Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Batasan Istilah

baik problematik tokoh hero dengan tokoh lain maupun dengan objek atau dunia. 4. Kebenaran : merupakan persesuaian antara pengetahuan dan objeknya, pengetahuan yang benar adalah pengetahuan yang sesuai dengan objeknya, artinya kebenaran harus didukung oleh fakta objek.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Deskripsi Teori

1. Kebenaran

Dalam mencari sebuah kebenaran manusia melakukan penalaran terhadap sesuatu yang ada di sekitarnya. Melalui penalaran yang merupakan proses berpikir manusia dapat menarik sebuah kesimpulan, yaitu sebuah pengetahuan Suriasumantri, 1985:42. Dapat dikatakan penalaran merupakan sebuah sarana berpikir yang memilki karakteristik tertentu dalam menemukan kebenaran. Kebenaran merupakan persesuaian antara pengetahuan dan objeknya, pengetahuan yang benar adalah pengetahuan yang sesuai dengan objeknya, artinya kebenaran harus didukung oleh fakta objek. Pengetahuan yang benar dapat ditemukan melalui kegiatan berpikir. Namun, akan memilki perbedaan dalam penentuan kebenaran karena proses berpikir untuk menghasilkan sesuatu yang benar berbeda-beda. Setiap orang mempunyai jalan pikiran yang disebut sebagai kriteria kebenaran, ini merupakan dasar bagi proses penemuan kebenaran tersebut. Penalaran merupakan proses penemuan kebenaran di mana tiap-tiap jenis penalaran mempunyai kriteria 13 kebenarannya masing-masing Suriasumantri,1985:43. Ukuran kebenaran sesungguhnya tergantung pada sebenarnya yang terdapat pada metode-metode untuk memperoleh pengetahuan Katsoff, 2004:175. Jika apa yang diketahui ialah ide-ide yang dihubungkan secara tepat, dan kebenaran merupakan keadaan saling-berhubungan coherence di antara ide- ide tersebut.

a. Kebenaran Menurut Paham Koherensi

Paham koherensi mengatakan bahwa suatu hal dapat dikatakan benar apabila memiliki keadaan saling berhubungan dengan hal-hal lain yang telah dianggap benar, atau juga memiliki saling berhubungan dengan pengalaman kita Kattsoff,2004:176. Menurut teori koherensi, kebenaran tidak ditentukan oleh relasi antarsatu penilaian dengan suatu hal lain, suatu fakta atau realitas, melainkan oleh relasi di antara penilaian-penilaian itu sendiri. Kriteria untuk mendapatkan kebenaran dalam paham koherensi terletak pada konsistensi suatu pernyataan. Dengan demikian suatu hal dianggap benar apabila mendapat pembenaran oleh hal-hal lainnya yang terdahulu sudah diketahui atau diakui kebenaranya. Suatu penilaian adalah benar memilki makna bahwa penilaian tersebut sesuai dengan suatu sistem koheren dengan penilaian-penilaian lain Awing, 2008:81. Menurut paham koherensi, suatu pernyataan dianggap benar kalau pernyataan tersebut koheren atau konsisten dengan pernyataan-pernyataan sebelumnya yang telah dianggap benar. Jadi, suatu pernyataan dianggap benar apabila pernyataan tersebut dalam keadaan saling berhubungan dengan pernyataan-pernyataan lain yang benar. Dapat dikatakan, suatu proposisi itu benar jika mempunyai hubungan dengan ide dari proposisi yang telah ada dan benar adanya. Apabila suatu proposisi berada dalam keadaan saling berhubungan dengan semua fakta yang mungkin ada, maka proposisi tersebut secara mutlak benar Katsoff, 2004:176. Paham koherensi menyatakan bahwa derajat keadaan saling berhubungan merupakan ukuran bagi kebenaran. Sedangkan keadaan saling berhubungan dengan kenyataan memberikan kebenaran mutlak. Paham koherensi lebih sering dianut oleh para pengusung idealisme. Dalam paham koherensi kebenaran merupakan sifat yang dimiliki oleh ide. Sebab, pemikiranlah yang menemukan ketertiban, tatanan serta sistem di dalam kenyataan yang kita hadapi, pemikiranlah yang membuahkan ide-ide, dan ide-ide kebenaran terletak dalam keadaan saling berhubungan di antara ide-ide tersebut Katsoff, 2004:177.

b. Kebenaran Menurut Paham Korespondensi

Dalam paham korespondensi, kebenaran dapat tercapai ketika suatu keyakinan berelasi dengan suatu fakta yang ada dalam dunia nyata. Kebenaran keyakinan tersebut dinyatakan benar atau salah bukan karena keyakinan yang lain melainkan oleh sesuatu dalam dunia nyata yang menjadi rujukannya Awing, 2008:77. Pernyataan adalah benar jika berkorespondensi terhadap fakta atau objek yang dituju peryataan tersebut. Keadaan dikatakan benar jika ada kesuaian antara arti yang dimaksud oleh suatu pendapat dengan fakta. Kebenaran dalam paham korespondensi banyak dianut oleh penganut empirisisme yang mengutamakan pengalaman dan pengamatan indrawi manusia. Paham korespondensi sangat menghargai pengamatan percobaan atau pengujian empiris untuk mengungkapkan kenyataan yang sebenarnya Keraf, 2001:67. Pengetahuan yang benar, menurut kaum empiris adalah data dan fakta yang ditangkap oleh pancaindra kita. Satu-satunya pengetahuan yang benar merupakan pengalaman dan pengamatan pancaindra. Pengalaman, pengamatan, dan penelitian langsung di lapangan untuk mengumpulkan fakta dan data merupakan titik tolak dari pengetahuan manusia tentang sesuatu hanya berdasarkan pengalaman indrawi. Semua konsep dan ide yang benar sesungguhnya bersumber dari pengalaman dengan objek yang ditangkap melalui pancaindra.