Latar Belakang Pekerjaan.

3.3 Latar Belakang Pekerjaan.

Sampai saat ini pekerjaan tetap dari seorang Ahmad Setia adalah seorang seniman. Ia bergerak di bidang seni musik yaitu sebagai pemain akordion dan dan seni pahat yaitu sebagai pembuat gendang. Orang- orang disekelilingnya biasa memanggilnya dengan sebutan pak Ahmad kidal, karena setiap kali bermain akordion, ia menekan tuts akordion dengan jari tangannya yang sebelah kiri.

Tahun 1961, merupakan awal perjalanannya menjadi pemain gendang pada bersama grup Hitam M anis pimpinan Datuk M uhammad Nur dan melakukan perjalanannya pertama kali ke luar kota M edan yaitu ke daerah Sigambal, Rantau prapat.

Pada tahun 1962, bergabung bersama grup Joget M odern yang dulu berada di jalan di jalan bintang (sekarang sudah tidak ada lagi) ikut pada pertunjukan keliling joget modern yang dimulai dari Padang Sidempuan, kearah Sumatera Barat yaitu yaitu Kecamatan Rao, Tapus, Panti, Pekan baru, Dumai, Pulau Rupad Rengat, Kecamatan Basrah, Teluk Kuantan, Hilir, Kecamatan Sungai Salak, Kecamatan Enok, Sampai ke Tembilahan, dan Indera Giri seperti yang dikatakan Ahmad setia sebagai berikut :

“Kemudian saya juga bergabung bersama Joget M oderen yang dulu beralamat di jalan bintang, tapi sekarang sudah tidak ada lagi. Jadi joget moderen itu istilahnya, melanglang-buana ke daerah Riau, jadi tahun ’62 bapak ikutilah rombongan joget moderen ini tadi ke Padang sidempuan, dari Padang Sidempuan ke Rao, yaitu daerah Padang Sidempuan ke arah Sumatera barat, ya mungkin kecamatan itu. Kemudian ke Panti, perbatasan Sumatera barat, terus ke Pekan Baru, tapi tidak maen, kami hanya singgah bermalam, terus kami singgah ke Dumai, di dumai kami maen kurang lebih sepuluh malam. Namanya joget moderen kan pindah-pindah, jogetnya saja sampai “Kemudian saya juga bergabung bersama Joget M oderen yang dulu beralamat di jalan bintang, tapi sekarang sudah tidak ada lagi. Jadi joget moderen itu istilahnya, melanglang-buana ke daerah Riau, jadi tahun ’62 bapak ikutilah rombongan joget moderen ini tadi ke Padang sidempuan, dari Padang Sidempuan ke Rao, yaitu daerah Padang Sidempuan ke arah Sumatera barat, ya mungkin kecamatan itu. Kemudian ke Panti, perbatasan Sumatera barat, terus ke Pekan Baru, tapi tidak maen, kami hanya singgah bermalam, terus kami singgah ke Dumai, di dumai kami maen kurang lebih sepuluh malam. Namanya joget moderen kan pindah-pindah, jogetnya saja sampai

Selesai melakukan pertunjukan, teman-teman pemusiknya kembali ke M edan. Sedangkan Ahmad Setia pergi ke Jambi untuk mencari ibunya. Disana ia ditawari kerja sebagai Juru Ketik di kantor Gubernur Jambi urusan Otonomi Daerah kota Telanai Pura, Jambi yang dipimpin oleh Bapak M . Ahmad Syah yang berasal dari Kuala Namo, Sumatera Utara. Pada saat itu gaji yang diterimanya adalah Rp. 800 per bulan, gaji yang diterimanya benar-benar tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehingga pakaian-pakaian yang biasa dipakai untuk pertunjukanpun habis dijual. Karena merasa tidak puas dengan gaji yang didapatkan, ia mencoba untuk bercocok tanam di desa Dendang tempat orang tuanya tinggal yaitu menanam padi. Ternyata hasilnya tetap tidak memuaskan karena hasil yang di dapat tidak lebih dari sekarung beras. Lalu ia memutuskan untuk bekerja di kota Jambi yaitu sebagai kuli atau buruh toko grosir, menjadi kernet angkutan , dan juga kuli bangunan.

