Jenis Tanah dan Klasifikasinya

D. Jenis Tanah dan Klasifikasinya

1. Sistem Klasifikasi Tanah

Sistem klasifikasi tanah yang dikenal di Indonesia ada tiga, yaitu yang dikembangkan oleh Pusat Penelitian Tanah Bogor, FAO/UNESCO dan USDA (Amerika Serikat). Pada klasifikasi tanah juga dikenal hal yang sama dengan klasifikasi hewan dan tumbuhan, yaitu tingkat taksonomi dengan urutan Ordo, Subordo, Great Group, Family, Seri dan Phase (dari general ke spesifik). Pada kategori tinggi tanah dibedakan secara garis besar, kemudian pada kategori berikutnya dibedakan lebih terperinci dan seterusnya sehingga pada kategori yang paling rendah tanah dibedakan dengan sangat terperinci. Sifat-sifat tanah yang digunakan untuk membedakan tanah pada kategori tinggi juga merupakan pembeda pada kategori yang lebih rendah, sehingga jumlah faktor pembeda semakin meningkat dengan semakin rendahnya kategori.

Tabel 2.5: Perbandingan antara klasifikasi tumbuhan dan klasifikasi tanah Klasifikasi tumbuhan

Klasifikasi tanah (USDA, 1975) Kategori

Nama Phylum

Hapludalf Ordo

Subkelas

Dicotylodeneae

Great grup

Typic hapludalf Family

Rosales

Subgrup

Fine loamy, mixed, mesic Genus

tererosi Sumber: Sarwono Hardjowigeno, 2010

Spesies

Trifolium repens

(phase)

2. Tata Nama

Salah satu hal yang baru yang baru dalam sistem taksonomi tanah USDA, 1975 adalah penggunaan tata nama. Dalam sistem ini nama-nama tanah selalu mempunyai arti yang umumnya menunjukan sifat utama dari tanah tersebut. Dalam kategori ordo nama tanah selalu diberi akhiran sol , sedang suku kata sebelumnya menunjukan sifat utama dari tanah tersebut. Untuk kategori yang lebih rendah dari ordo akhiran sol tidak digunakan lagi. Sebagai gantinya maka untuk menunjukan hubungan sifat-sifat tanah dari kategori tinggi ke kategori rendah digunakanlah akhiran yang merupakan singkatan dari nama-nama masing ordo tersebut seperti terlihat pada tabel

2.6. Nama-nama pada kategori subordo terdiri dari dua suku kata sedang great group terdiri dari tiga suku kata yang masing-masing menunjukan sifat utama dari tanah tersebut sedang suku kata terakhir menunjukan nama dari ordo tanah.

Tabel 2.6: Arti nama-nama tanah dalam tingkat ordo

Nama Ordo

Arti Asal Kata Alfisol

Akhiran untuk kategori lain

Dari Al – Fe Andisol

ALF

Ando, tanah hitam Aridisol

AND

ID Aridus, sangat kering Entidol

Dari recent Gelisol

ENT

Gelare, membeku Histosol

EL

Histos, jaringan Inceptisol

IST

Inceptum, permulaan Mollisol

EPT

Mollis, lunak Oxisol

OLL

Oxide, oksida Spodosol

OX

Spodos, abu Ultisol

OD

Ultimus, akhir Vertisol

ULT

ERT

Verto, berubah

Untuk nama subgroup digunakan dua patahkata dimana kata kedua merupakan nama great group sedang kata pertama menunjukan sifat utama dari sub group tersebut. Pada tingkat famili, tanah diberi nama secara deskriptif yang umumnya menerangkan susunan besar butir, susunan mineral liat, regim suhu tanah, atau sifat-sifat lain yang spesifik dan mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Pada tingkat seri tanah diberi nama menurut nama tempat dimana tanah tersebut pertama kali ditemukan. Di bawah ini adalah sebuah contoh:

Ordo : Ultisol (ultus = akhir, perkembangan tanah pada tingkat akhir) Subordo

: Udult (udus = humida, lembab, tidak pernah kering) Great group

: Fragiudult (fragipan = padas rapuh, ditemukan pragipan) Subgroup

: Aquic fragiudult (Aqua = air, kadang-kadang jenuh air) Family

: Aquic fragiudult, halus, kaolinitik, isohipertermik (halus = besar butir tanah halus/berliat halus; kaolinitik = mineral liat yang dominan adalah kaolinit; isohipertermik = suhu tanah lebih dari 22° C, perbedaan suhu musim panas dan musim dingin kurang dari 5° C.

