Strukturalisme Genetik Deskripsi Teori

Strukturalisme genetik sebagai teori memiliki syarat dalam pemilihan sebuah karya untuk diteliti. Syarat tersebut, yaitu adalah sebuah novel masterpice yang memiliki hero problematik berhadapan dengan kondisi sosial yang memburuk degraded dan berusaha mendapat nilai otentik autentik value. Degradasi adalah suatu keadaan yang bersangkutan dengan adanya perpecahan yang tidak terjembatani antara sang hero dengan dunia Goldmann melaui Faruk, 2010:92. Yang dimaksud dengan nilai-nilai yang otentik itu adalah nilai-nilai yang mengorganisasikan dunia novel secara keseluruhan meskipun hanya secara implisit Glodmann melalui Faruk, 2010:91. Di dalam teori strukturalisme genetik pertama kali yang akan diuraikan terlebih dahulu adalah fakta kemanusiaan. Dapat diartikan fakta kemanusiaan menurut teori strukturalisme-genetik merupakan aktivitas maupun prilaku manusia baik verbal, atau fisik yang berusaha dipahami oleh ilmu pengatahuan. Pada hakikatnya fakta kemanusiaan dibedakan menjadi dua kategori, yaitu fakta sosial dan fakta individual Faruk, 1988:71. Fakta sosial mempunyai peranan dalam sejarah, sedangkan fakta individual tidak mempunyai peranan, karena hanya hasil perilaku libidinal saja. Goldmann via Faruk, 1988:71 menganggap semua fakta kemanusiaan merupakan suatu struktur yang berarti, bahwa fakta kemanusian mempunyai struktur tertentu dan mempunyai arti tertentu. Fakta tersebut berarti apabila fakta kemanusian merupakan respon dari subjek kolektif atau individual. Hal tersebut menunjukkan bahwa dapat dikatakan berarti apabila fakta itu merupakan hasil srtukturasi timbal-balik antara subjek dengan lingkungannya. Hubungan ini hanya mungkin dipahami melalui pendekatan struktural selanjutnya dihubungkan dengan situasi di mana novel itu berkembang Atmaja, 2009:36.

3. Konsep Pandangan Dunia dalam Prespektif Strukturalisme Genetik

Goldmann via Damono,1978:44 juga mengembangkan konsep tentang pandangan dunia vision du mounde, world visioun yang terwujud dalam sebuah karya sastra dan filsafat besar. Pandangan dunia Goldmann ini diartikan suatu struktur global yang bermakna, suatu pemahaman total terhadap dunia yang mencoba menangkap maknanya dengan segala kerumitan dan keutuhanya. Ia juga menandaskan bahwa pandangan dunia erat sekali hubungannya dengan kelas- kelas sosial, pandangan dunia selalu merupakan pandangan kelas sosial. Bagi Goldmann via Damono,1978:44 pandangan dunia bukanlah merupakan fakta empiris yang langsung, tetapi merupakan struktur gagasan, aspirasi, dan perasaan yang dapat menyatukan suatu kelompok sosial di hadapan suatu kelompok sosial lain. Jadi, pandangan dunia adalah suatu abstraksi Damono,1978:44, ia mencapai bentuknya yang konkrit dalam sastra. Pandangan dunia bukanlah “fakta”, ia tidak memiliki eksistensi obyektif, ia hanya sebagai ekspresi teoritis dari suatu kelas sosial pada saat-saat tertentu dan para pengarang dalam karya-karyanya. Menurut Goldmann pandangan dunia merupakan komplek menyeluruh dari gagasan, aspirasi, perasaan, yang menghubungkan secara bersama-sama anggota suatu kelompok sosial tertentu dan mempertentangkannya dengan kelompok sosial lain Faruk, 1988:74. Pandangan dunia merupakan kesadaran kolektif sebagai hasil dari situasi sosial yang dihadapi subjek kolektif. Pandangan dunia tidak lahir secara tiba-tiba, diperlukan transformasi agar mentalitas lama secara perlahan-lahan berubah atau teratasi menjadi mentalitas yang baru. Dalam hal ini, Goldmann membedakan “kesadaran yang mungkin” dengan “kesadaran nyata” Atmaja, 2009:136. “Kesadaran nyata” merupakan kesadaran yang dimilki oleh individu yang ada dalam masyarakat. Sedangkan “kesadaran yang mungkin” merupakan suatu kecenderungan kelompok ke arah suatu koherensi menyeluruh. Kesadaran itu jarang disadari oleh pemiliknya kecuali dalam momen-momen krisis dan sebagai ekspresi individual pada karya- karya kultural yang besar Goldmann melalui Faruk, 1988: 75. Aspek inilah yang terpenting dari pandangan genetik. Pendekatan ini mengunakan novel-novel besar masterpiece sebagai objek analisis untuk menemukan nilai-nilai authentik. Nilai-nilai authentik menurut Glodmann via Faruk, 2012:73 adalah totalitas tersirat yang muncul dalam novel, nilai-nilai yang mengorganisasi sesuai dengan mode dunia sebagai totalitas. Nilai tersebut hanya dapat muncul dari kecenderungan terdegradasi dan melalui problematika sang hero. Karena itu, nilai-nilai tersebut hanya ada pada pandangan dunia atau kesadaran penulis. Pandangan dunia pengarang dalam sebuah novel terlihat melalui hubungan antara tokoh dengan tokoh lain maupun antara tokoh dengan lingkungannya, sehingga karya sastra harus dipandang secara menyeluruh. Maka tidak hanya memahami struktur otonom sebuah karya sastra tetapi faktor-faktor di luar karya sastra pun tidak dapat dilepaskan dengan pengarang dan masyarakatnya. Sebab keduanya merupakan produk dari aktivitas strukturasi yang sama Faruk, 2012:64. Beberapa hal yang harus dilalukan untuk mengetahui pandangan dunia pengarang antara lain, unsur intrinsik karya sastra secara keseluruhan, latar belakang kehidupan sosial pengarang, latar sosial dan sejarah yang memunculkan karya tersebut diciptakan, serta karya-karya sebelum novel ini terbit.

