1. Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

6

BAB I PENDAHULUAN

I. 1. Latar Belakang Masalah

Salah satu tujuan pembentukan pemerintah negara adalah untuk memajukan kesejahteraan umum. Amanat tersebut antara lain telah dijabarkan dalam pasal 33 Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan merupakan amanat konstitusi yang mendasari kegiatan perekonomian di Indonesia. Konstitusi mengamanatkan agar pembangunan ekonomi nasional harus berdasarkan prinsip demokrasi yang mampu menciptakan terwujudnya kedaulatan ekonomi Indonesia. Berkaitan dengan hal tersebut, investasi penanaman modal harus menjadi bagian dari penyelenggaraan perekonomian nasional dan ditempatkan sebagai upaya untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional, menciptakan lapangan kerja, meningkatkan pembangunan ekonomi berkelanjutan, meningkatkan kapasitas dan kemampuan teknologi nasional, mendorong pembangunan ekonomi kerakyatan, serta mewujudkan kesejahteraan masyarakat dalam suatu sistem perekonomian yang berdaya saing. Investasi merupakan kegiatan yang sangat utama peranannya dalam usaha suatu bangsa ataupun pemerintah untuk memajukan kesejahteraan kehidupan masyarakatnya menuju ke tingkat yang selalu lebih tinggi. Hal tersebut sudah diterima sebagai suatu diktum oleh banyak golongan dan negara. Suatu bangsa atau negara yang tidak mampu memelihara tingkat dan laju pertumbuhan investasi tertentu, misalnya untuk menandingi laju pertumbuhan penduduknya, angkatan kerja, atau bahkan proses urbanisasi, lambat atau cepat akan mengalami stagnasi pada permulaan, dan kemudian kemerosotan ekonomi. Universitas Sumatera Utara 7 Dalam situasi seperti terakhir inilah, bangsa atau negara yang bersangkutan akan mengalami berbagai persoalan, bukan hanya tidak mampu melakukan berbagai kegiatan pembentukan modal, melainkan juga modal yang sudah ada pun dapat mengalami kemerosotan, karena tidak adanya pemeliharaan dan perbaikan; apalagi penggantian tekonologi yang sudah lusuh atau usang. 1 Pengalaman empiris Bangsa Indonesia dalam menghadapi kesulitan ekonomi, sejak berlangsungnya Perang Dunia II PD II, Perang Kemerdekaan, serta periode pergolakan politik dan konfrontasi serta di masa reformasi lalu, mengajarkan secara jelas akibat-akibat yang timbul dari tidak adanya penanaman modal, mulai di bidang prasarana ekonomi hingga ke bidang kegiatan pemeliharaan lahan pertanian oleh para petani, sehingga dapat disimpulkan bahwasannya investasi itu sangat penting dalam proses berjalannya roda perekonomian di suatu negara. Kekosongan aktivitas penanaman modal di Indonesia pada saat itu dikarenakan iklim investasi pada saat itu yang sangat tidak kondusif, yaitu instabilitas kemananan dalam negeri, tidak adanya kepastian hukum yang jelas mengenai investasi di Indonesia, dan prosedur investasi yang sangat rumit. Hal tersebut membuat para calon investor lokal maupun asing enggan untuk menanamkan modalnya di Indonesia. Oleh karena itu, tujuan penyelenggaraan penanaman modal hanya dapat tercapai apabila faktor penunjang yang menghambat iklim penanaman modal dapat diatasi, antara lain melalui perbaikan koordinasi antar instansi pemerintah pusat dan daerah, penciptaan birokrasi yang efisien, kepastian hukum di bidang penanaman modal, biaya ekonomi yang berdaya saing tinggi, 1 Dorodjatun Kuntjoro Jakti, Mau Kemana Pembangunan Ekonomi Indonesia. Prisma Pemikiran, 2003, Jakarta:Prenada, hal 69-70. Universitas Sumatera Utara 8 serta iklim usaha yang kondusif di bidang ketenaga kerjaan dan keamanan berusaha. Dengan perbaikan berbagai faktor penunjang tersebut, diharapkan realisasi penanaman modal akan membaik secara signifikan. 2 Permasalahan mengenai investasi penanaman modal seperti yang dikemukakan sebelumnya di atas juga masih tetap menjadi isu yang hangat dalam dunia perekonomian di seluruh Indonesia saat ini, termasuk juga di Sumatera Utara sebagai salah satu provinsi yang berada di bagian barat wilayah Indonesia. Perekonomian di Sumatera Utara diperkirakan mengalami pertumbuhan negatif sebesar 0,97 persen disebabkan oleh penurunan pertumbuhan pada sebagian besar sektor ekonomi. Bank Indonesia BI menilai bahwasannya problem ekonomi tersebut terjadi karena perbaikan iklim investasi yang belum signifikan di Sumatera Utara. Demikian halnya dengan kemajuan yang dicapai dalam implementasi Inpres Nomor 3 Tahun 2006 tentang Paket Kebijakan Perbaikan Iklim Investasi yang juga belum signifikan. 