Seri : Granada (pertama kali ditemukan di daerah granada)

3. Jenis-Jenis Tanah ( Great Group ) Menurut Sistem Pusat Penelitian Tanah (1982)

Karena terlalu banyak, berikut ini hanya diuraikan jenis tanah menurut sistem Pusat Penelitian Tanah 1982, untuk lebih jelasnya bagaimana padanan nama tanah menurut Pusat Penelitian Tanah (1982), FAO/UNESCO (1974), dan USDA Soil Txonomy (1975/1998) bisa dilihat sebagaimana yang akan diuraikan pada tabel 2.7. Jenis-jenis tanah ( Great Group ) menurut sistem Pusat Penelitian Tanah (1982) ternyata sangat mirip dengan sistem FAO/UNESCO dengan nama-nama lama yang sudah terkenal tetap Karena terlalu banyak, berikut ini hanya diuraikan jenis tanah menurut sistem Pusat Penelitian Tanah 1982, untuk lebih jelasnya bagaimana padanan nama tanah menurut Pusat Penelitian Tanah (1982), FAO/UNESCO (1974), dan USDA Soil Txonomy (1975/1998) bisa dilihat sebagaimana yang akan diuraikan pada tabel 2.7. Jenis-jenis tanah ( Great Group ) menurut sistem Pusat Penelitian Tanah (1982) ternyata sangat mirip dengan sistem FAO/UNESCO dengan nama-nama lama yang sudah terkenal tetap

a. Organosol: tanah organik (gambut) yang ketebalannya lebih dari 50 cm.

b. Latosol: tanah mineral yang ketebalannya 20 cm atau kurang. Dibawahnya terdapat batuan keras yang padu.

c. Rendzina: tanah dengan epipedon mollik (warna gelap, kandungan bahan organik lebih 1%, kejenuhan basa lebih 50%), di bawahnya terdiri atas batuan kapur.

d. Grumusol: tanah dengan kadar liat lebih dari 30% bersifat mengembang dan mengerut. Kalau musim kering tanah keras dan retak-retak karena mengerut, kalau basah lengket (mengembang).

e. Gleisol: tanah yang selalu jenuh air sehingga berwarna kelabu atau menunjukkan sifat-sifat hidromofik lain.

f. Aluvial: tanah berasal dari endapan baru berlapis-lapis, bahan organik jumlahnya berubah tidak teratur dengan kedalaman. Hanya terdapat epipedon ochrik, histik atau sulfurik, kandungan pasir kurang dari 60%.

g. Regosol: tanah bertekstur kasar dengan kadar pasir lebih dari 60%, hanya mempunyai horison penciri ochrik, histik atau sulfurik.

h. Arenosol: tanah bertekstur kasar dari bahan albik yang terdapat pada kedalaman sekurang-kurangnya 50 cm dari permukaan atau memperlihatkan ciri-ciri mirip horison argilik, kambik atau oksik, tetapi tidak memenuhi syarat karena tekstur terlalu kasar. Tidak mempunyai horison penciri kecuali epipedon ochrik.

i. Andosol: tanah-tanah yang umumnya berwarna hitam (epipedon mollik atau umbrik) dan mempunyai horison kambik; bulk density (kerapatan

limbak) kurang dari 0,85 g/cm 3 banyak mengandung bahan amorf, atau lebih dari 60% terdiri dari abu vulkanik vitrik, cinders, atau bahan pyroklastik lain. j. Latosol: tanah dengan kadar liat lebih dari 60%, remah sampai gumpal, gembur, warna tanah seragam dengan batas-batas horison yang kabur, solum dalam (lebih dari 150 cm), kejenuhan basa kurang dari 50%, umumnya mempunyai epipedon umbrik dan horison kambik.

k. Brunizem: seperti latosol, tetapi kejenuhan basa lebih dari 50%. l. Kambisol: tanah dengan horison kambik, atau epipedon umbrik atau mollik. Tidak ada gejala-gejala hidromorfik (pengaruh air). m. Nitosol: tanah dengan penimbunan liat (horison argilik). Dari horison penimbunan liat maksimun ke horison-horison di bawahnya, kadar liat turun kurang dari 20%. Mempunyai sifat ortosik (kapasitas tukar kation kurang dari 24 cmol(+)/kg liat. n. Podsolik: tanah dengan horison penimbunan liat (horison argilik), dan kejenuhan basa kurang dari 50% tidak mempunyai horison albik. o. Mediteran: seperti tanah podsolik (mempunyai horison argilik), tetapi kejenuhan basa lebih dari 50%. p. Planosol: tanah dengan horison albik yang terletak di atas horison dengan permeabilitas lambat (misalnya horison argilik atau natrik) yang memperlihatkan perubahan tekstur nyata, adanya liat berat atau fragipan, dan memperlihatkan ciri-ciri hidromorfik sekurang-kurangnya pada sebagian dari horison albik. q. Podsol: tanah dengan horison penimbunan besi, Al oksida dan bahan organik (=horison spodik). Mempunyai horison albik. r. Oksisol: tanah dengan pelapukan lanjut dan mempunyai horison oksik, yaitu horison dengan kandungan mineral mudah lapuk rendah, fraksi liat dengan aktivitas rendah, kapasitas tukar kation rendah (kurang dari 16 cmol(+)/kg liat). Tanah ini juga mempunyai batas-batas horison yang tidal jelas.

Tabel 1.7 Padanan Nama Tanah Menurut Berbagai Sistem Klasifikasi

USDA Soil txonomy Soepraptohardjo

Sistem Dudal

- Tanah aluvial

- Aluvial

- Fluvisol

- Entisol - Inceptisol

- Andosol

- Andisol - Brown Forest

- Andosol

- Andosol

- Inceptisol Soil

- kambisol

- Cambisol

- Grumusol

- Vertisol - Latosol

- Oxisol - Litosol

- Entisol - Lithic subgroup

- Alfisol/Inceptisol - Organosol

- Histosol - Podsol

- Ultisol Kuning

- Podsolik Merah - Podsolik

- Acrisol