Dampak Kecemasan Matematika Teori Mengenai Kecemasan Matematika

merasa pusing, sakit perut, berkeringat dingin, dan sering menarik nafas panjang ketik mengikuti pembelajaran matematika j. Tingkah laku kompulsif, tingkah laku kompulsif merupakan tingkah laku yaang tidak berhubungan dengan tugas dan mungkin langsung berupa tindakan seseorang yang bersifat negatif. Misalnya siswa membuat coretan-coretan yang tidak ada kaitannya dengan tugas atau soal yang dikerjakan. k. Tingkah laku menghindari, murid-murid yang cenderung menghindari pelajaran matematika, ujian, dan tidak mengerjakan PR matematika merupakan indikator bahwa mereka mengalami kecemasan matematika. l. Kurang menghargai diri sendiri, pernyataan-pernyataan seperti “saya tidak bisa mengerjakan soal- soal matematika” atau “saya tidak akan pernah mendapatkan skor bagus dalam pelajaran matematika” menunjukkan kurangnya penghargaan terhadap diri sendiri. Pernyataan-pernyataan negatif seperti ini mengindikasikan kecemasan matematika.

5. Dampak Kecemasan Matematika

Kecemasan matematika yang dialami siswa memiliki berbagai tingkatan, dari rendah, sedang hingga tinggi. Berbagai penelitian mencoba untuk menemukan dampak kecemasan matematika terhadap beberapa sektor, diantaranya dampak kecemasan matematika terhadap kemampuan matematis dan dampak kecemasan matematika terhadap konsekuensi kognitif. Menurut penelitian yang dilakukan Aschraft dalam Math anxiety : personal, educational and cognitives consequence 2002:181 ditemukan bahwa individu dengan tingkat kecemasan matematika yang tinggi belum tentu mengalami kemampuan matematis yang rendah. Mereka yang memiliki tingkat kecemasan matematika yang tinggi dapat memeperoleh nilai yang sama baiknya dengan teman-temannya dalam penilaian aritmatika. Menurut penelitian Dehaene dalam Math anxiety : personal, educational and cognitives consequence 2002:182 ditemukan bahwa individu dengan tingkat kecemasan matematika tinggi membuat kesalahan yang lebih banyak dalam pengerjaan soal matematika . Sebaliknya, individu dengan tingkat kecemasan matematika yang rendah membuat kesalahan yang lebih sedikit dalam pengerjaan soal matematika. Hal yang menguatkan penelitian diatas diungkapkan oleh Eysenck dan Calvo dalam Aschraft 2002:182 bahwa ndividu dengan kecemasan matematika lebih berfokus pada kecemasan dan ketidaksukaannya pada matematika daripada tugas yang ada ditangan mereka. Lebih lanjut Nursilawati dalam penelitiannya mengenai korelasi antara self-efficacy rasa kepercayaan diri dalam hal mampu menyelesaiakan tugas terhadap kecemasan matematika siswa 2010:74 menyimpulkan bahwa semakin tinggi self-efficacy seseorang maka semakin rendah kecemasan matematika yang dialami orang tersebut. Hasil penelitian tersebut didukung oleh Penelitian sejenis yang dilakukan Dobson 2012:13 menyatakan bahwa “A lower self-efficacy can lead to higher level of math anxiety”. Self-efficacy yang rendah dapat berdampak pada tingginya tingkat kecemasan matematika. Menurut Yulianti 2010:45 penelitian tentang kecemasan siswa terhadap pembelajaran matematika selalu berhubungan dengan faktor kesenangan enjoyment atau ketertarikan terhadap pelajaran matematika. Hal ini serupa dengan pendapat Aschraft 2002:183 dampak kecemasan matematika seharusnya juga menjadi bukti bahwa kecemasan matematika mencerminkan aktifitas mental working memory sseseorang.

6. Mengukur Kecemasan Matematika