21
2.2 Kerangka Teori
Menurut Sugiyono 2007 dalam bukunya Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif, kerangka teori merupakan konsep tentang bagaimana teori
berhubungan dengan berbagai faktor yang telah didefenisikan sebagai masalah yang penting. Teori adalah konsep – konsep dan generalisasi – generalisasi hasil
penelitian yang dapat dijadikan sebagai landasan teoritis untuk pelaksanaan penelitian.
Pada penelitian kualitatif, teori yang dikemukakan bersifat sementara, dan akan berkembang atau berubah setelah peneliti berada dilapangan. Selanjutnya
dalam landasan teori, tidak perlu dibuat kerangka berfikir sebagai dasar untuk perumusan hipotesis, karena dalam penelitian kualitatif tidak akan menguji
hipotesis, tetapi justru mengemukakan hipotesis Sugiyono, 2010: 292.
2.2.1. Optimalisasi
Pengertian optimalisasi menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, W.J.S. poerdwadarminta 1997 : 753 dikemukakan bahwa, “Optimalisasi adalah hasil
yang dicapai sesuai dengan keinginan, optimalisasi merupakan pencapaian hasil sesuai harapan secara efektif dan efisien. Sedangkan menurut Winardi dalam
bukunya Istilah ekonomi 1996: 363 Optimalisasi adalah ukuran yang menyebabkan tercapainya tujuan. Optimalisasi hanya dapat diwujudkan apabila
dalam perwujudannya secara efektif dan efisien. Dalam penyelenggaraan organisasi, senantiasa tujuan diarahkan untuk mencapai hasil secara efektif dan
efisien agar optimal, dengan kata lain pencapaian tujuan diharapkan mampu berhasilguna dan berdayaguna.
22 Optimalisasi adalah suatu proses, cara atau perbuatan untuk menjadikan
sesuatu paling baik dan paling tinggi Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1996:705. Dalam hal ini, yang dijadikan untuk menjadi lebih baik dan paling tinggi adalah
Badan Permusyawaratan Desa BPD. BPD merupakan sesuatu yang harus dioptimalkan keberadaannya karena merupakan unsur penyelenggara
pemerintahan desa yang berperan sebagai penampung dan penyalur aspirasi masyarakat serta pembuat dan pengesah peraturan desa.
2.2.2. Badan Permusyawaratan Desa
Badan Permusyawaratan Desa BPD merupakan lembaga perwujudan demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan desa, dimana demokrasi yang
dimaksud adalah bahwa agar dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan harus memperhatikan aspirasi dari masyarakat yang diartikulasikan
dan diagresiasikan oleh BPD dan lembaga masyarakat lainnya. Dalam Pemerintahan Desa BPD dapat dianggap sebagai parlemen-nya desa karena
memiliki peran sebagai pembuat dan pengesah peraturan desa. BPD mempunyai kedudukan sejajar dengan pemerintah desa kepala desa dengan kata lain BPD
dan Pemerintah Desa merupakan mitra yang saling bekerja sama dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakat desa, maka disini terjadi mekanisme check
and balance system dalam penyelenggaraan pemerintahan desa. Badan Permusyawaratan Desa BPD berfungsi menetapkan peraturan
desa bersama Kepala Desa, menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat UU No. 32 Tahun 2004 pasal 209, oleh karenanya BPD sebagai badan
23 permusyawaratan yang berasal dari masyarakat desa disamping menjalankan
fungsinya sebagai jembatan penghubung antara Kepala Desa dengan masyarakat desa, juga dapat menjadi lembaga yang berperan sebagai lembaga representasi
dari masyarakat. Dalam melaksanakan perannya sebagai sarana yang melancarkan keputusan kolektif di desa maka BPD yang merupakan wakil dari masyarakat desa
tersebut, harus menjembatani antara masyarakat dengan Pemerintah Desa agar minimal adanya kesamaan pendapat dalam menetukan keputusan–keputusan
kolektif di desa dan apabila tidak dijembatani maka setidaknya BPD mampu menyalurkan aspirasi masyarakat kepada pemerintah desa agar nantinya setiap
keputusan–keputusan yang diambil merupakan kesepakatan bersama dan sesuai dengan harapan dan keinginan masyarakat.
