Defisiensi Zat Besi Defisiensi Riboflavin vitamin B2

Defisiensi nutrisi atau malnutrisi disebabkan oleh faktor primer dan atau sekunder. Faktor primer disebabkan bila susunan makanan seseorang salah dalam kualitas dan kuantitas yang disebabkan oleh kurangnya penyediaan pangan, kurang baiknya distribusi pangan, kemiskinan, pengetahuan akan nutrisi yang kurang, kebiasaan makan yang salah dan sebagainya. 13 Faktor sekunder meliputi faktor yang menyebabkan zat-zat gizi tidak sampai di sel-sel tubuh setelah makanan dikonsumsi. Penyebab terjadinya defisiensi nutrisi sekunder bukan dari faktor ekonomi, misalnya faktor-faktor yang menyebabkan terganggunya pencernaan, seperti gigi-geligi yang tidak baik, kelainan struktur saluran cerna dan kekurangan enzim. Faktor sekunder juga dapat berupa kebiasaan mengonsumsi makanan cepat saji atau makanan siap saji. Dari segi finansial, makanan makanan siap saji dianggap memiliki prestise tinggi, namun makanan makanan siap saji sangat rendah nutrisi dan dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan anak. 13 Angular cheilitis dapat disebabkan oleh karena beragam defisiensi nutrisi. Defisiensi zat besi dan vitamin B merupakan penyebab terjadinya angular cheilitis.

2.2.1.1 Defisiensi Zat Besi

Zat besi sangat penting untuk mengangkut oksigen dan respirasi intraseluler, yang melekat dibeberapa enzim. Kebanyakan zat besi hadir dalam hemoglobin, beberapa disimpan dalam makrofag dalam hati dan limpa sebagai feritin dan haemosiderin. Zat besi diangkut sebagai transferin. Defisiensi dapat timbul dari penyebab makanan atau serapan, tetapi biasanya merupakan konsekuensi dari kehilangan darah yang kronis. Kekurangan zat besi berpengaruh cepat, dan membagi sel- sel seperti sumsum tulang dan mukosa oral. 12,20 Defisiensi zat besi merupakan kekurangan zat gizi yang biasa terjadi di negara berkembang dan industri. Apabila tubuh mengalami kekurangan zat besi, dapat menyebabkan anemia. Anemia defisiensi zat besi adalah keadaan penurunan konsentrasi hemoglobin dalam darah sampai kadar dibawah 11 gdl Defisiensi zat besi umumnya terjadi pada usia 6 -12 bulan atau 1-2 tahun, yaitu 70 kebutuhan zat besi pada usia 6 - 12 bulan dan 50 kebutuhan zat besi pada usia 1-2 tahun terjadi saat pertumbuhan Universitas Sumatera Utara jaringan yang cepat. Pada tahun pertama kehidupan, kebutuhan sseorang bayi untuk mengabsorbsi zat besi sama besarnya dengan kebutuhan seorang laki- laki dewasa, yang mana hal ini sulit untuk dipenuhi. 14 Defisiensi zat besi kronis dapat menyebabkan koilonychias, glossitis dan cheilosis dengan pembentukkan fisur. Defisiensi zat besi dapat menurunkan imunitas yang dimediasi sel sehingga merangsang perumbuhan Candidiasis mucocutaneous. 15 Bahan makanan yang mengandung zat besi adalah kuning telur, jantung, hati, ginjal, kerang, asparagus dan kacang. 13

2.2.1.2 Defisiensi Riboflavin vitamin B2

Defisiensi riboflavin vitamin B2 sering diikuti dengan defisiensi vitamin B kompleks dikarenakan peranan dalam metabolisme vitamin B6 dan tryptophan, yang kemudian akan diubah menjadi niacin vitamin B1. Anak- anak dan wanita hamil membutuhkan tambahan riboflavin karena vitamin ini penting untuk pertumbuhan. Berfungsi sebagai pembentukan dua koenzim, flavin adenine dinukleotida dan flavin mononukleotida, terlibat dalam metabolisme oksidatif. 14 Secara umum, defisiensi riboflavin akan menyebabkan membran mukosa menjadi kemerahan, angular cheilitis dan glossitis yang berwarna magenta. 15 Bahan makanan yang mengandung vitamin B2 adalah susu, keju, daging dan sayuran berwarna hijau. 13

2.2.1.3 Defisiensi Pyridoxine vitamin B6