Konsep Nama Diri Deskripsi Teoretik

a Nama Diri Tuhan Tuhan memiliki nama diri. Menurut kaidah ejaan, nama diri Tuhan, termasuk unsurnya, dituliskan dengan huruf awal kapital, seperti nama Allah, Yesus Kristus, dan Sang Hyang Widi Wasa. Keterangan di belakang nama diri tuhan dan kata ganti Tuhan dituliskan dengan huruf awal kapital, seperti Allah Yang Maha Kuasa serta rahmat-Mu dan kepada-Ku. b Nama Diri Persona Nama diri persona ini menggolongkan nama diri orang, nama-nama diri nabi, nama diri dewa, nama diri setan, nama diri iblis jika iblis memiliki nama, dan sebagainya kedalam kelompok nama diri persona, seperti Fatimah, Nabi Muhamad, Malaikat Israfil, Dewi Aphrodit, Rsi Sumanthu, Rsi Jaimini. c Nama Diri yang Berhubungan dengan Kalender Segala yang berhubungan dengan kalender, seperti peristiwa penting, tahun, bulan, hari, zaman, dan masa memiliki nama diri. Menurut pedoman EYD, nama itu, termasuk unsurnya, dituliskan dengan huruf awal Kapital. d Benda Khas Geografi Benda khas geografi, seperti planet, benua, pulau, gunung, selat, laut, lautan, teluk, sungai, danau, dan lembah, dapat memiliki nama diri. Nama diri itu, termasuk unsurnya, dituliskan dengan huruf awal kapital. Penulisan nama khas geografi yang berupa nama kota, pada dasarnya, ditulis dalam satu kata atau serangkai, kecuali yang terdiri atas tiga unsur atau lebih dan yang berupa arah mata angin. e Benda Pada Umumnya Nama benda pada umumnya dibagi menjadi tiga. 1 Benda bernyawa 2 Benda tak bernyawa 3 Benda vegetativ hidup tetapi tidak dapat berpindah sendiri

4. Nama Diri Persona

Nama diri persona adalah nama diri yang digunakan untuk menyebutkan nama orang, misalnya nama diri nabi dan rasul, malaikat, dewa dan sebagainya. Seperti Fatimah, Nabi Muhamad, Malaikat Israfil, Dewi Aphrodit, Rsi Sumanthu, Rsi Jaimini Arifin Junaiyah, 2007: 132-135. Dalam penelitian ini akan dibahas nama diri persona untuk nama orang. Budiwati 2000, via Wibowo, dalam jurnal humaniora volume XIII menyinggung ihwal nama diri dan acuan referennya. Secara semantis nama diri dapat berkaitan dengan variable reference referensi variatif maupun constant reference referensi tetap. Artinya dalam lingkup kalimat semakin pendek nama seseorang ditampilkan semakin ia memiliki kecenderungan referensi yang bersifat variatif, sedangkan semakin panjang nama seseorang ditampilkan dalam kalimat semakin ia memiliki kecenderungan referensi yang bersifat tetap. Ryle Wibowo, jurnal humaniora volume XIII menyatakan, bahwa nama memiliki referen tapi tidak memiliki makna. Arti simbolik nama dan kata lain dibangun oleh konvesi yang khusus untuk budaya tertentu.

5. Konsep Acuan

Konsep acuan dalam penelitian ini, yakni hubungan antara makna dan bentuk, dalam hal ini makna sebagai hakekat yang dimaksud. Teori yang mengatakan demikian itu memandang bahwa setiap kata memiliki makna tertentu karena merujuk kesuatu hakekat Cahyono, 1995: 199. Lyons 1995: 397, menyatakan bahwa hubungan antara kata dan benda merupakan hubungan referen acuan, ia juga mengatakan bahwa istilah modern untuk “benda-benda” sejauh sebagaimana mereka dinamai atau yang “ditandakan” signified oleh kata dinamakan acuan atau referen. Secara tradisonal referen atau acuan berarti hubungan antara kata dengan benda, hubungan antara ungkapan-ungkapan dalam teks dan wujud dunia. Lyons Arifin Rani, 2000 mengatakan bahwa hubungan antara kata dengan bendanya adalah hubungan referensial: kata-kata menunjuk benda. Pandangan kaum tradisional ini menerangkan bahwa hubungan yang ada ini adalah hubungan antara bahasa dengan dunia benda tanpa memperhatikan si pemakai bahasa. Menurut Lyons Arifin Rani, 2000: 82, ketika membicarakan referensi tanpa memperhatikan si penutur tidaklah benar. Si penuturlah yang paling tahu tentang referensi kalimatnya. Berdasarkan pandangan tentang konsep acuan yang disampaikan oleh para tokoh tersebut dapat disimpulkan bahwa acuan merupakan hubungan antar kata dengan benda yang diacu atau yang dimaksud, di mana setiap kata memiliki makna yang merujuk makna suatu benda yang dimaksud.

6. Jenis Acuan

Jenis acuan dalam bahasa Indonesia Alwi, 2003 dibagi menjadi tiga jenis, yaitu acuan takrif definit, acuan taktakrif takdefinit, dan cuan generik. a. Acuan takrif definit: unsur pengacu yang mengacu ke sesuatu yang khusus yang dapat diidentifikasi. Acuan takrif atau definit dinyatakan sebagai berikut. 1 Mengacu pada suatu maujud yang diketahui atau dikenal oleh pembicara atau lawan bicara 2 Mengacu pada suatu maujud yang sudah disebutkan sebelumnya 3 Mengacu pada suatu maujud lain yang diwatasi oleh konstruksi seperti anak kalimat atau bentuk proposisi b. Acuan taktakrif takdefinit: unsur pengacu yang mengacu pada maujud secara umum atau pada sesuatu yang belum diidentifikasi oleh pembicara. c. Acuan generik: unsur acuan yang bertalian makna dengan jenus mengacu pada semua unsur atau anggotanya Wijana dalam bukunya Pengantar Semantik Bahasa Indonesia 2010 membagi acuan menjadi beberapa jenis, yakni referen unik unique referent, dan referen tak unik non-unique referent, referen abstrak abstract referent, dan referen konkret concrete referent, serta referen terhitung countable referent dan referen tak terhitung uncountable referent.