KARYAWAN ETNIS TIONGHOA LANDASAN TEORI

Selanjutnya Vasanty Hariyono, 2006 mengatakan bila ditelusuri stereotip-stereotip diatas ternyata saling berkaitan, memiliki akar budayanya yang tunggal pada sistem kepercayaannya. Pada etnis Tionghoa sisitem kepercayaan dan tradisi yang dianut secara cukup luas terdapat pada agama Konfusius, disamping terdapat juga agama Tao dan Budha. Ajaran Konfusius selama berabad-abad sempat menjadi ajaran wajib disekolah-sekolah negeri Cina pada zaman dahulu. Internalisasi yang cukup lama ini membekas pada manusia Tionghoa sampai generasi-generasi berikutnya. Meskipun ajaran ini sudah tidak begitu banyak dianut oleh orang Tionghoa di Indonesi namun sisa-sisa nilai yang terbentuk masih tampak pada manusia Tionghoa dalam berbagai gradasi internalisasi yang berbeda-beda. Selain itu secara internal ajaran Konfusius memiliki kekuatan akan pewarisan nilai-nilai, karena salah satu nilai yang cukup menonjol, yaitu nilai patuh kepada orang tua dan pengabdian kepada keluarga memungkinkan segala sesuatu, merupakan media internalisasi yang ampuh bagi penamaan nilai secara kuat kepada generasi berikut Vasanty dalam Hariyono, 2006.

C. KARYAWAN ETNIS TIONGHOA

Orang turunan Tionghoa atau yang lebih dikenal dengan etnis Cina merupakan orang pendatang ke Indonesia pada abad ke -16. pada waktu itu etnis Tionghoa yang datang kebanyakan pria, karena transportasi masih sukar dan akibatnya banyak etnis Tionghoa yang menikah dengan perempuan Indonesia yang lebih dikenal dengan pribumi. Pada zaman dahulu golongan etnis Tionghoa peranakan lebih berintegrasi dengan orang Jawa. Pada umumnya mereka tidak menggunakan bahasa Cina lagi dan mereka mengambil adapt dan kebudayaan Jawa. Akan tetapi pada abad 20 terjadilah gerakan nasionalisme di Negara Cina yang mempengaruhi kaun Tionghoa di perantauan. Banayak orang Cina yang dikirim ke Jawa untuk memberi rangsangan pada orang Tionghoa di Jawa untuk berorientasi kepada Negara leluhurnya Vasanty dalam Martaniah, 1998. Allers Martaniah, 1998 mengatakan bahwa orang-orang Tionghoa ini suka bekerja, berani berspekulasi, penuh inisiatif dan materialistik. Golongan keturunan etnis Tionghoa ini dikagumi akan keuletan maupun kerajinannya. Selanjutnya beliau juga mengatakan bahwa sifat orang Tionghoa yang kaya dan orang Tionghoa yang miskin berbeda. Orang Tionghoa yang miskin cenderung memiliki sifat submisif, hati-hati, rasional, hemat, realistis, rajin dan bersungguh-sungguh. Sedangkan yang kaya lebih cenderung memiliki sifat yang suka dipuji, tidak simpatik, terlalu bebas, impulsif, boros dan tidak hati-hati. Seiring dengan perkembangan zman bahwa di tanah air masih tetap terlihat banyak. Sekolah-sekolah yang mayoritas pelajarnya keturunan Tionghoa dan juga beberapa perusahaan didominasi etnis Tionghoa dan tentunya kebudayaan yang mereka anut serta nilai-nilainya masih kuat. Pada umumnya etnis Tionghoa berpegang teguh pada kebudayaan negri leluhurnya, sangat sukar berhenti sebagai orang Tionghoa Mitchison dalam Martaniah, 1998. Hubungan kekeluargaan orang Tionghoa begitu erat sehingga sukar bagi mereka untuk melepaskan diri dari kebudayaan dan nilai-nilai keluarganya. Disisi lain, Amy Chua Hariyono, 2006 menyebutkan bila dalam suatu Negara demokrasi kelompok etnis minoritas menguasai pasar, bukan tidak mungkin suatu saat memiliki potensi melahirkan percikan api kerusuhan rasial. Dalam persoalan etnis Tionghoa di Indonesia, persoalan sosio-kultural dan persoalan ekonomi muncul seperti sekeping mata uang dengan dua sisinya. Secara sederhana dapat dikatakan, perilaku manusia Tionghoa perantauan umumnya berorientasi pada aktivitas ekonomi. Tetapi aktivitas ekonomi etnis Tionghoa dilakukan dalam referensi sosil-kultural dan politiknya. Dan ketika Deng Xiaoping membuat slogan “reformasi dan membuka diri” membuat masyarakat Tionghoa bersemangat dan memasuki era globalisasi dengan cepat Suryadinata dalam Wibowo, 2000. Atas dasar uraian-uraian dan pendapat-pendapat tersebut bahwa karyawan orang- orang etnis Tionghoa atau Cina yang tinggal di Negara Indonesia masih tetap memegang teguh kebudayaan maupun nilai-nilai Negara asalnya yang memberikan mereka cara hidup dalam kesehariannya untuk menuju sukses dan pada umumnya berorientasi pada aktivitas ekonomi.

E. PERBEDAAN MOTIVASI BERPRESTASI PADA KARYAWAN ETNIS BATAK DAN ETNIS TIONGHOA