4. Srtuktur Tematik Karya Sastra dalam Strukturalisme Genetik.

Goldmann memiliki konsep struktur yang bersifat tematik Faruk, 2012:72. Pusat perhatian dalam struktur tematik adalah relasi antartokoh, dan relasi tokoh dengan objek yang ada di sekitarnya. Namun dalam penelitian strukturalisme genetik tidak secara khusus menjelaskan teori struktural yang digunakan dalam penelitian hubungan antartokoh dan hubungan antara tokoh dengan objek. Objek yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah latar waktu, tempat, dan sosial. Dalam pendekadan strukturalisme genetik karya sastra dipandang mempunyai struktur yang koheren dan terpadu. Goldmann via Faruk, 2012:71 mengemukakan pendapat mengenai karya sastra. Pertama, bahwa karya sastra merupakan pandangan dunia secara imajiner. Kedua, bahwa usahanya dalam mengekspresikan pandangan dunia itu, pengarang menciptakan semesta tokoh- tokoh, objek-objek, dan relasi secara imajiner. Stuktur karya sastra ditekankan pada tokoh hero yang mengalami problematik, baik problematik tokoh hero dengan tokoh lain maupun problematik tokoh hero dengan objek atau dunia. Problematik tersebut menjadikan tokoh hero berusaha mencari nilai-nilai otentik dalam hubungannya dengan tokoh lain maupun dunia yang terdegradasi.

B. Penelitian Relevan

Penelitian ini mempunyai relevansi dengan penelitian-penelitian sebelumnya yang meneliti tentang novel Kitab Omong Kosong. Salah satunya sebuah makalah dari Asep Samboja yang berjudul Seno Gumira Ajidarma, Kitab Omong Kosong, dan Keindonesiaan Kita, disampaikan dalam Konferensi Internasional Kesusastraan XVII HISKI di Jakarta pada 7-10 Agustus 2006. Makalah tersebut menerangkan bagaimana ekspresi sang pengarang Seno sebagai representasi manusia Indonesia serta menitik beratkan pada makna yang terkandung dalam novel tersebut. Bagaimana Seno menampilkan suara subaltern, memanusiakan orang-orang yang dianggap otherness. Sedangkan pada penelitian ini mencoba mendeskripsikan bagaimana pandangan dunia yang ada