Sekitar tahun 1972, ia kembali ke M edan. Akan tetapi teman bermusiknya sudah tidak peduli lagi dengannya. Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, ia kembali bekerja sebagai kuli bangunan, bahkan ia sempat menjadi pemborong bangunan rumah, merehap rumah, dan membuat model rumah. Dari hasil pekerjaannya tersebut ia mampu membangun rumahnya sendiri yang sampai saat ini masih dihuninya. Ahmad Setia juga pernah bekerja sebagai penarik becak selama enam bulan ketika tidak mendapatkan proyek bangunan. Berikut pernyataan dari Ahmad setia saat penulis melakukan wawancara :

”Ketika tahun 1972, bapak kembalilah ke M edan, tetapi kawan- kawan bermusik bapak sudah tak acuh lagi, bapakpun kembali lagilah seperti orang baru di M edan ini kan?. Untuk mengisi kekosongan, bapak mulai lagi bekerja bertukang sebagai kuli bangunan, bapak dulu bisa merehap rumah, membuat model rumah, bisa dibilang ahli lah membuat model rumah. lalu, mulai bapak membeli perkakas seperti gergaji, pahat, martil dan sebagainya sampai lengkap. Tapi, kalau tak ada proyek bangunan, bapak cari pekerjaan lain, bahkan bapak pernah narek becak selama enam bulan”.

Tahun 1975, ia bertemu lagi dengan para pemusik lama yang kemudian mengajaknya bergabung dengan HSBM Dara M elati (Himpunan seni Budaya M elayu Dara M elati), pimpinan tengku Razali Hafaz. Disinilah kehidupan bermusiknya dimulai kembali. Ahmad Setia kembali menjadi pemain akordion yang kemudian membawanya untuk tampil di Lhokseumaweh, Aceh. Akan tetapi jika tidak ada tawaran bermain akordion, ia kembali bekerja sebagai kuli bangunan.

Ahmad Setia juga memiliki latar belakang pekerjaan lain yang pernah ditekuninya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Tahun 1991 ia menjadi pengajar dan juga guru Les di sekolah SM KI ( Sekolah M enengah Kesenian Indonesia) di

Tanjung M orawa. Di sekolah tersebut, ia mempunyai dua orang musik yang sudah berhasil mampu bermain akordion dengan baik yaitu Erwansyah yang sekarang bekerja di kantor Pemerintah Kota M edan, dan juga Kudri yang sekarang bekerja di Dinas Pariwisata Riau. Ahmad Setia menjelaskan pengalamannya sebagai berikut :

“selama mengajar di SM KI itu, ada dua orang murid saya yang sudah berhasil memainkan akordion, namanya Erwansyah dan Kudri, Erwansyah ini sekarang bekerja di Kantor Pemerintah Kota (Pemko) M edan, sedangkan Kudri bekerja di dinas Pariwisata Riau. Erwansyah inipun sudah melanglang buana juga, dia sudah sampai ke Jerman dan Beijing. Banggalah saya melihat mereka berhasil. Karena sebenarnya banyak murid yang saya ajarkan, Cuma mereka berdua saja yang berhasil main akordion. Bahkan anak sendiri saja tidak mau belajar meski sudah saya dorong-dorong. Tapi yah namanya tidak ada bakat, nggak bisa juga dipaksa”.

Sekarang ini, tawaran yang datang untuk meminta Ahmad setia tampil semakin banyak seperti acara-acara perayaan, pesta perkawinan, penyambutan orang- orang penting, festival tari serampang duabelas, penyambutan turis, upacara hari besar adat M elayu, peresmian perusahaan dan lain sebagainya. Ahmad Setia masih tetap diminta dan sangat dibutuhkan untuk tampil bermain akordion meski usianya sudah tua.