, sehingga terkesan dipaksakan untuk tetap dijalankan. Seyogyanya implementasi kurikulum 2013 tidak dapat dipaksakan sebab peningkatan mutu pendidikan tidak bisa dicapai secara instan tetapi memerlukan proses dan tahapan yang panjang. Walaupun demikian, kurikulum 2013 tetap dilaksanakan secara bertahap mulai tahun ajaran 20132014. Dalam kurikulum 2013 guru dituntut berperan secara aktif sebagai motivator dan fasilitator pembelajaran yang berpusat pada siswa. Hal ini menjadi kendala tersendiri bagi para guru karena tidak semua guru memiliki kompetensi tersebut. Selain itu, guru dituntut kesiapannya untuk melaksanakan kurikulum dalam waktu yang relatif singkat sementara perangkatnya belum disiapkan secara matang. Buku pegangan guru dan buku siswa belum didistribusikan dengan baik. Bukan persoalan yang mudah untuk mempersiapkan guru yang ideal seperti harapan kurikulum 2013 dalam waktu singkat, terutama untuk merubah mindset guru dari yang semula hanya mencapai kemampuan kognitif siswa sementara dalam kurikulum 2013 guru harus mampu mengarahkan siswa untuk aktif, produktif, kreatif, dan berpikir kritis. Tahun 2014 Pemerintah menargetkan dapat melatih 1,3 juta guru secara bertahap dan bertingkat. Pada kenyataannya baru 283.000 guru yang sudah dilatih menjelang tahun ajaran baru. Dengan presentase yaitu 20,3 guru sudah dilatih dan 79,3 guru sasaran yang belum mendapatkan pelatihan. Pemerintah belum mampu melatih semua guru. 6 Dari paparan tersebut dapat kita ketahui masih terdapat beberapa kendala yang dihadapi guru dalam mengimplementasikan kurikulum 2013. Untuk mencapai keberhasilan kurikulum ini maka kesiapan guru mutlak diperlukan, oleh karena itu sebelum kurikulum 2013 diimplementasikan secara serentak nasional, perlu dilakukan sosialisasi dan pelatihan bagi guru-guru secara berkelanjutan. Pada tanggal 5 Desember 2014, Kementerian Pendidikan dan Budaya mengeluarkan surat edaran yang berisikan keputusan Mendikbud tentang keberlanjutan kurikulum 2013. Mendikbud memutuskan untuk menghentikan pelaksanaan kurikulum 2013 di sekolah-sekolah yang baru menerapkan satu semester, yaitu sejak Tahun Pelajaran 20142015. Sekolah-sekolah ini akan kembali menggunakan kurikulum 2006. Sementara sekolah-sekolah yang telah tiga semester menerapkan kurikulum 2013 tetap melanjutkan kegiatan belajar mengajar dengan kurikulum 2013, serta menjadikan sekolah-sekolah tersebut sebagai sekolah pengembangan dan percontohan penerapan kurikulum 2013. Berdasarkan keputusan tersebut, selaku aparatur pemerintah, Dinas Pendidikan Kota Tangerang Selatan turut menjalankan kebijakan untuk menghentikan sementara kurikulum 2013 bagi sekolah-sekolah yang baru menjalankan satu semester. Dinas pendidikan juga turut merasa prihatin karena penghentian kurikulun 2013 ini dilakukan pada semester genap, sehingga guru- 6 Farida Alawiyah, “Kesiapan Guru Dalam Implementasi Kurikulum 2013”, Info Singkat, Vol. 6, 2014, h. 10 guru yang sekolahnya beralih kembali pada kurikulum 2006 merasa kewalahan mengejar pelajaran untuk persiapan ujian. 7 Pada awal tahun ajaran 20142015 seluruh sekolah menengah atas dan sederajat di Kota Tangerang Selatan telah menerapkan kurikulum 2013, namun karena kebijakan tersebut kini sekolah yang tetap menerapkan kurikulum tersebut sebanyak 23 sekolah dengan rincian yaitu 11 sekolah untuk SMK dan 12 sekolah untuk SMA. Salah satu sekolah menengah atas yang tetap menjalankan kurikulum 2013 yaitu SMAN 3 Kota Tangerang Selatan. Sekolah yang berlokasi di Jl.Benda Timur XI, komplek Perumahan Pamulang Permai 2, Kota Tangerang Selatan ini, sudah berdiri sejak tahun 1987. Sekolah ini mulai menerapkan kurikulum 2013 sejak tahun ajaran 20132014 lalu. Sekolah dengan akreditasi A ini menyambut datangnya kurikulum 2013 dengan mengikutsertakan pelatihan bagi guru-guru secara bertahap setiap tahunnya. 