Koefisien Korelasi Faktor-faktor yang Mempengaruhi Jumlah Penduduk Miskin di Provinsi Sumatera Utara

Koefisien determinasi yang dinyatakan dengan � 2 digunakan untuk pengujian regresi linier berganda yang mencakup lebih dari dua variabel adalah untuk mengetahui proporsi keragaman total dalam variabel terikat � yang dapat dijelaskan atau diterangkan oleh variabel-variabel bebas � yang ada dalam model persamaan regresi linier berganda secara bersama-sama. Maka R 2 ditentukan dengan rumus, yaitu: � 2 = �� ��� Ʃ� 2 2.10 dengan: �� ��� = Jumlah Kuadrat Regresi Harga � 2 yang diperoleh sesuai dengan variansi yang dijelaskan masing- masing variabel yang tinggal dalam regresi. Hal ini mengakibatkan variasi yang dijelaskan penduga yang disebabkan oleh variabel yang berpengaruh saja.

2.7 Koefisien Korelasi

Setelah mendapatkan hasil jumlah pengaruh pada variabel yang diteliti selanjutnya penulis akan mencari seberapa besar hubungan antara variabel terikat dengan variabel bebas atau antara variabel bebas itu sendiri. Koefesien korelasi ialah pengukuran statistik kovarian atau asosiasi antara dua variabel. Besarnya koefesien korelasi berkisar antara +1 sd -1. Koefesien korelasi menunjukkan kekuatan hubungan linear dan arah hubungan dua variabel acak. Jika koefesien korelasi positif, maka kedua variabel mempunyai hubungan Universitas Sumatera Utara searah. Artinya jika nilai variabel � tinggi, maka nilai variabel � akan tinggi pula. Sebaliknya, jika koefesien korelasi negatif, maka kedua variabel mempunyai hubungan terbalik. Artinya jika nilai variabel � tinggi, maka nilai variabel � akan menjadi rendah dan sebaliknya. Dengan kata lain koefisien korelasi sederhana � merupakan akar dari koefisien determinasi. Besarnya hubungan antara variabel yang satu dengan variabel yang lain dinyatakan dengan koefisien korelasi yang disimbulkan dengan huruf “ �”. Besarnya koefisien korelasi akan berkisar antara -1 negatif satu sampai dengan +1 positif satu. dengan: + menunjukkan korelasi positif - menunjukkan korelasi negatif 0 menunjukkan tidak adanya hubungan Apabila koefisien korelasi mendekati + 1 atau – 1, berarti hubungan antar variabel tersebut semakin kuat. Sebaliknya, apabila koefisien korelasi mendekati angka 0, berarti hubungan antar variabel tersebut semakin lemah. Dengan kata lain, besarnya nilai korelasi bersifat absolut, sedangkan tanda “ + “ atau “–“ hanya menunjukkan arah hubungan saja. Untuk menganalisis keterkaitan antar variabel, perlu diukur besarnya nilai koefisien korelasi. Untuk menghitung koefisien korelasi r antara dua variabel dapat digunakan rumus: Universitas Sumatera Utara � �� = � Ʃ� �� � � − Ʃ� �� Ʃ� � ��� Ʃ� �� 2 − Ʃ� �� 2 ��� Ʃ� � 2 − Ʃ� � 2 � 2.11 dengan: � �� = Koefisien korelasi antara � dan � � �� = Variabel bebas � � = Variabel teriat Nilai r selalu terletak antara −1 dan 1, sehingga nilai r