a. Beban Kerja Berlebih Kuantitatif
Beban kerja berlebih secara kuantitatif terutama berhubungan dengan desakan waktu. Setiap tugas diharapkan dapat diselesaikan secepat mungkin secara tepat dan
cermat. Berdasarkan kondisi ini, orang harus bekerja berkejaran dengan waktu. Sampai taraf tertentu, adanya batas waktu deadline dapat meningkatkan motivasi.
Namun bila desakan waktu melebihi kemampuan individu maka dapat menimbulkan banyak kesalahan dan menyebabkan kondisi kesehatan seseorang berkurang.
b. Beban Kerja Kuantitatif Terlalu Sedikit
Dengan adanya penggunaan mesin di dunia kerja akan berdampak pada pekerja dikarenakan sering terjadi efisiensi kerja. Pada pekerjaan sederhana yang
banyak melakukan pengulangan gerak akan menimbulkan rasa bosan yang dapat menjadi sumber stres.
c. Beban Kerja Berlebih Kualitatif
Dengan kemajuan tekhnologi membuat pekerjaan yang menggunakan tangan menjadi berkurang sehingga lama kelamaan titik berat pekerjaan beralih ke pekerjaan
otak. Pekerjaan makin menjadi majemuk dan mengakibatkan adanya beban berlebih kualitatif. Semakin tinggi tingkat stres apabila kemajemukannya memerlukan teknik
dan intelektual yang lebih tinggi daripada yang dimiliki pekerja. Sampai pada titik tertentu, hal ini dapat menjadi tantangan kerja dan motivasi. Namun apabila melebihi
kemampuan individu maka akan timbul kelelahan mental, reaksi emosional, juga reaksi fisik yang merupakan respon dari stres.
Universitas Sumatera Utara
d. Beban Kerja Kuantitatif dan Kualitatif Berlebih
Proses pengambilan keputusan merupakan suatu kombinasi yang unik dari kondisi beban kuantitatif dan kualitatif berlebih. Faktor – faktor yang dapat
menentukan besarnya stres dalam mengambil keputusan adalah akibat dari suatu keputusan, derajat kemajemukan keputusan, siapa yang bertanggungjawab dan lain
sebagainya.
3. Faktor Intrinsik dalam Pekerjaan
Yang dimaksud dalam faktor intrinsic ialah kondisi pekerjaan yang buruk, kerja gilir shift, beban kerja berlebih, beban kerja terlalu sedikit dan hubungan antar
karyawan. a. Kondisi Fisik Pekerjaan
Beberapa stresor fisik yang biasa dijumpai pada lingkungan kerja yang dapat memperburuk stres di tempat kerja adalah bising, suhu, pencahayaan, masalah
ergonomi, getaran, sanitasi lingkungan, dan tata ruang Munandar, 2001
1 Bising
Selain dapat menimbulkan gangguan sementara atau tetap pada alat pendengaran, juga dapat merupakan stresor kerja yang menyebabkan penurunan
kewaspadaan. Hal ini dapat memudahkan timbulnya kecelakaan kerja. Pajanan terhadap bising dapat menimbulkan rasa lelah, sakit kepala, lekas tersinggung, dan
ketidakmampuan untuk berkonsentrasi. Akibat paparan tersebut dalam bentuk perilaku misalnya akan terjadi penurunan produktivitas kerja, terjadinya kecelakaan
Universitas Sumatera Utara
kerja, penurunan perilaku membantu, bersikap lebih negatif terhadap oranglain, rasa bermusuhan yang lebih terbuka dan agresi.
Tingkat kebisingan yang nyaman pada umumnya diharapkan antara 40 – 60 dB. Pengukuran kebisingan ini dilakukan dengan Sound Level Meter SLM.
2 Panas
Kondisi suhu suatu lingkungan kerja berhubungan dengan iklim dan lokasi kerja. Efek dari kondisi suhu selama melakukan pekerjaan tergantung pada jenis
pakaian yang digunakan, lama terpajan, temperatur, arus angin, jumlah panas radiasi, dan status kesehatan tenaga kerja yang terpajan. Fungsi mental dapat terganggu
karena heat stress, yang ditandai dengan gejala awal berupa perubahan pada tingkat aktivitas seseorang.
Untuk Indonesia, suhu nyaman adalah 24
o
C - 28
o
C. Perbedaan suhu di dalam dan di luar ruangan sebaiknya tidak lebih dari 5
o
C. Sehingga dapat diketahui bahwa suhu di luar ruangan sebaiknya tidak lebih dari 33
o
3 Pencahayaan
C.
Tiap-tiap pekerjaan memerlukan tingkat pencahayaan tersendiri. Biasanya untuk pekerjaan yang membutuhkan tingkat ketelitian tinggi akan diberikan tambahan
pencahayaan disamping pencahayaan umum. Sistim pencahayaan yang buruk dapat menimbulkan ketidaknyamanan dan kelelahan mata sehingga dapat menimbulkan
stres kerja.
Universitas Sumatera Utara
4 Faktor Ergonomi
Dapat menimbulkan masalah seperti ketidaknyamanan, kelelahan dan meningkatkan stres kerja apabila tidak disesuaikan dengan kondisi tuntutan
pekerjaan.
5 Sanitasi Lingkungan Kerja
Lingkungan yang kotor dan tidak sehat merupakan salah satu stresor kerja. Pada pekerja industri pabrik sering menggambarkan kondisi kotor, akomodasi pada
waktu istirahat yang kurang baik, juga toilet yang kurang memadai. Hal ini dinilai oleh pekerja sebagai faktor penyebab stres.
b. Kerja Gilir Shift