Menurut  Ngalim  Purwanto  2007:  102  bahwa  terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi belajar, yang dibedakan menjadi
dua golongan, yaitu: 1
Faktor  individual  yaitu  faktor  yang  ada  pada  diri  individu  itu sendiri,  antara  lain:  faktor  kematangan
pertumbuhan, kecerdasan, latihan, motivasi dan faktor pribadi.
2 Faktor sosial yaitu faktor yang ada di luar individu, antara lain:
faktor  keluarga keadaan  rumah  tangga,  guru  dan  cara mengajarnya,  alat-alat  yang  digunakan  dalam  belajar-
mengajar,  lingkungan  dan  kesempatan  yang  tersedia,  dan motivasi sosial.
Menurut  Dalyono  2009:  55 berhasil  atau  tidaknya seseorang  dalam  belajar  disebabkan  oleh beberapa faktor  yang
menentukan pencapaian hasil belajar, terdiri dari : 1 Faktor  internal  adalah faktor  yang  berasal  dari dalam  diri,
yaitu: a Kesehatan
Kesehatan  jasmani  dan  rohani  sangat  besar  pengaruhnya terhadap kemampuan belajar.
b Intelegensi dan bakat Bila seseorang mempunyai intelegensi tinggi dan bakatnya
ada  dalam  bidang  yang  dipelajari,  maka  proses  belajarnya akan lancar dan sukses.
c Minat dan motivasi Minat  belajar  yang besar  cenderung  menghasilkan  prestasi
yang  tinggi,  sebaliknya  minat  belajar  kurang  akan menghasilkan  prestasi  yang  rendah.  Dan  kuat  lemahnya
motivasi belajar
seseorang turut
mempengaruhi keberhasilannya.
d Cara belajar Cara  belajar  seseorang  juga  mempengaruhi  pencapaian
hasil belajarnya. 2 Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar diri, yaitu:
a Keluarga Faktor  orang  tua  sangat  besar  pengaruhnya  terhadap
keberhasilan  anak  dalam  belajar.  Tinggi  rendahnya pendidikan  orang  tua,  besar  kecilnya  penghasilan,  cukup
atau kurang perhatian dan bimbingan orang tua, rukun atau tidaknya  kedua  orang  tua,  akrab  atau  tidaknya  hubungan
orang  tua  dengan  anak-anak,  tenang  atau  tidaknya  situasi dalam  rumah,  semuanya  itu  turut  mempengaruhi  pencapai
hasil belajar anak. b Sekolah
Keadaan  sekolah  tempat  belajar  turut  mempengaruhi tingkat keberhasilan belajar.
c Masyarakat Keadaan masyarakat juga menentukan prestasi belajar.
d Lingkungan sekitar. Keadaan  lingkungan,  bangunan  rumah,  suasana  sekitar,
keadaan  lalu  limtas,  iklim,  dan  sebagainya  juga  sangat penting dalam mempengaruhi prestasi belajar.
Berdasarkan  definisi  di  atas,  maka  dapat  disimpulkan  bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi Prestasi Belajar Akuntansi meliputi:
1 Faktor internal, berupa:
a Faktor jasmani fisik dan kematangan pertumbuhan fisik. b Faktor  psikologi,  baik  berupa minat, bakat, kecerdasan,
motivasi serta cara belajar. c Faktor kelelahan.
2 Faktor eksternal, berupa:
a Faktor  keluarga  yaitu cara  orang  tua  mendidik,  relasi  antar
anggota  keluarga,  perhatian  dan  bimbingan  orang  tua, pengertian  orang  tua,  keadaan  ekonomi  keluarga, tingkat
pendidikan  orang  tua,  kerukunan  kedua orang  tua,  suasana rumah, latar belakang kebudayaan.
b Faktor sekolah yaitu metode  belajar  mengajar,  kesesuaian
kurikulum dengan kemampuan anak, relasi guru dengan siswa, relasi  siswa  dengan  siswa,  disiplin  sekolah,  alat  pelajaran,
waktu  sekolah,  standar  pelajaran  di  atas  ukuran,  keadaan
gedung,  tugas  rumah,  keadaan  fasilitas perlengkapan  yang digunakan untuk belajar mengajar di sekolah.
c Lingkungan
masyarakat yaitu
kegiatan siswa
dalam masyarakat, teman bergaul, dan bentuk kehidupan masyarakat.
d Lingkungan  sekitar  yaitu keadaan  lingkungan,  bangunan
rumah, suasana sekitar, keadaan lalu lintas, dan iklim.
e. Pengukuran Prestasi Belajar Akuntansi
Sebelum mengadakan suatu penelitian maka perlu diadakan pengukuran.
Menurut  Sugihartono  2007:  129 hasil  pengukuran dapat  berupa  nilai  atau  angka  yang
menggambarkan kondisi  atau
kenyataan  sesuai  dengan  kulitas  dan  kuantitas  keadaan  yang diukur.  Untuk  menilai  prestasi  perlu  dilakukan  pengukuran yaitu
membandingkan  sesuatu  dengan  ukuran. Pengukuran bersifat kuantitatif Suharsimi. 2009: 3.
