Pengertian Nama Deskripsi Teoretik

Mill Ullman, 2012: 87 mengatakan: Nama diri itu tidak konotatif: nama diri menunjuk individu-individu yang dinamakan disebut tetapi nama diri itu tidak menunjuk atau mencakup atribut-atribut sifat-sifat apapun yang dimiliki oleh individu-individu itu. …………………………………………………………………………... Dan Mill menyimpulkan manakala nama-nama itu mempunyai maknanya sendiri, maka makna itu tidak tinggal pada apa yang ditunjuk didenotasi, melainkan pada apa yang dikonotasikan. Nama objek yang tidak mengkonotasikan sesuatu adalah nama sendiri, dan tidak mempunyai makna. Sudah dikemukakan bahwa sementara nama diri itu tidak mempunyai makna tersendiri jika berdiri sendiri, ia akan “mengkonotasi” banyak jika diterapkan dalam suatu konteks spesifik kepada seseorang atau suatu tempat. d. Bunyi Distingtif Di dalam bukunya The Theory of Proper Names, Sir Alan Gardiner Ullman, 2012 mengakui identifikasi merupakan tujuan yang esensial daripada nama diri, tetapi ia juga menambahkan kriteria lain, yaitu bunyi distingtif merupakan ciri semua kata kecuali dalam hal yang agak khusus pada homonim-homonim untuk memiliki bentuk tersendiri yang membedakan dirinya dengan kaa lain; keseluruhan prinsip fonetik didasarkan pada tuntutan itu. e. Kriteria Gramatikal Perbedaan nama dan fungsi di antara nama diri dan nomina juga tercermin dalam kekhususan-kekhususan gramatikal. Hal ini bervariasi dari satu bahasa ke bahasa lain, dan kadang juga bervariasi dari waktu ke waktu dalam sebuah bahasa. Beberapa kekhususan murni konvensiaonal, dan yang lain didikte oleh fungsi khusus nama diri. Pemakaian artikel dan kata- kata “pewatas” merupakan salah satu kriteria gramatikal yang paling luas tersebar untuk membedakan nama diri dan nomina, tetapi dalam operasinya ia berbeda dalam berbagai bahasa. Kriteria gramatikal yang lain yang sering dikutip adalah bahwa sebagian nama diri itu tidak mempunyai bentuk jamak plural Ullman, 2012. Di antara lima kriteria tersebut di atas, kriteria yang kedua adalah yang paling bermanfaat. Perbedaan esensial antara nomina dengan nama diri terletak pada fungsinya: nomina adalah satuan bermakna meaningful unit, sedangkan nama diri adalah pemarkah identifikasi identification mark. Kriteria ini dapat ditambah dengan faktor kebedaan bunyi, suatu faktor yang penting tetapi tidak terlalu persis. Kriteria lainnya terbatas ruang lingkupnya atau sudah terimplisit ke dalam fungsi indentifikasi tadi. Nama diri begitu dekat diidentifikasikan dengan pemiliknya, sehingga nama itu segera menggambarkan reputasi, baik atau buruk. Selain sebagai penanda identitas, nama diri juga berfungsi sebagai simbol misalnya, Teguh „teguhkokoh‟ selain sebagai penanda identitas laki-laki, juga merupakan simbol kekuatan.

3. Jenis Nama Diri

Jenis nama diri atau yang memiliki nama diri Arifin Junaiyah, 2007: 132-135 terbagi menjadi nama diri Tuhan, nama diri persona, nama diri yang berhubungan dengan kalender, nama benda khas geografi, serta nama benda pada umumnya. a Nama Diri Tuhan Tuhan memiliki nama diri. Menurut kaidah ejaan, nama diri Tuhan, termasuk unsurnya, dituliskan dengan huruf awal kapital, seperti nama Allah, Yesus Kristus, dan Sang Hyang Widi Wasa. Keterangan di belakang nama diri tuhan dan kata ganti Tuhan dituliskan dengan huruf awal kapital, seperti Allah Yang Maha Kuasa serta rahmat-Mu dan kepada-Ku. b Nama Diri Persona Nama diri persona ini menggolongkan nama diri orang, nama-nama diri nabi, nama diri dewa, nama diri setan, nama diri iblis jika iblis memiliki nama, dan sebagainya kedalam kelompok nama diri persona, seperti Fatimah, Nabi Muhamad, Malaikat Israfil, Dewi Aphrodit, Rsi Sumanthu, Rsi Jaimini. c Nama Diri yang Berhubungan dengan Kalender Segala yang berhubungan dengan kalender, seperti peristiwa penting, tahun, bulan, hari, zaman, dan masa memiliki nama diri. Menurut pedoman EYD, nama itu, termasuk unsurnya, dituliskan dengan huruf awal Kapital. d Benda Khas Geografi Benda khas geografi, seperti planet, benua, pulau, gunung, selat, laut, lautan, teluk, sungai, danau, dan lembah, dapat memiliki nama diri. Nama diri itu, termasuk unsurnya, dituliskan dengan huruf awal kapital. Penulisan nama khas geografi yang berupa nama kota, pada dasarnya,