Menurut Peraturan Pemerintah No.72 tahun 2005 tentang Desa, Badan Permusyawaratan Desa BPD berkedudukan sebagai unsur penyelenggara dalam
pemerintahan desa. Pada Pasal 30 ayat 1 satu disebutkan bahwa anggota BPD adalah wakil dari penduduk desa bersangkutan berdasarkan keterwakilan wilayah
yang ditetapkan dengan cara musyawarah dan mufakat, ayat 2 dua anggota BPD sebagaimana dimaksud pada ayat 1 terdiri dari Ketua Rukun Warga, Pemangku
Adat, Golongan Profesi, Pemuka Agama dan Tokoh atau Pemuka Masyarakat lainnya, ayat 3 tiga masa jabatan anggota BPD adalah 6 enam tahun dan dapat
diangkatdiusulkan kembali untuk 1 satu kali masa jabatan berikutnya. Kemudian dalam pasal 32 ayat 1satu disebutkan peresmian anggota BPD
ditetapkan dengan Keputusan BupatiWalikota, dan pada ayat 2 dua anggota
24 BPD sebelum memangku jabatannya mengucapkan sumpahjanji secara bersama-
sama di hadapan masyarakat dan dipandu oleh BupatiWalikota. Dalam pencapaian tujuan mensejahterakan masayarakat desa, masing-
masing unsur Pemerintah Desa dan BPD dapat menjalankan fungsinya dengan mendapat dukungan dari masyarakat setempat. Oleh karena itu hubungan yang
bersifat kemitraan antara BPD dengan Pemerintah Desa harus didasari pada filosofi antara lain :
1. Adanya kedudukan yang sejajar diantara yang bermitra
2. Adanya kepentingan bersama yang ingin dicapai
3. Adanya niat baik untuk membantu dan saling mengingatkan
4. Adanya prinsip saling menghormati Wasistiono 2006:36.
2.2.2.1 Tugas Badan Permusyawaratan Desa
Berdasarkan pasal 42 Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa, diamanatkan bahwa tugas Badan Permusyawaratan Desa yaitu :
a. Membahas rancangan Peraturan Desa bersama Kepala Desa.
b. Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan Peraturan Desa dan
Peraturan Kepala Desa. c.
Mengusulkan pengangkatan dan pemberhentian Kepala Desa. d.
Membentuk panitia pemilihan Kepala Desa. e.
Menggali, menampung, menghimpun merumuskan dan menyalurkan aspirasi masyarakat.
f. Menyusun tata tertib BPD.
25
2.2.2.2 Hak dan Kewajiban BPD
Kemudian dalam Peraturan Pemerintah No 72 Tahun2005, BPD mempunyai hak yaitu :
a. Meminta keterangan kepada Pemerintah Desa.
b. Menyatakan pendapat.
Anggota BPD juga mempunyai hak yaitu : a.
mengajukan rancangan peraturan desa b.
mengajukan pertanyaan c.
menyampaikan usul dan pendapat d.
memilih dan dipilih e.
memperoleh tunjangan
selain hak, anggota BPD juga mempunyai kewajiban yaitu : a.
Mengamalkan pancasila, melaksanakan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan mentaati segala peraturan perundang-
undangan. b.
Melaksanakan kehidupan Demokrasi dalam penyelenggaraan Pemerintahan Desa.
c. Mempertahankan dan memelihara hukum Nasional serta keutuhan Negara
Republik Indonesia. d.
Menyerap, menampung, menghimpun dan menindaklanjuti aspirasi masyarakat.
26 Adapun jumlah anggota Badan Permusyawaratan Desa ditentukan
berdasarkan jumlah penduduk desa yang bersangkutan dengan ketentuan menurut Peraturan Pemerintah nomor 72 tahun 2005 tentang desa, sebagai berikut:
a. Jumlah penduduk desa sampai dengan 1.500 jiwa, jumlah anggota BPD
sebanyak 5 lima orang. b.
Jumlah penduduk desa antara 1.501 sampai dengan 2.000 jiwa, jumlah anggota BPD sebanyak 7 tujuh orang.
c. Jumlah penduduk desa antara 2.001 sampai dengan 2.500 jiwa, jumlah
anggota BPD sebanyak 9 Sembilan orang. d.
Jumlah penduduk desa antara 2.501 sampai dengan 3.000 jiwa, jumlah anggota BPD sebanyak 11 sebelas orang.
e. Jumlah penduduk lebih dari 3.000 jiwa, jumlah anggota BPD sebanyak 13
tiga belas orang. Jumlah anggota Badan Permusyaratan Desa ditentukan berdasarkan jumlah
penduduk desa yang bersangkutan.Anggota BPD dipilih dari calon-calon yang diajukan oleh kalangan adat, agama, organisasi social-politik, golongan profesi
dan unsur pemuka masyarakat lainnya yang memenuhi persyaratan : a.
Mengayomi, yaitu menjaga kelestarian adat istiadat yang hidup dan berkembang di desa yang bersangkutan, sepanjang menunjang
kelangsungan pembangunan. b.
Legalisis, yaitu meliputi pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan desa bersama-sama Pemerintah Desa.
27 c.