3 Menurut Umar Juoro dari Center for Information and Development Studies Cides, pemerintah seharusnya tidak sekadar mengeluarkan berbagai macam paket kebijakan, tapi lebih pada upaya menertibkan aparatnya dengan melakukan koordinasi antar instansi pemerintahan untuk mendukung terciptanya iklim investasi yang kondusif. Hal tersebut menekankan bahwasannya perbaikan di dalam lingkungan internal pemerintahan merupakan sebagai titik awal dari usaha untuk memperbaiki kondisi iklim investasi dari suatu wilayah. Apabila sudah banyak investor yang menanamkan modalnya di suatu 2 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, bagian penjelasan hal. 1. 3 www.yahoo.comkajian ekonomi regional provinsi sumatera utara. Universitas Sumatera Utara 9 wilayah, maka akan tercipta ekonomi dengan biaya ringan, sehingga produk-produk lebih kompetitif dari sisi harga dan terjangkau oleh masyarakat yang daya belinya menurun. 4 Beberapa permasalahan yang terjadi yang menyebabkan terhambatnya pertumbuhan investasi di Sumatera Utara, yaitu : 1. Peraturan Daerah Perda sebagai payung hukum dari investasi tersebut banyak yang bermasalah menyalahi aturan dan overlapping. 5 Selain itu, rendahnya tingkat kepastian hukum di Sumatera Utara membuat perusahaan yang melakukan investasi rentan akan goncangan. Hal itu dapat terlihat dari banyaknya kebijakan investasi yang overlapping disebabkan belum mantapnya pelaksanaan asas desentralisasi. 6 2. Sistem perpajakan dan Undang-Undang ketenaga kerjaan yang mendukung investasi masih sangat tidak jelas dan berbelit-belit. 7 3. Masalah keamanan dan ketertiban di lingkungan Provinsi Sumatera Utara, seperti maraknya kutipan tidak resmi pungli yang mengakibatkan belanja ekonomi berbiaya tinggi high cost economy bagi para investor. 4. Masalah perbankan, yaitu meliputi tingkat suku bunga kredit pinjaman yang tergolong tinggi dan agak menyulitkan bagi para investor. 5. Kurang gencarnya promosi investasi baik dalam konteks regional, nasional, maupun internasional. 8 Untuk menciptakan iklim investasi yang mampu memberikan keamanan dan kenayamanan bagi para calon investor untuk menanamkan modalnya di suatu wilayah, 4 www.bainfokomsumut.go.id 5 Harian Analisa edisi 19 November 2006, hal.15. 6 www.kompas.com edisi 26 November 2007. 7 www.theindonesianinstitute.com 8 www.pemkomedan.go.id26November2007 Universitas Sumatera Utara 10 maka pemerintah mendelegasikan kewenangan untuk menjalankan tugas tersebut kepada suatu badan yang bernama Badan Investasi dan Promosi BAINPROM yang ada di masing-masing provinsi di Indonesia. Badan Investasi dan Promosi Sumatera Utara sebagai salah satu lembaga teknis daerah di Pemerintah Provinsi Sumatera Utara mempunyai tugas untuk menciptakan iklim investasi yang kondusif di wilayah Sumateta Utara sebagai upaya untuk menarik minat para calon investor dalam menanamkan modalnya di wilayah Sumatera Utara. Penciptaan iklim investasi yang kondusif tersebut meliputi insentif, kemudahan usaha, ketertiban dan kepastian hukum berusaha yang dituangkan dalam Peraturan Daerah tentang kebijakan investasi penanaman modal. Selain itu, penciptaan iklim investasi ini selanjutnya juga bisa dilakukan dengan promosi yang intensif melalui berbagai media, sehingga bisa menggugah minat para calon investor untuk menanamkan modalnya di Sumatera Utara. Promosi itu sendiri bisa berupa pengenalan mengenai potensi yang dimiliki wilayah Sumatera Utara, baik dari segi kepemilikan fasilitas infrastruktur yang turut mempengaruhi nilai investasi, kualitas dan kuantitas sumber daya alam dan sumber daya manusianya, serta jaminan keamanan berusaha di Sumatera Utara ini. Untuk menilai apakah penciptaan iklim investasi yang kondusif tersebut sudah berjalan dengan efektif, maka digunakanlah indikator kinerja sebagai tolok ukur dalam penilaian hasil kinerja sehingga dapat dilakukan evaluasi. Indikator kinerja dari penciptaan iklim investasi yang kondusif tersebut yaitu bertambahnya nilai investasi PMAPMDN serta adanya prosedur investasi yang lebih efisien dan efektif. 9 9 Rencana Strategis BAINPROM-SU. Universitas Sumatera Utara 11 Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul ”Peranan Badan Investasi Dan Promosi Sumatera Utara BAINPROM-SU Dalam Menciptakan Iklim Kondusif Bagi Calon Investor Di Sumatera Utara.”

I. 2. Perumusan Masalah