56
B. Penggolongan Kualitas Kredit
Penggolongan kualitas kredit berdasarkan Pasal 4 Surat Keputusan Direktur Bank Indonesia Nomor 30267KEPDIR tanggal 27 Pebruari 1998, yaitu sebagai berikut:
1. Lancar pass yaitu apabila memenuhi kriteria :
a pembayaran angsuran pokok dan atau bunga tepat; dan b memiliki mutasi rekening yang aktif; atau
c bagian dari kredit yang dijamin dengan agunan tunai cash collateral
2. Dalam perhatian khusus special mention yaitu apabila memenuhi kriteria:
a terdapat tunggakan angsuran pokok dan atau bunga yang belum melampaui 90 hari; atau
b kadang-kadang terjadi cerukan; atau c mutasi rekening relatif rendah; atau
d jarang terjadi pelanggaran terhadap kontrak yang diperjanjikan; atau e didukung oleh pinjaman baru.
3. Kurang Lancar substandard yaitu apabila memenuhi kriteria:
a terdapat tunggakan angsuran pokok dan atau bunga yang telah melampaui 90 hari; atau
b sering terjadi cerukan; atau c frekuensi mutasi rekening relatif rendah; atau
d terjadi pelanggaran terhadap kontrak yang diperjanjikan lebih dari 90 hari; atau
57
e terdapat indikasi masalah keuangan yang dihadapi debitur; atau dokumen yang lemah.
4. Diragukan doubtful yaitu apabila memenuhi kriteria :
a terdapat tunggakan angsuran pokok dan atau bunga yang telah melampaui 180 hari; atau
b terjadi cerukan yang bersifat permanen; atau c terjadi wanprestasi lebih dari 180 hari; atau
d terjadi kapitalisasi bunga; atau e dokumentasi hukum yang lemah, baik untuk perjanjian kredit maupun
pengikatan jaminan.
5. Kredit Macet
a terdapat tunggakan angsuran pokok dan atau bunga yang telah melampaui 270 hari; atau
b kerugian operasional ditutup dengan pinjaman baru; atau dari segi hokum maupun kondisi pasar, jaminan tidak dapat dicairkan pada nilai wajar.
Kredit dengan kolektibilitas lancar pass adalah masuk dalam kriteria Perporming Loan, sedangkan kredit dengan kolektibilitas dalam perhatian khusus
special mention, kurang lancar substandard, diragukan doubtful, dan kredit macet masuk dalam kriteia kedit bermasalah non-performing loan.
Walaupun suatu kredit memenuhi kriteria lancar, dalam perhatian khusus, kurang lancar, dan diragukan, namun apabila menurut penilaian keadaan usaha peminjam
58
diperkirakan tidak mampu untuk mengembalikan sebagian atau seluruh kewajibannya, maka kredit tersebut harus digolongkan pada kualitas yang lebih
rendah atas dasar penilaian yang berpedoman pada indikator tambahan yang ditentukan oleh Bank Indonesia.
36
C. Penyelesaian Kredit Bermasalah
Langkah pertama yang harus segera diambil setelah bank mendeteksi adanya gejala kredit bermasalah adalah menentukan seberapa besar masalah yang sedang
dihadapi debitur. Hal itu diperlukan karena cara penanganan selanjutnya akan oleh tingkat besar kecilnya masalah tadi.
Selain ditentukan oleh besar kecilnya masalah yang dihadapi oleh debitur, cara bank menangani kredit bermasalah juga dipengaruhi oleh:
37
1 Jumlah dana milik debitur yang diharapkan dapat dipergunakan untuk mengembalikan kredit,
2 Jumlah kredit yang dipinjam debitur dari kreditur lain, 3 Status dan nilai jaminan yang telah terikat, maupun
4 Sikap debitur dalam menghadapi bank. Dalam menyelesaikan kredit bermasalah menurut Siswanto Sutojo dapat
dilakukan melalui :
38
36
Muhamad Djumhana, Op. Cit., hal. 427
37
Siswanto Sutojo, Op. Cit., hal. 178
38
Ibid., hal.181
59
1 Organisasi intern bank.
Yang menjadi pertimbangan bank membentuk team khusus untuk menangani kredit bermasalah adalah sebagai berikut :
a Waktu yang dibutuhkan untuk menangani kredit bermasalah, b Obyektifitas penangan,
c Pengalaman dan keahlian yang diperlukan, jumlah saldo kredit tertunggak dan tingkat beratnya masalah yang dihadapi.
