Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

Ujian Akhir Semester Seminar Problematika Pembelajaran Matematika Nama : Dinda Mahardika Nim : 33 2013 031 SemesterKelas : VIIA Dosen Pengampu : Drs. Syaifudin, M.Pd.

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Matematika adalah mata pelajaran wajib yang ditemui oleh setiap peserta didik dari jenjang pendidikan terendah hingga jenjang perguruan tinggi. Matematika menjadi ruh bagi setiap mata pelajaran yang lain karena matematika selalu memiliki keterkaitan dengan mata pelajaran yang lain. Secara umum, pembelajaran matematika bertujuan agar peserta didik memiliki kecakapan atau kemahiran matematika. Kecakapan atau kemahiran matematika merupakan bagian dari kecakapan hidup yang harus dimiliki peserta didik terutama dalam pengembangan penalaran, komunikasi, dan pemecahan masalah problem solving yang dihadapi dalam kehidupan peserta didik sehari-hari. Matematika selalu digunakan dalam segala segi kehidupan Kemendikbud:2016 Menurut Daryanto dalam buku “Inovasi Pembelajaran efektif” halaman 156, matematika bukan hanya sekedar aktivitas mengenai penjumlahan, pengurangan, pembagian, dan perkalian karena bermatematika di zaman sekarang harus aplikatif dan sesuai dengan kebutuhan hidup modern. Karena itu, materi matematika bukan lagi sekedar aritmetika, melainkan beragam jenis topik dan persoalan yang akrab dengan kehidupan sehari-hari. Mengingat begitu besar dan pentingnya aplikasi matematika dalam kehidupan sehari- hari, ternyata matematika pun hingga saat ini belum menjadi pelajaran yang difavoritkan oleh para peserta didik, hal ini terbukti melalui hasil tanya-jawab yang dilakukan peneliti kepada beberapa peserta didik reponden dari jenjang sekolah dasar SD hingga perguruan tinggi, ketika para responden diberikan pertanyaan mengenai bagaimana pendapatnya mengenai pelajaran matematika, sebagian besar responden menjawab bahwa matematika itu sulit, rumit, menyebalkan, membingungkan, hingga menakutkan dan lain sebagainya. Menurut Daryanto 2013:156, terkait rasa apriori berlebihan terhadap matematika ditemukan beberapa penyebab rasa takut terhadap pelajaran matematika, diantaranya adalah yang mencakup penekanan berlebihan pada penghafalan semata, penekanan pada kecepatan berhitung, pengajaran otoriter, kurangnya variasi pada proses belajar mengajar matematika, dan penekanan berlebihan pada prestasi individu. Jika dibiarkan terus-menerus hal tersebut akan menyebabkan rasa benci hingga tidak berminat bahkan cenderung menghindari mempelajari matematika, sehingga pelajaran matematika hanya dipelajari sebagai tuntutan kewajiban dari kurikulum tanpa ada kebermaknaan belajar yang dialami oleh peserta didik. Perasaan apriori tersebut dalam psikologi pendidikan kita kenal sebagai kecemasan matematika atau Math Anxiety. Ellen Freedman 1988 dalam artikel “Do You Have Math Anxiety” menyatakan bahwa “Math Anxiety is a feeling of intense frustration or helplessness about ones ability to do math ”. Kecemasan matematika muncul akibat perasaan frustasi dan putus asa dalam menyelesaikan masalah matematika. Selanjutnya menurut Siroj dalam Yulianti 2010 menyimpulkan bahwa kecemasan matematika tidak hanya perasaan tidak suka terhadap matematika sikap negatif terhadap matematika tetapi merupakan bentuk perasaan frustasi yang mendalam atau perasaan tertekan dan tidak berdaya yang mendalam dari seseorang apabila berhadapan dengan hal-hal yang berkaitan dengan matematika. Dalam kurikulum 2013 yang kini ditetapkan terdapat sedikit perbedaan pada struktur kurikulum, salah satunya mengenai pemberlakuan