53
3 Credietverband
Dilihat dari objek pengikatannya, kredietverban adalah semacam hipotek yang berlaku atas tanah adat apabila dijadikan jaminan. credietverband merupakan
jaminan atas tanah berdasarkan Koninklijke Besluit tanggal 6 Juli 1908 Nomor 50 dan diubah dengan Stbl. Tahun 1937 Nomor 190.
Berdasarkan Peraturan Menteri Agraria PMA Nomor:15 tahun 1961 tentang Pembebanan dan Pendaftaran Hipotek, maka
credietverband dapat
dibebankan pada hak milik, hak guna bangunan, baik yang berasal dari hak- hak tanah Barat maupun hak-hak tanah Adat.
Sekarang kreditverban dan hipotek untuk tanah telah diganti dengan Undang- undang Nomor 4 tahun 1996 tentang Undang-undang Hak Tanggungan dan
Undang-undang Nomor 42 tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia.
4. TINJAUAN UMUM MENGENAI KREDIT BERMASALAH A. Timbulnya Kredit Bermasalah
Ekonomi suatu negara seharusnya merupakan suatu paduan yang efisien dan suportif diantara kegiatan-kegiatan sektor riil. Saat ini dapat dikatakan bahwa
penyediaan berbagai jasa keuangan perbankan merupakan sektor yang strictly well regulated. Hal ini terjadi karena perbankan menyangkut kepentingan jumlah orang
banyak. Situasi di Indonesia adalah suatu hal yang cukup memberi gambaran bahwa perbankan merupakan sektor yang sangat diatur. Lebih lanjut H. Budi Untung
menyebutkan bahwa meskipun perbankan merupakan sektor yang strictly well
54
regulated, tetapi kredit macet masih dapat terjadi diantaranya dapat disebabkan karena :
33
1 Kesalahan appraisal 2 Membiayai proyek dari pemilik terafiliasi
3 Membiayai proyek yang direkomendasi oleh kekuatan tertentu 4 Dampak makro ekonomi unforecasted variable
5 Kenakalan nasabah Sedangkan Siswanto Sutojo mengatakan bahwa kredit bermasalah dapat timbul
selain karena sebab-sebab dari pihak kreditur, sebagian besar kredit bermasalah timbul karena hal-hal yang terjadi pada pihak debitur, antara lain :
34
1 Menurunnya kondisi usaha bisnis perusahaan yang disebabkan merosotnya kondisi ekonomi umum dan atau bidang usaha dimana mereka beroperasi.
2 Adanya salah urus dalam pengelolaan usaha bisnis perusahaan, atau karena kurang berpengalaman dalam bidang usaha yang mereka tangani.
3 Problem keluarga, misalnya perceraian, kematian, sakit yang berkepanjangan, atau pemborosan dana oleh salah satu atau beberapa orang anggota keluarga
debitur. 4 Kegagalan debitur pada bidang usaha atau perusahaan mereka yang lain.
5 Kesulitan likuiditas keuangan yang serius. 6 Munculnya kejadian di luar kekuasaan debitur, misalnya perang dan bencana
alam.
33
H. Budi Untung, Op. Cit., hal 121
34
Siswanto Sutojo, Op. Cit. hal. 171-172
55
7 Watak buruk debitur yang dari semula memang telah merencanakan untuk tidak akan mengembalikan kredit.
Sebagian besar kredit bermasalah tidak muncul secara tiba-tiba. Hal ini disebabkan karena pada dasarnya kasus kredit bermasalah merupakan satu proses,
yang diibaratkan api dalam sekam. Banyak gejala tidak menguntungkan yang menjurus kepada kasus kredit bermasalah, sebenarnya telah bermunculan jauh
sebelum kasus itu sendiri timbul di permukaan. Bilamana gejala tersebut dapat dideteksi dengan tepat dan ditangani secara professional sedini mungkin, ada harapan
kredit yang bersangkutan dapat ditolong. Sebaliknya bilamana api yang membara dalam sekam itu tidak dideteksi atau dibiarkan saja, transaksi kredit akan berakhir
dengan bencana, terutama bagi pihak kreditur. Gejala-gejala yang muncul sebagai tanda akan terjadinya kredit bermasalah adalah :
35
1 Penyimpangan dari berbagai ketentuan dalam perjanjian kredit, 2 Penurunan kondisi keuangan perusahaan,
3 Frekuensi pergantian pimpinan dan tenaga inti, 4 Penyajian bahan masukan secara tidak benar,
5 Menurunnya sikap kooperatif debitur, 6 Penurunan nilai jaminan yang disediakan,
7 Problem keuangan atau pribadi.
35
Ibid., hal 173
56
B. Penggolongan Kualitas Kredit
Penggolongan kualitas kredit berdasarkan Pasal 4 Surat Keputusan Direktur Bank Indonesia Nomor 30267KEPDIR tanggal 27 Pebruari 1998, yaitu sebagai berikut:
1. Lancar pass yaitu apabila memenuhi kriteria :