Perhitungan Koefisien Determinasi Dan Koefisien Korelasi Ganda Perhitungan Koefisien Korelasi Antar Variabel

� ����� = � �� 1 ; � 2 � ����� = � 0,05�;�−�−1 � ����� = � 0,053;29 � ����� = 2,93 Dengan demikian dapat kita lihat bahwa nilai � ℎ����� = 4,56 � ����� = 2,93. Maka � ditolak, hal ini berarti persamaan linier berganda � atas � 1 , � 2 dan � 3 bersifat terdapat pengaruh signifikan antara luas wilayah, kepadatan penduduk dan tingkat pengangguran terhadap terjadinya jumlah penduduk miskin.

4.5 Perhitungan Koefisien Determinasi Dan Koefisien Korelasi Ganda

Dari Tabel 4.4 dapat dilihat harga Ʃy 2 = 41.174,7 dan nilai �� ��� = 13.182,64 telah dihitung sebelumnya, maka diperoleh nilai koefisien determinasi : � 2 = �� ��� Ʃ� 2 � 2 = 13.182,64 41.174,7 � 2 = 0,320 Didapat nilai koefisien determinasi 0,320. Hal ini berarti bahwa sekitar 32 jumlah penduduk miskin dapat ditentukan oleh luas wilayah, kepadatan Universitas Sumatera Utara penduduk, dan tingkat pengangguran melalui hubungan regresi linier berganda sedangkan sisanya 68 dipengaruhi oleh faktor lain . Untuk koefisien korelasi ganda digunakan rumus : R = �� 2 R = �0,320 � = 0,56 Dari hasil perhitungan didapat korelasi � antara luas wilayah, kepadatan penduduk dan tingkat pengangguran terhadap jumlah penduduk miskin sebesar 0,56. Nilai korelasi tersebut menyatakan bahwa hubungan antara luas wilayah, kepadatan penduduk dan tingkat pengangguran terhadap jumlah penduduk miskin agak rendah.

4.6 Perhitungan Koefisien Korelasi Antar Variabel

Dari Tabel 4.2 dapat diperoleh koefisien korelasi antara variabel terikat � dengan variabel bebas � sehingga diketahui seberapa besar pengaruh antar variabel tersebut. Universitas Sumatera Utara