tersebut dapat ditulis −1 ≤ � ≤ +1. Untuk � = +1, berarti ada korelasi positif sempurna antara � dan �, sebaliknya jika � = −1, berarti korelasi negatif sempurna antara � dan �, sedangkan � = 0, berarti tidah ada korelasi antara � dan �. Jika kenaikan di dalam suatu variabel diikuti dengan kenaikan didalam variabel lain, maka dapat dikatakan bahwa kedua variabel tersebut mempunyai korelasi yang positif. Tetapi jika kenaikan didalam suatu variabel diikuti oleh penurunan didalam variabel lain, maka dapat dikatakan bahwa variabel tersebut mempunyai korelasi yang negatif. Dan jika tidak ada perubahan pada variabel walaupun variabel lainnya berubah maka dikatakan bahwa kedua variabel tersebut tidak mempunyai hubungan. Interpretasi harga r akan disajikan dalam Tabel 2.1 Universitas Sumatera Utara Tabel 2.1 Interpretasi Koefisien Korelasi R Interpretasi Tidak Berkorelasi 0,01 − 0,20 Sangat Rendah 0,21 − 0,40 Rendah 0,41 − 0,60 Agak Rendah 0,61 − 0,80 Cukup 0,81 − 0,99 Tinggi 1 Korelasi Sempurna dengan: � = koefisien korelasi + = menunjukkan korelasi positif –. = menunjukkan korelasi negatif = menunjukkan tidak ada korelasi korelasi nihil Hubungan antara variabel dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis: 1. Korelasi positif Terjadinya korelasi potitif apabila perubahan antara variabel yang satu diikuti dengan variabel yang lainnya dengan arah yang sama berbanding lurus. Artinya variabel yang satu meningkat, maka akan diikuti peningkatan variabel yang lainnya. 2. Korelasi negatif Terjadinya korelasi negatif apabila perubahan antara variabel yang satu diikuti dengan variabel yang lainnya dengan arah yang berlawanan Universitas Sumatera Utara berbanding terbalik. Artinya apabila variabel yang satu meningkat, maka akan diikuti penurunan variabel lainnya. 3. Korelasi nihil Korelasi nihil artinya tidak adanya korelasi antara variabel. Dalam hal ini penulis menggunakan empat variabel dalam penelitiannya, untuk hubungan empat variabel dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: a. Koefisien Korelasi antara Y dan X 1 � �� 1 = � Ʃ� 1 � 1 − Ʃ� 1 Ʃ� ��� Ʃ� 1 2 − Ʃ� 1 2 �{� Ʃ� 2 − Ʃ� 2 } 2.12 b. Koefisien Korelasi antara Y dan X 2 � �� 2 = � Ʃ� 2 � 1 − Ʃ� 2 Ʃ� ��� Ʃ� 2 2 − Ʃ� 2 2 �{� Ʃ� 2 − Ʃ� 2 } 2.13 c. Koefisien Korelasi antara Y dan X 3 � �� 3 = � Ʃ� 3 � 1 − Ʃ� 3 Ʃ� ��� Ʃ� 3 2 − Ʃ� 3 2 �{� Ʃ� 2 − Ʃ� 2 } 2.14 Universitas Sumatera Utara d. Koefisien Korelasi antara X 1 dan X 2 � � 1 � 2 = � Ʃ� 1 � 2 − Ʃ� 1 Ʃ� 2 ��� Ʃ� 1 2 − Ʃ� 1 2 ��� Ʃ� 2 2 − Ʃ� 2 2 � 2.15 e. Koefisien Korelasi antara X 1 dan X 3 � � 1 � 3 = � Ʃ� 1 � 3 − Ʃ� 1 Ʃ� 3 ��� Ʃ� 1 2 − Ʃ� 1 2 ��� Ʃ� 3 2 − Ʃ� 3 2 � 2.16 f. Koefisien Korelasi antara X 2 dan X 3 � � 2 � 3 = � Ʃ� 2 � 3 − Ʃ� 2 Ʃ� 3 ��� Ʃ� 2 2 − Ʃ� 2 2 ��� Ʃ� 3 2 − Ʃ� 3 2 � 2.17 Universitas Sumatera Utara BAB 3 SEJARAH SINGKAT TEMPAT RISET

3.1 Sejarah Badan Pusat Statistik BPS