2 Penanganan kredit bermasalah melalui proses pengadilan dan di luar proses penngadilan.
Bank menangani penyelesaian kredit bermasalah melalui proses pengadilan dilakukan antara lain bilamana bank mendapat bukti ada unsur penipuan atau
kesengajaan di pihak debitur, atau apabila proses penyelesaian di luar pengadilan tidak membawa hasil seperti yang diharapkan.
Sedangkan penanganan penyelesaian kredit bermasalah di luar proses pengadilan dilakukan bank apabila mereka masih mempunyai harapan dalam
satu masa tertentu dengan bimbingan bank debitur mampu mengumpulkan dana untuk melunasi kredit dan bunga tertunggak. Adapun yang lazim
dilakukan bank adalah melalui :
a. Penjadwalan kembali pembayaran kredit rescheduling
Jangka waktu perpanjangan masa pembayaran kembali kredit tidak boleh terlalu lama. Apabila bank merasa perlu mengadakan perpanjangan masa
pembayaran kembali yang kedua dan seterusnya yang disertai syarat
60
perjanjian lebih ketat, hal tersebut hanya dapat diberikan apabila bank yakin bahwa kondisi keuangan debitur telah menjadi lebih baik dari masa
sebelumnya.
b. Peninjauan kembali isi perjanjian kredit reconditioning
Baik sebagian maupun seluruhnya dilakukan seiring dengan keputusan bank menjadwalkan kembali pembayaran kredit. Tujuan utama dari
peninjauan kembali isi perjanjian kredit adalah memperkuat kedudukan bank dalam ikatan perjanjian dengan debitur. Isi perjanjian yang dapat
ditinjau kembali adalah : 1 Jumlah angsuran,
2 Jadwal pembayaran angsuran, 3 Affirmative convenants, yang memuat kesanggupan pihak pimpinan
perusahaan melakukan sesuatu hal demi kepentingan kreditur. Hal-hal yang biasa dimasukan dalam affirmative convenants antara lain adalah
kesanggupan perusahaan debitur untuk menyerahkan daftar keuangan perusahaan, sesuai dengan jadwal yang ditentukan, kewajiban
perusahaan debitur untuk memelihara tingkat likuiditas keuangan, kesanggupan perusahaan debitur untuk melaporkan perubahan susunan
atau personalia Dewan Komisaris dan atau Dewan Direksi. 4 Negative convenants, yang memuat kesanggupan debitur untuk tidak
melakukan sesuatu hal selama masa perjanjian kredit, kecuali
61
bilamana memberitahuka dan mendapat persetujuan dari kreditur terlebih dahulu.
5 Restrictive clauses , Isi restrictive clauses hampir sama dengan negative convenants yaitu
mewajibkan debitur selama masa berlakunya perjanjian kredit, tidak melakukan tindakan tertentu, perbedaannya hanya terletak pada tingkat
pembatasannya. Pada negative convenants kesanggupan debitur bersifat mutlak, yaitu tidak boleh melakukan sesuatu hal tanpa
persetujuan kreditur terlebih dahulu. Sedangkan pada restrictive clauses debitur masih diperkenankan melakukan sesuatu yang dilarang
dalam negative convenants tetapi dalam batas-batas tertentu.
Sebagagai contoh, debitur diperkenankan membagikan deviden maksimal sebesar satu jumlah prosentase tertentu dari laba sesudah
pajak. 6 Even of defaults.
Yang dimaksud Even of defaults adalah hal-hal yang bilamana terjadi atau syarat tertentu yang bilamana tidak dipenuhi, menyebabkan
debiturnya dinyatakan tidak memenuhi janji, sehingga secara otomatis bank dapat menyatakan bahwa perjajian kredit batal. Akibatya debitur
wajib secepatnya membayar kembali saldo kredit yang masih terhutang.