8 Dalam menerapkan kurikulum 2013 pihak sekolah mengharapkan agar buku pegangan guru dan buku siswa segera didistribusikan sehingga guru-guru dapat melakukan pendalaman materi, mengatur strategi pembelajaran, dan melengkapi tugas administrasinya. Selain itu, buku pegangan guru yang tersedia hanya untuk guru mata pelajaran wajib saja sementara untuk mata pelajaran peminatan tidak tersedia. Guru juga mengeluhkan banyaknya tugas administrasi yang perlu dipenuhi pada kurikulum ini. Hal tersebut dipengaruhi oleh perubahan yang terdapat dalam kurikulum 2013 seperti penerapan pendekatan saintifik dan penilaian autentik dalam pembelajaran. Untuk penilaian dalam kurikulum ini guru diharuskan membuat instrument penilaian berupa portofolio, lembar pengamatan atau observasi, lembar penilaian sikap, dan lembar penilaian kinerja atau praktik. Setiap lembar penilaian harus dicantumkan pensekoran yang disesuaikan dengan skala penilaian kurilukum 2013 meliputi kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Seluruh instrument tersebut dijabarkan dalam RPP yang disusun oleh masing-masing guru. 7 Sridoyo, Ketua Bidang Pendidikan Menengah Dinas Pendidikan Kota Tangerang Selatan, Wawancara, Bumi Serpong Damai, 04 Maret 2015, pukul 11:15 8 Yuniati, Wakil Bidang Pengembangan Pendidikan, Wawancara, Pamulang, 02 Desember 2014, pukul 13:30 Selain itu, dalam RPP guru mengelola pembelajaran dengan menggunakan pendekatan saintifk yang menjabarkan kegiatan pembelajaran melalui langkah- langkah mengamati observasi, menanya, mengumpulkan informasi atau eksperimen, mengasosiasikan atau mengolah informasi, dan mengkomunikasikan. Penjabaran kegiatan tersebut mengacu pada program tahunan, program semester dan silabus yang telah ditetapkan. Oleh karena itu, guru juga diharuskan menyusun program tahunan dan semester pada awal tahun ajaran sebagai pedoman guru dalam mengembangkan program atau kegiatan berikutnya. Sementara untuk ketercapaian KD dapat dilihat dari KKM yang telah ditetapkan sehingga diharapkan guru dapat memaksimalkan proses pembelajaran yang telah direncanakan dalam RPP agar dapat memenuhi KKM yang telah ditetapkan sesuai kriteria penilaian kurikulum 2013. Mempersiapkan tugas-tugas dalam hal-hal yang berkaitan dengan administrasi guru merupakan hal yang penting dalam perencanaan pelaksanaan pembelajaran sebab sebuah aktivitas akan memberikan hasil yang optimal jika aktivitas itu telah direncanakan dengan baik. Namun, penyusunan administrasi tersebut cukup menyita waktu guru. Sedangkan guru harus bekerja keras dalam mengelola pembelajaran karena dalam implementasi kurikulum 2013 guru dituntut memiliki kemampuan dalam menumbuh kembangkan kompetensi siswa melalui pembelajaran yang berpusat pada siswa. Sementara tidak semua siswa mampu melaksanakan pembelajaran seperti itu. Sebagai sekolah yang tetap menjalankan kurikulum 2013, menjadikan SMAN 3 Kota Tangerang Selatan termasuk dalam sekolah pengembangan dan percontohan penerapan kurikulum 2013 di Kota Tangerang Selatan. Dengan demikian, dalam menghadapi perubahan dan pengembangan kurikulum 2013 sekolah dituntut kesiapannya dalam pelaksanaan kurikulum 2013. Terutama kesiapan guru yang meliputi kesiapan akademik dan administrastif. Dalam pelaksanaan kurikulum 2013 administrasi guru yang perlu disiapkan adalah program tahunan, program semester, rencana pelaksanaan pembelajaran RPP, dan kriteria ketuntasan minimal KKM. Mengingat urgensi administratif guru dalam proses pembelajaran, perlu diteliti lebih lanjut mengenai kesiapan guru dalam pelaksanaan kurikulum 2013 khususnya dari aspek administratifnya. Dengan demikian, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “KESIAPAN ADMINISTRATIF GURU DALAM IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DI SMAN 3 KOTA TANGERANG SELATAN ”.

B. Identifikasi masalah