4.6.1 Perhitungan Korelasi antara Variabel Bebas dan VariabeTerikat 1.

Koefisien Korelasi Antara Jumlah Penduduk Miskin � dengan Luas Wilayah � 1 � �� 1 = � Ʃ� 1 � 1 − Ʃ� 1 Ʃ� �{� Ʃ� 1 2 − Ʃ� 1 2 }{ � Ʃ� 2 − Ʃ� 2 } � �� 1 = 33 �33.429,8 − 716,8071.378,23 �{33�25.638,12 − 716,807 2 }{33 �98.735,4 − 1378,23 2 } � �� 1 = 115.258,49 671.892,03 � �� 1 = 0,172 Koefisien korelasi antara jumlah penduduk miskin � dan luas wilayah �1 adalah 0,172 yang menunjukkan korelasi yang sangat rendah dengan arah positif. Hal ini berarti jika luas wilayah kecil maka jumlah penduduk miskin rendah dan sebaliknya jika luas wilayah bertambah maka jumlah penduduk miskin meningkat. 2. Koefisien Korelasi Antara Jumlah Penduduk Miskin � dengan Kepadatan Penduduk � 2 � �� 2 = � Ʃ� 2 � 1 − Ʃ� 2 Ʃ� �{� Ʃ� 2 2 − Ʃ� 2 2 }{ � Ʃ� 2 − Ʃ� 2 } � �� 1 = 33 �21.795,13 − 340,471378,23 �{33�16.967,4 − 340,47 2 }{33 �98.735,84 − 1378,23 2 } � �� 1 = 249.993,32 776.722,29 Universitas Sumatera Utara � �� 1 = 0,3218 Koefisien korelasi antara jmlah penduduk miskin � dan kepadatan penduduk � 2 adalah 0,3218 yang menunjukkan korelasi yang rendah dengan arah positif. Hal ini berarti jika kepadatan penduduk bertambah akan meningkatkan jumlah penduduk miskin, dan sebaliknya jika kepadatan penduduk menurun maka jumlah penduduk miskin menurun. 3. Koefisien Korelasi Antara Jumlah Penduduk Miskin � dengan Tingkat Pengangguran � 3 � �� 3 = � Ʃ� 3 � 1 − Ʃ� 3 Ʃ� �{� Ʃ� 3 2 − Ʃ� 3 2 }{ � Ʃ� 2 − Ʃ� 2 } � �� 3 = 33 �8.487,5 − 192,841378,23 �{33�1.712,01 − 192,84 2 }{33 �98.735,84 − 1378,23 2 } � �� 3 = 14.309,626 161.976,78 � �� 3 = 0,088 Koefisien korelasi antara jmlah penduduk miskin � dan tingkat pengangguran � 3 adalah 0,088, yang menunjukkan korelasi yang sangat rendah dengan arah positif. Hal ini berarti jika kepadatan penduduk kecil maka jumlah penduduk miskin rendah dan sebaliknya jika kepadatan penduduk bertambah maka jumlah penduduk miskin meningkat. Universitas Sumatera Utara 4. Koefisien Korelasi Antara Luas Wilayah � 1 Dengan Kepadatan Penduduk � 2 � � 1 � 2 = � Ʃ� 1 � 2 − Ʃ� 1 Ʃ� 2 �{� Ʃ� 1 2 − Ʃ� 1 2 }{ � Ʃ� 2 2 − Ʃ� 2 2 } � � 1 � 2 = 33 �1.321,46 − 716,807340,47 �{3325.638,12 − 716,807 2 }{3316.967,4 − 340,47 2 } � � 1 � 2 = −200.443,1 384.081,42 �� 1 � 2 = −0,522 Koefisien korelasi antara luas wilayah � 1 dan kepadatan penduduk � 2 adalah −0,522 yang menunjukkan korelasi agak rendah dengan arah positif. Hal ini berarti jika bertambahnya luas wilayah maka kepadatan penduduk menurun, dan jika luas wilayah semakin kecil maka kepadatan penduduk meningkat . 5. Koefisien Korelasi Antara Luas Wilayah � 1 Dengan Tingkat Pengangguran � 3 � � 1 � 3 = � Ʃ� 1 � 3 − Ʃ� 1 Ʃ� 3 �{� Ʃ� 1 2 − Ʃ� 1 2 }{ � Ʃ� 3 2 − Ʃ� 3 2 } �� 1 � 3 = 33 �3.560,88 − 716,807192,84 �{3325.638,12 − 716,807 2 }{331712,01 − 192,84 2 } �� 1 � 3 = −20.720,02 80.095,90 �� 1 � 3 = −0,259 Universitas Sumatera Utara Koefisien korelasi antara luas wilayah � 1 dan tingkat pengangguran � 3 adalah −0,259 yang menunjukkan korelasi sangat rendah dan tidak searah korelasi negatif. Hal ini berarti jika semakin luas wilayah maka menurunnya tingkat pengangguran, dan semakin bertambah luas wilayah akan meningkatkan pengangguran. 6. Koefisien Korelasi Antara Kepadatan Penduduk � 2 Dengan Tingkat Pengangguran � 3 � � 2 � 3 = � Ʃ� 2 � 3 − Ʃ� 2 Ʃ� 3 �{� Ʃ� 2 2 − Ʃ� 2 2 }{ � Ʃ� 3 2 − Ʃ� 3 2 } � � 2 � 3 = 33 �3.895,16 − 340,47192,84 �{3316.967,4 − 340,47 2 }{331.712,01 − 192,84 2 } � � 2 � 3 = 62.884,045 92.592,1658 � � 2 � 3 = 0,679 Koefisien korelasi antara kepadatan penduduk � 2 dan tingkat pengangguran � 3 adalah 0,679 yang menunjukkan korelasi yang cukup dengan arah positif. Hal ini berarti jika kepadatan penduduk meningkat maka tingkat pengangguran terbuka akan meningkat dan sebaliknya jika kepadatan penduduk menurun maka tingkat pengangguran akan menurun . Universitas Sumatera Utara BAB 5 IMPLEMENTASI SISTEM

5.1 Pengertian Implementasi Sistem