dampak bagi penghuni terkait kenyamanan yang dirasakan yang akan menentukan kualitas hidup selanjutnya.
Badan Pengelola Rusunawa sebagai penanggung jawab pengelolaan rusunawa berkewajiban melakukan pelayanan kepada penghuni dengan
menindaklanjuti setiap keluhan dan keberatan serta permasalahan pelayanan fisik maupun non fisik rusunawa. Penghuni berhak mendapatkan informasi
dan penjelasan mengenai kebijakan dan keputusan serta segala hal yang berkait dengan pengelolaan rusunawa. Namun tindakan dan pelayanan BPR
dalam tugasnya belum dinilai baik oleh para penghuni rusunawa. Ketidaktranparan dalam manajemen operasional rusunawa, tidak tanggap atas
keluhan dan permasalahan penghuni, kurang efektifnya dalam pemeliharaan dan perawatan rusunawa dan tidak jelasnya program kerja yang direncakan,
menjadi permasalahan dalam hunian rusunawa. Permasalahan ini terjadi karena kurang koordinasinya dan komunikasi yang efektif antara BPR dengan
penghuni walaupun
telah ada
wadah peguyuban
penghuniyang memfasilitasinya. Segala keputusan pengelolaan rusunawa masih bersifat satu
arah dari BPR tanpa mempertimbangkan keinginan dan kebutuhan penghuni. Hal ini biasanya terkait masalah keuangan pembayaran retribusi dan iuran-
iuran lainnya. Sebaliknya penghunipun mempunyai kewajiban yang harus
dijalankan supaya pengelolaan dapat berjalan dengan baik dan mempunyai kemanfaatan demi kepentingan bersama. Namun aturan yang telah ditetapkan
mengenai kewajiban penghuni berbanding terbalik dengan fakta di lapangan yang menjadi permasalahan bagi pengelolaan rusunawa. Menjaga ketertiban,
keamanan, kenyamanan, kerukunan antar penghuni dan kebersihan di lingkungan rusunawa tidak semuanya dapat terlaksana dengan baik. Termasuk
penunggakan membayar uang sewa, iuran retribusi atas fasilitas dan prasarana yang digunakan, menjadi masalah bagi keberlanjutan pengelolaan dan
pelayanan rusunawa.
b. Tata Tertib Tinggal di Rusunawa
Tata tertib yang telah disepakati di rusunawa berisi tentang kewajiban yang harus dilakukan oleh peghuni, larang-larangan dan sanksi atas
pelanggaran yang terjadi. Aturan tersebut ditetapkan dengan tujuan memberikan kenyamanan bagi pengguna layanan rusunawa penghuni dalam
bertempat tinggal. Namun dari semua kewajiban dan larangan yang ada berdasarkan kondisi di lapangan terdapat pelanggaran-pelanggaran yang harus
dikenai sanksi. Sanksi yang dikenakan berupa peringatan dari BPR, seandainya tidak ada tindak lanjut dari penghuni, maka bisa dilakukan
pemutusan sambungan listrik atau air jika terkait penunggakan pembayaran retribusi. Namun sanksi terakhir adalah pengusiran untuk pengosongan unit
hunian yang ditinggalinya. Sanksi tersebut baru sekali dilakukan oleh BPR, walaupun jenis pelanggaran cukup banyak dilakukan dan telah lama terjadi.
c. Hak Kepastian Tinggal
Rusunawa adalah hunian yang mempunyai status hak tinggal dengan menyewakontrak dengan batas waktu yang telah ditentukan. Batas waktu
penghunian rusunawa yang diberikan bagi penghuni adalah 3 tiga tahun. Namun penghuni yang telah sampai pada batas waktu 3 tahun dapat
mengajukan perpanjangan waktu sewa untuk satu kali perpanjangan selama 3 tahun berikutnya. Perpanjangan waktu sewa tersebut diberikan apabila
memenuhi persyaratan menghuni dan tidak melanggaran aturan yang telah ditetapkan.
Pengaruhnya terhadap penghuni berkait dengan status sewa dalam memperoleh hak tinggalnya adalah kemampuan memperoleh tempat tinggal
pasca huni di rusunawa. Pertanyaannya adalah setelah hak tinggalnya selesai, penghuni akan tinggal dimana? Hal tersebut yang sangat membebani para
penghuni Rusunawa Cokrodirjan saat ini, karena waktu sewa mereka tinggal 1 tahun, termasuk masa perpanjangan tinggal. Ketika ditanya setelah waktu
sewanya habis, rata-rata para penghuni tidak bisa menjawabnya. Namun harapannya adalah para penghuni masih bisa memperpanjang kontrak atau
sewa sehingga masih bisa tinggal di rusunawa. Jika harus memiliki rumah huniannya di rusunawa merekapun sanggup dengan cara mencicil.
41
BAB III KARAKTERISTIK RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA
COKRODIRJAN KOTA YOGYAKARTA
Bab ini memberikan gambaran dan penjelasan tentang karakteristik hunian Rusunawa Cokrodirjan dan kondisi masyarakat penghuni serta kebutuhan rumah
bagi masyarakat di bantaran Sungai Code. Kebutuhan perumahan di Kota Yogyakarta menjadi demand yang harus terpenuhi khususnya bagi masyarakat
berpenghasilan rendah di permukiman padat Kampung Cokrodirjan. Kebijakan yang diambil dalam meremajakan permukiman kumuh tersebut adalah merelokasi
masyarakat bantaran sungai ke rusunawa yang terbangun di sekitar permukiman padat. Tujuannya adalah mengurangi kekumuhan tinggal di kota dan memenuhi
kebutuhan masyarakat miskin akan rumah yang layak tanpa terhalang kendala keterbatasan lahan.
Pasca huni rusunawa perlu mengetahui dampak perkembangan dan keberhasilan pembangunan rusunawa dengan melihat kualitas hidup penghuni dan
kualitas hunian yang dibutuhkan oleh penghuninya. Untuk mempermudah dalam pemahaman lokasi studi tentang rusunawa, maka deskripsi obyek penelitian pada
bab ini akan dilakukan dengan maksud untuk memberikan gambaran detail tentang hunian rusunawa dan penghuninya. Dalam upaya mencapai kondisi
nyaman huni rusunawa di Kota Yogyakarta maka perlu dilakukan identifikasi terhadap permasalahan kualitas hunian rusunawa baik dari sisi fisik bangunan
maupun non fisik pengelolaan rusunawa.
3.1 Gambaran Rusunawa dan Pertimbangan Kebutuhan Rumah di Kawasan Cokrodirjan
Gambaran Rusunawa Cokrodirjan menjelaskan karakteristik secara umum baik dari sisi fisik maupun non fisik yang dijadikan acuan dalam
mengidentifikasi kualitas hunian rusunawa sebagai stimulan munculnya respon penghuni dalam menentukan kepuasan tinggal.