Pengawasan, yaitu meliputi pengawasan terhadap pelaksanana peraturan desa, Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa APBDes serta Keputusan
Kepala Desa. d.
Menampung aspirasi yang diterima dari masyarakat dan menyalurkan kepada pejabat instansi yang berwenang Widjaja 2001:13.
2.2.2.3 Peran Badan Permusyawaratan Desa
Adapun peran BPD dalam penelitiaan ini dikelompokkan dalam 2 dua peran secara umum, yakni: pembuat kebijakan dan penampung aspirasi
masyarakat Hurlock,1979 dan Ali, 2007. Peran dari BPD ini selanjutnya akan dijelaskan pada uraian berikut:
a. Penampung aspirasi masyarakat, “aspirasi memiliki sasaran dan
melibatkan diri individu itu sendiri serta menimbulkan suatu usaha untuk mencapainya, sehinggatujuan yang telah dirancangnya akan mempunyai
makna yang berarti bagi dirinya” Hurlock, 1979:264. BPD sebagai aktor yang memobilisasi masyarakat harus mampu merangsang pikiran
masyarakat untuk menggali potensi-potensi yang ada, untuk kemudian menyampaikan apa yang menjadi cita-cita dan keinginan masyarakat demi
terciptanya kemajuan desa dan kesejahteraan masyarakat. b.
Pembuat Kebijakan, “Kebijakan merupakan keputusan-keputusan publik yang diambil oleh negara dan dilaksanakan oleh aparat birokrasi” Ali,
2007: 51. Kebijakan ini tentunya merupakan sebuah proses politik yang kompleks. Prosesnya meliputi tujuan-tujuan kebijakan dan cara
28 pengambilan keputusannya, orang-orang atau kelompok yang dilibatkan,
dan bagaimana kebijakan ini dilaksanakan. BPD sebagai legislatif di desa mempunyai peran utama dalam membuat kebijakan di desa. Kebijakan
yang dibuat oleh BPD ini berupa peraturan desa ataupun ketentuan desa yang diberlakukan bagi segenap warga desa yang berada di desa yang
bersangkutan. Hal ini juga ditegaskan dalam Pasal 209 Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah yang menyatakan,
“Badan Permusyawaratan Desa berfungsi menetapkan peraturan desa bersama kepala desa, menampung, dan menyalurkan aspirasi masyarakat”.
Dengan kata lain, BPD dalam menyusun peraturan desa harus melibatkan masyarakat mulai dari proses perencanaan hingga terlibat dalam evaluasi
terhadap peraturan desa tersebut.
2.2.3 Pemerintahan Desa
Secara umum di Indonesia, desa atau yang disebut dengan nama lain sesuai bahasa daerah setempat dapat dikatakan sebagai suatu wilayah yang
ditinggali oleh sejumlah orang yang saling mengenal, hidup bergotong royong, memiliki adatistiadatnya yang relatif sama, dan mempunyai tata-cara tersendiri
dalam mengatur kehidupan kemasyarakatannya. Sebagian besar mata pencahariannya adalah bertani atau nelayan. Pada desa daratan sebagian besar
penduduknya mencari penghidupan sebagai petani baik sawah ataupun kebun, sedangkan pada desa pesisir sebagian besar penduduknya mencari penghidupan
sebagai nelayan Nurcholis, 2011: 2.
29 Menurut UU No.32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah pasal 209,
urusan pemerintah yang menjadi kewenangan desa adalah, pertama urusan pemerintahan yang sudah ada berdasarkan hak asal usul desa, kedua urusan
pemerintahan yang menjadi kewenangan kabupaten atau kota yang diserahkan pengaturannya kepada desa, ketiga tugas pembantuan dari pemerintah, pemerintah
provinsi, dan atau pemerintah kabupatenkota, keempat urusan pemerintahan lainnya yang oleh peraturan perundang–undangan diserahkan kepada desa.
Dengan dikeluarkannya UU No.32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah, desa atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut desa, adalah
kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas–batas yurisdiksi, berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan
asala – usul dan adat – istiadat setempat yang diakui dan atau dibentuk dalam sistem Pemerintahan Nasional dan berada di Kabupaten atau kota. Landasan
pemikiran dalam pengaturan mengenai desa adalah keanekaragaman, partisipasi, otonomi asli, demokratisasi dan pemberdayaan masyarakat.
Pengertian desa dari sudut pandang sosial budaya dapat diartikan sebagai komunitas dalam kesatuan geografis tertentu dan antar mereka saling mengenal
dengan baik dengan corak kehidupan yang relatif homogen dan banyak bergantung secara langsung dengan alam. Oleh karena itu, desa diasosiasikan
sebagai masyarakat yang hidup secara sederhana pada sektor agraris, mempunyai ikatan sosial, adat dan tradisi yang kuat bersahaja serta tingkat pendidikan yang
rendah Juliantara, 2005: 18.