Klausula ini diadakann dengan tujuan melindungi bank dari bahaya terseret pada persoala kredit bermasalah secara berlarut-larut.
62
c. Penataan kembali reorganization and recapitalization.
Upaya penataan kembali struktur kepemilikan, organisasi, dan operasi bisnis perusahaan debitur secara professional dapat menyehatkan operasi
bisnis debitur. Dalam rangka penataan kembali operasi bisnis dan memperkuat kondsi
keuangan perusahaan debitur, diperlukan rekapitalisasi yang dapat berbentuk memasukkan modal saham baru atau mengkonversi saldo kredit
berikut bunga tertunggak menjadi saham.
3 Penangan kredit bermasalah dengan jalan penagihan.
Selain dengan cara-cara seperti di atas, bank juga dapat melakukan penyelesain kredit bermasalah dengan cara melakukan penagihan. Penagihan
dapat dilakukan baik oleh pihak bank sendiri maupun melalui jasa pihak ketiga. Untuk melakukan penagihan, bank harus mengirimkan surat tagihan
resmi kepada debitur yang didalamnya mencantumkan batas waktu terakhir pelunasan tunggakan kredit.
4 Penyelesaian kredit macet melalui PUPN dan BUPLN Sekarang KPKNL.
Jika kredit bermasalah sudah dapat digolongkan sebagai kredit macet, maka untuk bank-bank milik negara di Indonesia dapat menyerahkan penyelesaian
kredit macet kepada Panitia Urusan Piutang Negara PUPN dan Badan Urusan Piutang dan Lelang Negara BUPLN. Sekarang Kantor Pelayanan
Kekayaan Negara dan Lelang KPKNL.
63
5 Penyelesaian kredit bermasalah melalui jasa pengacara.
Jalan ini dapat pula ditempuh oleh sebuah bank, hanya penyelesaian melalui jasa pengacara akan membutuhkan biaya yang relatif lebih besar karena harus
membayar feenya, oleh karena itu sebelum memutuskan untuk menggunakan jasa pengacara, pihak bank harus membandingkan dulu jumlah kredit
tertunggak dengan besarnya biaya yang harus dikeluarkan kemudian bagi pengacara.
Sedangkan Muhamad Djumhana, mengemukakan bahwa penyelesaian kredit bermasalah secara administrasi perkreditan dapat dilakukan melalui:
1 Penjadwalan kembali rescheduling, 2 Pensyaratan kembali reconditioning, dan
3 Penataan kembali restructuring sebelum dilakukan penyelesaian melalui lembaga yang lebih bersifat yudisial.
39
Penyelesaian kredit bermasalah menurut Johannes Ibrahim dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu :
40
1 Pengimpasan Pinjaman set off.
Mark B. Hapgood dalam Johannes Ibrahim memberikan pengertian pengimpasan pinjaman sebagai berikut :
“Prosedur dimana sebuah tuntutan dan hutang atau ganti rugi diajukann dengan jalan membebaskan sebuah tuntutan hutang atau ganti rugi lainnya. Jadi ini
39
Muhamad Djumhana, Op. Cit., hal. 430
40
Jonnes Ibrahim, Op. Cit., hal. 118
64
berarti bahwa setiap pengimpasan hanya dapat menghasilkan satu atau dua solusi. Adalah semua kewajiban kedua belah pihak hapus. Atau sebagai pilihan
semua kewajiban salah satu pihak hapus dengan meninggalkan sebuah saldo yang harus di bayar oleh salah satu pihak kepada pihak yang lain.
2 Akta Penyelesaian Pinjaman.
Penyelesaian kredit bermasalah dapat juga dilakukan melalui pembuatan akta penyelesaian hutang-piutang. Yaitu dibuatnya suatu perjanjan baru mengenai
penyelesaian hutang. Konsep penyelesaian hutang melalui pembuatan perjanjian kredit baru ini dikembalikan kepada kehendak kedua belah pihak untuk
menutup perjanjian.
5. TINJAUAN MENGENAI TEORI PENEGAKAN HUKUM