mata pelajaran kelompok wajib dan kelompok peminatan serta penambahan beban belajar bagi beberapa mata pelajaran. Matematika juga dikembangkan menjadi dua mata pelajaran, yaitu matematika wajib dan matematika peminatan. Dikutip dari Draft kurikulum 2013 Kemendikbud 2013 kurikulum 2013 mengisyaratkan terdapat penambahan beban belajar di setiap jenjang pendidikan, untuk jenjang Sekolah Menengah Atas SMAMA yaitu beban belajar kelas X bertambah dari 38 jam pelajaran menjadi 42 jam pelajaran, sedangkan kelas XI dan XII bertambah dari 38 jam pelajaran menjadi 44 jam pelajaran. Menurut Permendikbud No. 69 Tahun 2013 tentang kerangka dasar dan struktur kurikulum, Beban belajar merupakan keseluruluhan kegiatan yang harus diikuti peserta didik dalam satu minggu, satu semester dan satu tahun pembelajaran. Beban belajar dirumuskan dalam bentuk satuan waktu yang dibutuhkan peserta didik untuk mengikuti program pembelajaran melalui sistem tatap muka, penugasan terstruktur, dan kegiatan mandiri tidak tersruktur untuk mencapai standar kompetensi lulusan serta kemampuan lainnya dengan memperhatikan tingkat perkembangan peserta didik. Pada Matematika Kurikulum 2013 pada Kelas X program MIA Matematika dan Ilmu Alam mendapatkan dua macam mata pelajaran matematika yaitu matematika wajib sebanyak 4 jam pelajaran dan matematika peminatan sebanyak 3 jam pelajaran, sehingga dalam satu minggu siswa harus belajar matematika selama 7 jam pelajaran. Menurut Ellen Freedman 1988, terdapat pemikiran yang tidak benar berkembang di masyarakat mengenai matematika hingga menyebabkan kecemasan matematika, diantaranya: 1 laki-laki memiliki kemampuan lebih baik dalam pelajaran matematika dibandingkan dengan perempuan, 2 matematika ha rus diselesaikan melalui cara “terbaik best” dan “terbenar correct”, 3 untuk dapat memahami matematika seseorang harus memiliki “jiwa matematika mathematical mind”. Menurut penelitian “Pengaruh Kecemasan Siswa Pada Matematika Dan Motivasi Belajar Terhadap Prestasi Belajar Matematika” yang dilakukan oleh Solikhah 2011 disimpulkan bahwa ada pengaruh positif antara kecemasan siswa pada matematika dan motivasi belajar terhadap prestasi belajar matematika siswa kelas VII SMP Negeri 2 Dawarblandong dengan korelasi r = 0,611 yang termasuk dalam kriteria cukup. Menurut penelitian “Faktor-faktor Penyebab Kecemasan Matematika” yang dilakukan oleh Anditya 2016 disimpulkan bahwa Adapun faktor penyebab kecemasan matematika pada siswa kelas XII perawat kesehatan 2 SMK Muhammadiyah Delangu antara lain: kondisi situasi kelas yang kurang kondusif, ujian nasional matematika, lemahnya kemampuan guru dalam menyampaikan materi pelajaran, matematika memiliki banyak rumus, harapan keluarga agar mendapat nilai bagus, dan siswa tidak bisa menyelesaikan permasalahan matematika. Dengan 61,54 siswa terindikasi kecemasan matematika tingkat sedang, 30,77 siswa masih belum bisa dikategorikan terindikasi atau tidak terindikasi kecemasan matematika, dan 7,69 siswa yang dinyatakan tidak memiliki permasalahan dengan matematika. Berdasarkan uraian diatas peneliti menduga bahwa beban belajar Matematika yang banyak pada kurikulum 2013 dapat menyebabkan kecemasan matematika kepada siswa kelas X program MIA sehingga peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian dalam rangka menyelidiki tingkat kecemasan matematika terhadap pembelajaran matematika kurikulum 2013 dengan judul “Analisis Tingkat Kecemasan Matematika Terhadap Penerapan Beban Belajar Mata Pelajaran Matematika Kurikulum 2013 Pada Siswa Kelas X MIA di SMA Negeri Unggulan Kota Palemb ang”

B. Rumusan Masalah