30 Pemerintahan desa sebagai penyelenggara pemerintahan yang terendah
dan langsung berhadapan dengan rakyat mempunyai beban tugas yang cukup berat karena selain harus melaksanakan segala urusan yang datangnya dari pihak
atasan juga harus mengurus berbagai urusan rumah tangga desa yang pertanggungjawabannya langsung kepada rakyat Misdiyanti, 1993: 47.
Pemerintahan Desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh Pemerintah Desa dan Badan Permusyawaratan Desa dalam mengatur dan
mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara
Kesatuan Republik Indonesia PPRI No. 72 Tahun 2005 tentang Desa. Selain itu, Penyelenggaraan Pemerintahan Desa adalah seluruh proses
kegiatan manajemen pemerintahan dan pembangunan Desa berdasarkan kewenagan desa yang ada, meliputi perencanaan, penetapan kebijakkan,
pelaksanaan,pengorganisasian, pengawasan, pengendalian, pembiayaan,
koordinasi, pelestarian, penyempurnaan dan pengembagannya PEMENDAGRI No. 35 Tahun 2007 tentang Pedoman Umum Tata Cara Pelaporan dan
Pertanggungjawaban Penyelenggaraan Pemerintahan Desa. Sebagai penyelenggara unsur pemerintahan desa, pemerintah desa
mempunyai tugas menyelenggarakan urusan pemerintahan, pembangunan, dan kemasyarakatan. Oleh sebab itu fungsi pemerintah desa adalah sebagai berikut :
A. Fungsi Pemerintahan Desa :
1 Menyelenggarakan urusan rumah tangga desa
31 2
Melaksanakan pembangunan dan pembinaan kemasyarakatan 3
Melaksanakan pembinaan partisipasi dan swadaya gotong royong masyarakat
4 Melaksanakan pembinaan ketentraman dan ketertiban masyarakat
5 Melaksanakan musyawarah penyelesaian perselisihan
6 Melaksanakan pembinaan perekonomian desa Solekhan, 2012:63.
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.72 Tahun 2005 Tentang Desa, Pemerintah desa terdiri dari Pemerintah desa dan BPD. Dalam
penyelenggaraan Pemerintah Desa yang dilakukan oleh Pemerintah Desa dan BPD, Pemerintah Desa adalah organisasi Pemerintah Desa yang terdiri atas :
a. Unsur Pimpinan yaitu Kepala Desa
b. Unsur pembantu kepala desa yang terdiri atas :
1 Sekretaris desa, yaitu unsur staf atau pelayanan yang diketuai oleh
sekretaris desa 2
Unsur pelaksana teknis, yaitu unsur pembantu kepala desa yang melaksanakan unsur teknis lapangan seperti unsur pengairan,
keagamaan dan lain – lain. 3
Unsur kewilayahan, yaitu pembantu kepala desa diwilayah kerjanya seperti kepala dusun Nurcholis, 2011: 73.
32 B.
Aspek – Aspek Tata Pemerintahan Desa Adapun yang menjadi aspek pemerintahan desa adalah sebagai berikut :
1. Administrasi Pemerintahan desa, yaitu proses penyelenggaraan dan
pencatatan serta pelaporan kegiatan – kegiatan pemerintahan, perkantoran desa, keuangan desa, ipeda, kependudukan, pertahanan,
kantibmas, dan lain sebagainya 2.
Administrasi pembangunan desa, yaitu proses penyelenggaraan dan pencatatan serta pelaporan kegiatan – kegiatan bantuan pembangunan
desa, pendapatan desa, perencanaan pembangunan desa, pengaturan bangunan – bangunan, lomba desa, LKMD dan sebagainya
3. Administrasi pembinaan masyarakat, proses penyelenggaraan dan
pencatatan serta pelaporan kegiatan – kegiatan pembinaan masyarakat desa, baik yang diselenggarakan oleh masyarakat maupun instansi –
instansi sektoral 4.
Manajemen dan kepemimpinan desa, Manajemen adalah suatu proses pencapaian tujuan desa yang meliputi
perencanaan, pengorganisasian, actuating dan pengawasan pembangunan desa. Sedangkan kepemimpinan desa adalah suatu kelompok orang yang
menduduki posisi pimpinan formal maupun non formal dalam membangkitkan dan memotivasi warga desa untuk berpartisipasi dalam
pembangunan desa serta mengkoordisasikan kegiatan – kegiatan pembangunan desa sehingga tujuan pembangunan desa tercapai secara
efektif dan efisien Sudirwo, 1991: 62.
33 Gambar 2.1 Struktur Organisasi Pemerintahan Desa