Dalam  kegiatan  belajar mengajar,  pengukuran  hasil belajar  dimaksudkan  untuk  mengetahui  seberapa  jauh
perubahan  tingkah  laku  siswa  setelah  menghayati  proses belajar.  Maka  pengukuran  yang  dilakukan  guru  lazimnya
menggunakan  tes  sebagai  alat  ukur.  Hasil  pengukuran tersebut  berwujud
angka  ataupun  pernyataan  yang mencerminkan  tingkat  penguasaan  materi  pelajaran  bagi
para  siswa,  yang  lebih  dikenal  dengan  prestasi  belajar. Sugihartono, 2007: 130
Sumadi  Suryabrata  2006:  294  menyatakan  bahwa  hasil belajar siswa dapat diukur dengan jalan:
1 Memberikan tugas-tugas tertentu. 2 Menanyakan beberapa hal yang terkait dengan pelajaran
tertentu.
3 Memberikan  tes  pada  siswa  sesudah  mengikuti pelajaran tertentu.
4 Memberikan ulangan. Muhibbin
Syah  2011: 154-156  menjelaskan  alternatif pengukuran  keberhasilan  belajar  berdasarakan  prestasi  ranah  rasa,
ranah cipta, dan ranah karsa, yaitu: 1 Evaluasi prestasi kognitif
Mengukur  keberhasilan  siswa  yang  berdimensi kognitif  ranah  cipta  dapat  dilakukan  dengan  berbagai
cara,  baik  dengan  tes  tertulis  maupun  tes lisan  dan perbuatan. Khusus  untuk  mengukur  kemampuan  analisis
dan sintesis siswa, lebih dianjurkan untuk menggunakan tes esai,  karena  tes  ini  adalah  satu-satunya  ragam  instrument
evaluasi yang paling tepat untuk mengevaluasi yang paling tepat untuk mengevaluasi dua jenis kemampuan akal siswa
tadi.
2 Evaluasi prestasi afektif Dalam  merencanakan  penyusunan  instrumen  tes
prestasi  siswa  yang  berdimensi  afektif  ranah  rasa  jenis- jenis  prestasi  internalisasi  dan  karakterisasi  seyogianya
mendapat perhatian khusus. Alasannya, karena kedua jenis tes  prestasi  ranah  rasa  itulah  yang  lebih  banyak
mengendalikan  sikap  dan  perbuatan  siswa. Hal  lain  yang perlu  diingat  guru  yang  hendak  menggunakan  skala  sikap
ialah  bahwa  dalam  evaluasi  ranah  rasa  yang  dicari  bukan benar  dan  salah,  melainkan  sikap  atau  kecenderungan
setuju  atau  tidak  setuju.  Jadi,  tidak  sama  dengan  evaluasi ranah cipta yang secara prinsipal bertujuan mengungkapkan
kemampuan akal dengan batasan salah dan benar.
3 Evaluasi prestasi psikomotor Cara  pandang  yang  tepat  untuk  mengevaluasi
keberhasilan  belajar  yang  berdimensi  ranah  psikomotor ranah  karsa  adalah  observasi.  Observasi,  dalam  hal  ini,
dapat  diartikan  sebagai  sejenis  tes  mengenai  peristiwa, tingkah  laku,  atau  fenomena  lain,  dengan  pengamatan
langsung.  Namun,  obsevasi  harus  dibedakan  dari eksperimen,  karena  ekperimen  pada  umumnya  dipandang
sebagai salah satu cara observasi Reber, 1988.
Guru  yang  hendak  melakukan  observasi  perilaku psikomotor  siswa-siswanya  seyogianya  mempersiapkan
langkah-langkah  yang  cermat  dan  sistematis  menurut pedoman  yang  terdapat  dalam  lembar  format  observasi
yang  sebelumnya  telah  disediakan,  baik  oleh  sekolah maupun guru itu sendiri.
Benyamin Bloom mengklasifikasikan hasil belajar menjadi tiga ranah yang dikutip oleh Nana Sudjana 2002: 22-23, yaitu:
1 Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual
yang  terdiri  dari  enam  aspek,  yakni  pengetahuan  atau ingatan,  pemahaman,  aplikasi,  analisis,  sintesis,  dan
evaluasi.  Kedua  aspek  pertama  disebut  kognitif  tingkat rendah  dan  keempat  aspek  berikutnya  termasuk  kognitif
tingkat tinggi.
2 Ranah  afektif  berkenaan  dengan  sikap  yang  terdiri  dari
lima  aspek,  yakni  penerimaan,  jawaban  atau  reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi.
3 Ranah  psikomotoris  berkenaan  dengan  hasil  belajar
ketrampilan  dan  kemampuan  bertindak.  Ada  enam  aspek ranah psikomotoris, yakni:
a
Gerakan refleks, b
Keterampilan gerakan dasar, c
Kemampuan perseptual, d
Keharmonisan atau ketepatan, e
Gerakan keterampilan kompleks, dan f
Gerakan ekspresif dan interpretatif. “Untuk  mengukur  dan  mengevaluasi  tingkat  keberhasilan
belajar  tersebut  dapat dilakukan  melalui  tes  prestasi  belajar” Syaiful  dan  Aswan, 2006:  106.  Tes  prestasi  belajar  dapat
digolongkan ke dalam jenis penilaian berikut ini: 1 Tes formatif
Penilaian  ini  digunakan  untuk  mengukur  satu  atau  beberapa pokok  bahasan  tertentu  dan bertujuan  memperoleh  gambaran
tentang  daya  serap  siswa  terhadap  pokok  bahasan  tersebut. Hasil  tes  ini  dimanfaatkan  untuk  memperbaiki  proses  belajar
mengajar bahan tertentu dalam waktu tertentu.