Kerangka Teori Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori 1.Tinjauan Pustaka

2. Kerangka Teori

Dalam penulisan skripsi ini penulis mempergunakan kerangka teori berdasarkan pendapat-pendapat pakar yang diperoleh dari sumber pustaka yang dibaca oleh penulis. Menurut Ferdinand de Saussure bahwa kata semantik dalam bahasa Indonesia diturunkan dari kata bahasa Yunani Kuno sema yang berarti “tanda” atau “lambang”. Bentuk verbalnya adalah semaino yang berarti “menandai” atau “ melambangkan”. Yang dimaksud dengan tanda atau lambang di sini adalah sebagai padanan kata “sema” itu adalah tanda linguistik. Tanda Linguistik itu terdiri dari komponen penanda yang berwujud bunyi, dan komponen petanda yang berwujud konsep atau makna. Menurut Henri Guntur Tarigan 1985 : 18 bahwa secara etimologis kata semantik berasal dari bahasa Yunani semantickos yang berarti “penting” yang diturunkan pula dari semainein yang berarti “memperlihatkanmenyatakan” yang berasal pula dari sema yang berarti “tanda” yang terdapat pada kata semapore yang berarti “tiang sinyal” yang dipergunakan sebagai tanda oleh kereta api. Jadi semantik adalah telaah makna. Semantik menelaah lambang-lambang atau tanda-tanda yang menyatakan makna, hubungan makna yang satu dengan yang lain dan pengaruhnya terhadap manusia dan mayarakat. Verba hagemu, ganbaru, dan doryoku suru memiliki makna yang berbeda, maka untuk menganalisa ketiga kata tersebut penulis menggunakan pendekatan semantik. Banyak teori yang dikembangkan oleh paham filsafat dan linguistik sekitar teori makna dalam studi semantik. Menurut Parera 1990:16 secara umum teori makna dibedakan atas : Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 1. Teori Referensial Korespondensi 2. Teori Kontekstual 3. Teori Mentalisme 4. Teori Formalitas Dari beberapa makna yang termasuk dalam kajian semantik, teori makna yang sesuai dengan permasalahan yang akan dibahas adalah teori makna kontekstual. Dari teori yang dikemukakan oleh Wittgenstein seperti diatas, maka sudah pasti verba hagemu, ganbaru, dan doryoku suru memiliki perbedaan makna dan tidak digunakan dalam konteks yang sama. Untuk itu dalam penelitian ini penulis akan membahas tentang makna yang ada dalam verba hagemu, ganbaru dan doryoku suru. Makna kontekstual merupakan makna sebuah leksem kata yang berada di dalam satu konteks. Chaer, 2003:290. Teori kontekstual mengisyaratkan pula bahwa sebuah kata symbol ujaran tidak mempunyai makna jika ia terlepas dari konteks Parera, 1991:18. Menurut Chaer 1994: 59, makna itu terbagi atas dua yaitu makna leksikal dan makna gramatikal. Dalam bahasa Jepang makna leksikal disebut makna kamus jisho teki imi atau makna kata goi teki imi yang sesuai dengan referensinya sebagai hasil pengamatan indra dan terlepas dari unsur gramatikalnya, atau bisa juga dikatakan sebagai makna asli suatu kata, sedangkan makna gramatikalnya yang dalam bahasa Jepang disebut makna kalimat bunpo teki imi yaitu makna yang muncul akibat dari proses gramatikalnya Sutedi, 2003 : 105-106 . Kata hagemu, ganbaru, dan doryoku suru memiliki makna atau pengertian yang sedikit berbeda. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara

1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penulisan